Ade Armando : Benarkah Orang Tionghoa itu Pelit?

orang tionghoa

Selama ini kita sering mendengar orang-orang yang menyebarkan kebencian terhadap Tionghoa di Indonesia. Mereka bilang, orang cina itu bukan pribumi. Mereka bilang orang Cina itu tidak cinta Indonesia, mereka bilang orang-orang Cina itu hanya sekedar mengeksploitasi kekayaan di Indonesia, kemudian mereka akan kembali ke tanah leluhur mereka.

Kini di saat krisis kita bisa lihat apakah benar kaum Tionghoa itu penghianat atau justru sebaliknya ?

Saya ingin mengutip sebuah berita pada bulan Maret tahun lalu bahwa sejumlah konglomerat indonesia yang mayoritas diantaranya adalah orang-orang Tionghoa menyumbang bersama Yayasan Buddha Tzu Chi kepada pemerintah pusat untuk membantu penanganan Corona. Jumlah bantuannya Rp 500 Miliar atau  setengah triliun, sangat besar !.

Sebagai pembanding barangkali saya bisa gunakan data lain. Liga muslim dunia itu juga menyumbang untuk membuat untuk Corona di Indonesia tapi mereka membantu bantuan yang diberikan kepada pemerintah DKI Jakarta pada 11 Mei 2020 dan berapa jumlahnya ? Alhamdulillah 4,3 miliar rupiah.

Jadi anda bisa lihat, betapa besarnya sumbangan yang diberikan oleh para konglomerat Tionghoa tersebut. Konglomerat tersebut diantaranya adalah perusahaan-perusahaan besar seperti Sinarmas, Adaro, ada Djarum, Indofood dan ada beberapa yang lain .

Ya.. anda tentu saja bisa bilang..  itu kan konglomerat, tentu saja jumlah bantuan yang sangat besar. Tapi terus terang yang bukan konglomerat pun, orang-orang Tionghoa yang bisa membantu dengan tulus dan ikhlas dalam jumlah yang berarti juga banyak.

Misalnya saja ada berita tentang pengusaha Tionghoa di Tasikmalaya yang prihatin karena mendengar bahwa di banyak tempat para korban Corona yang meninggal itu tidak bisa dimakamkan. Maka dia menghibahkan tanahnya 1 hektar buat pemakaman korban Corona.   1 hektar itu bisa buat 1.000 makam, dia serahkan secara gratis aja. Dan orang-orang semacam ini banyak.

Saya kenal dengan orang-orang dari sebuah organisasi yang mayoritasnya 90% diantaranya adalah orang-orang Tionghoa. Mereka menggalang dana mereka mengumpulkan dana yang kemudian mereka belikan belikan pakaian memberikan masker vitamin makanan untuk membantu tenaga tenaga medis di rumah sakit rumah sakit di Indonesia.

Baca juga :  Inisiatif Kecil

Mereka biasa membantu mereka yang menderita sejak lama. Sejak ada bencana bencana alam di Indonesia, mereka juga membantu para sopir ojol di daerah wabah Corona. Mereka memberikan makanan dari warung, dari rumah makan kecil untuk dibagi-bagikan kepada para sopir ojol tersebut.

Mereka membantu dengan ikhlas. Mereka tidak mau disebut namanya. Mereka tidak mencari publisitas. Saya juga punya kenalan seorang pria pengusaha Tionghoa. Dia adalah pemimpin sebuah organisasi sosial. Dia mengorganisir anak buahnya dan dia danai untuk membuat ribuan botol hand sanitizer. Kemudian dia impor pakaian Alat Perlindungan Diri (APD). Dia belikan juga masker. Dia impor kacamata Google untuk membantu tenaga medis.  Mereka menyumbang itu semua dengan ikhlas.

Saya tanya kepada dia, berapa dana yang sudah dikeluarkan? Dibilang ,’Besarlah..”.  Dia tidak mau sebut angkanya.  Tapi saya yakin,  angkanya ratusan juta rupiah. Dia juga tidak mau disebut namanya.  Ketika saya wawancarai dia, yang penting adalah dia bisa membantu.  “Kita harus membantu bangsa ini melawan Corona. Kita bantu sebisa kita. semampu kita.”

Dia tidak mencari nama baik dari situ. Dia hanya ingin membantu bangsa ini. Dan yang melakukan ini banyak. Saya juga mendengar ada seorang pengusaha Tionghoa, juga bukan pengusaha kaya raya, yang memberikan makanan untuk rakyat yang tinggal di samping rel kereta.

Ada pula seorang perancang busana terkemuka. Dia menghentikan usahanya untuk memproduksi baju-baju agar dia bisa konsentrasi untuk mendesain dan memproduksi pakaian untuk membantu tenaga medis. Dia mobilisasi semua karyawannya hanya untuk membuat pakaian pakaian APD.

Orang-orang ini tidak pernah minta ucapan terima kasih.  Tdak pernah mempublikasikan apa yang mereka lakukan. Mereka membantu rakyat dengan penuh keikhlasan.

Anda tentu saja akan bilang,  tapi bukankah orang-orang pengusaha non Tionghoa yang melakukan hal serupa juga banyak Ya tentu saja dan alhamdulillah. Tapi bukan itu poin saya. Saya hanya ingin mengatakan bahwa ada banyak pengusaha Tionghoa yang terlibat dalam upaya meringankan penderitaan masyarakat.

Baca juga :  Cahaya itu : Hidayah-Mu!

Anda juga bisa bilang ..  tapi ada banyak juga orang Tionghoa yang jahat.  Ya tentu saja ada banyak orang Tionghoa yang tidak peduli pada rakyat Indonesia. Tapi bukankah juga ada banyak orang Sunda, orang Jawa, orang Minang, orang Ambon orang mana pun, yang juga nggak peduli dengan rakyat Indonesia.

Jadi yang ingin saya katakan, ada orang Tionghoa yang peduli dan ada yang tidak peduli, sebagaimana ada orang Minang orang Jawa orang yang peduli dan ada orang Minang orang Sunda, orang Jawa yang tidak peduli.

Sama saja.. Itu bukan eksklusif, khas melekat pada etnis tertentu. Ini bukan urusan etnis. Ini adalah urusan komitmen kemanusiaan.

Yang saya ingin katakan adalah bahwa marilah kita berusaha menghilangkan stigma-stigma negatif kita terhadap kaum Tionghoa, karena mereka sudah terbukti melakukan banyak hal buat rakyat Indonesia.

Mungkin wabah korona ini memang untuk membuka mata kita tentang siapa sesungguhnya orang-orang yang peduli dengan rakyat, dan siapa sesungguhnya yang tidak peduli dengan bangsa ini.

Sebagai penutup, saya ingin mengutip jawaban dari seorang teman saya, seorang pengusaha perempuan berusia 60 tahun yang dengan aktif dan terus membantu para korban Corona.  Dia juga tidak mau sidebut namanya. Tapi ketika saya tanya kenapa ini dilakukannya, saya kutipkan jawaban dia di WA;

“Kami ini etnis Tionghoa peduli banget sama saudara sebangsa. Kami cinta banget dengan Indonesia. Anak saya bolak-balik mengajak saya pindah ke Amerika.  Saya tolak. “US is not my country“.

Kalau setelah ini semua, masih juga ada orang yang mengatakan bahwa warga Tionghoa bukanlah bangsa Indonesia, penghianat bangsa maka saya yakin, orang-orang yang mengatakan itu,  mereka tidak hadir ketika Tuhan membagikan otak dan hati..

Ade Armando

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *