Ijin Ke Dua

mataMah bukan nya papa tega meninggalkan mamah sama Dewi disini, tapi ini sudah tugas papa, dan papa janji kalau papa akan pulang sesering mungkin, mamah dan dewi baik-baik di rumah ya? papah sayang sama kalian tapi ini semua bukan ke inginan papa kita berpisah, mamah juga tidak mau kan ikut papah jadi mamah yang sabar ya?”

Itu adalah pesan sebelum suamiku berangkat pindah tugas ke luar kota, ya suamiku yang bertugas sebagai anggota TNI maka dia harus pindah-pindah tugas di berbagai kota, mungkin dulu aku masih bisa ikut kemana pun dia di pindah tugaskan, tapi sekarang aku bukan nya tidak mau tapi Dewi anak kami sudah mulai beranjak dewasa dan Dewi pun tidak mau kalau kami harus pundah pindah kota,

Sudah lima kali pindah sewaktu kami baru menikah kami tinggal di surabaya, lalu di pindah lagi ke bandung setelah itu kembali pindah ke bali dan terakhir kami pindah ke jakarta, lalu sekarang ke sumatra? aku mengira pindah ke jakarta  adalah yang terakhir tapi ternyata suamiku masih harus pindah kerja lagi, setiap kali naik pangkat selalu saja di pindah kan ke kota baru yang belum pernah kami tempati sebelumnya.

Dewi yang sudah mulai dewasa, di sekolah prestasi nya juga tidak terlalu jelek, Dewi tidak mau ikut pindah karena dia sudah nyaman dengan kota ini, dia tidak mau kalau kami ikut harus beradaptasi lagi dengan lingkungan baru teman-teman sekolah yang baru bahkan dia harus meninggalkan cita-citanya di jakarta ini, jadi aku memutuskan untuk menemani anaku Dewi karena aku tidak sanggup jika harus berpisah dengan anak semata wayangku, apalagi Dewi adalah seorang anak gadis yang cantik aku kuatir jika dia harus hidup sendiri di kota sebesar ini, maka akupun merelakan suamiku pergi sendrian yang di bekali dengan kepercayaan, ya… aku percaya padanya karena selama ini dia selalu sayang dan tak pernah main-main d belakangku, itulah suamiku..

******

Tiga bulan berlalu, aku dan suami tak pernah terputus komunikasi walau hanya via telpon atau hanya sekedar sms, kami selalu mencurahkan rasa kangen kami dengan candaan atau hanya sekedar ejekan kecil supaya kami bisa tertawa atau acara ngambek-ngabekan, Di sela-sela candaan kami aku sempat bertanya pada suamiku kapan dia mau pulang menengok kami? suamiku bilang di perkirakan bulan depan baru ada libur karena tiga bulan terakhir tugas yang harus dia kerjakan semakin banyak, aku mengerti dengan tugas suamiku yang sangat sibuk juga penting, apalagi untuk negara jadi aku menurunkan ego ku mencoba mengalah supaya suamiku tetap tenang dalam pekerjaannya, dari hari ke hari minggu berlalu bahkan bulan pun berganti, hampir satu tahun suamiku sudah jarang menghubungiku dengan alasan sibuk tugas di luar kantor namun aku tetap mencoba mengerti posisi dia walau kecurigaan ku agak sedikit melintas di benaku.

******

Dua tahun kemudian sore itu aku sedang duduk di teras rumah melepaskan rasa lelah karena sepulang kerja jalanan yang macet di tambah hujan deras, tapi sesampai aku ke rumah hujan pun reda lalu aku sebelum masuk ke dalam, aku menempelkan pantatku di kursi depan, “Permisi bu” Suara seorang wanita yang hampir tak jauh beda umur nya dengan ku tapi lebih muda dari ku sekitar tiga atau empat tahun begitu,

“Ya nyari siapa ya?” Sahut ku sambil berdiri dan menemuinya di depan gerbang..

“Apa benar ini rumah nya bu Helmy?” Sudah terbiasa aku di panggil Bu Helmy karena itu nama suamiku.

“Ya benar ! Ibu siapa ya?”

“Nama saya Chantika”

“Maaf ada perlu apa ya?”

“Boleh saya masuk?” aku mengangguk dan membukakan pintu gerbang lalu aku membawa dia masuk ke dalam rumah, Setelah kami di dalam aku tak lupa membuatkan dia minum karena dari wajahnya terlihat kelelahan, aku tak basa-basi lagi aku langsung menanyakan maksud kedatangan wanita itu.

“Maaf ibu Chantika ini dari mana dan ada perlu apa ya?” Chantika tersenyum lalu ia memandangku penuh dengan keyakinan.

“Saya kesini sengaja menemui ibu, saya Chantika dari sumatra dan maksud kedatangan saya kesini adalah ingin meminta ijin langsung dari ibu, karena ibu tidak bisa menemani bapak di sumatra maka saya dan bapak”

“Apa maksud kamu?” Dahiku mulai naik aku yakin dengan betul bahwa wanita ini punya hubungan khusus dengan suamiku.

“Saya mau minta ijin ke ibu, Bapak dan saya akan menikah bulan depan”

Duaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrr Serasa di sambar petir di siang bolong, aku terkejut bukan main wanita ini telah menaruh bom di kepalaku dan langsung meledakan nya,

“Tidak saya tidak sudi di poligami” Bentaku sambil teriak.

“Saya tahu ibu pasti tidak akan mengijinkan nya, tapi ibu mesti tau pernikahan kami tidak bisa di batalkan, karena saya…” Suara Chantika terhenti

“Kamu kenapa?” Emosi semakin meninggi dan ku lihat tangan Chantika memeluk perutnya yang agak sedikit membuncit. “Ya Tuhan…..?” Aku benar-benar menangis di dalam hati aku tidak menyangka kalau suamiku akan berbuat sehina ini? sungguh aku tak percaya, apakah ini yang selama ini dia katakan sibuk? apakah ini yang selalu dia katakan sedang ada kerjaan di luar kantor? sungguh aku tak percaya dengan semua ini? Tak pikir panjang aku lansgung menghubungi suamiku dan meminta penjelasan nya.

Suami ku dengan nada terbata-bata dia mengakui perbuatan Hina nya lalu akupun terduduk lemas di depan Chantika, aku tidak bisa berbuat apa-apa akupun mengijinkan suamiku menikahi Chantika dari pada anak yang di kandung nya tak memiliki ayah, namun sebelum Chantika pergi dari hadapan ku sore itu aku peringatkan dia sebelumnya “Chantika tolong kamu jaga bapak dengan baik, dan ingat pada suatu hari akan datang seorang wanita yang datang kepadamu lalu dia akan meminta ijin padamu untuk menikah dengan suamimu” Ucapku tanpa sungkan sambil menahan tangis karena aku merasa terpukul bahkan seperti orang linglung yang sudah tak memiliki arah.

******

Pernikahan suamiku telah di laksanakan, aku dan Dewi tak menghadirinya karena aku gak akan kuat melihat suami yang sangat aku cintai harus bergandengan dengan wanita lain? apalagi di hari pernikahan, Setelah mereka menikah suamiku masih memberikan kami nafkah tapi tak pernah aku terima kecuali dia memberikan nya ke anaku Dewi secara diam-diam, aku merasa sakit hati jika teman-teman kantor ku menanyakan soal keadaan suamkiu selama ini aku selalu menutupinya kalo suamuku punya istri muda tapi sedalam-dalamnya mengubur bangkai baunya pasti akan tercium juga, akhir nya akupun berterus terang pada mereka dan bahkan aku harus membohongi diriku kalau aku ikhlas dengan pernikahan ke duanya suamiku, Ya ikhlas yang bikin hati ku serasa di besit oleh silet yang paling tajam.

******

Dua tahun berlalu aku tak pernah ketemu dengan suamiku lagi setelah dia menikah dengan Chantika aku mulai lupa dengan kesakit hatianku, aku mencari kesibukan yang membuat aku lupa akan segalanya, yang aku pikirkan adalah masa depan anak ku Dewi apalagi sekarang sudah Kuliah membutuhkan biayay yang cukup besar hingga aku lupa dengan kebahagiaan ku sendiri, terkadang Dewi Nyandaain aku supaya aku minta cerai dari papa nya dan menikah lagi? Tapi aku sudah janji pada diriku sendiri bahwa aku akan tetap setia pada suamiku walau dia telah menyakiti aku dan mengabdikan hidupku untuk anak ku semata wayang.

Sepulang kerja aku sempat mampir di warung sebelah rumah karena minyak goreng ku di rumah telah habis lalu tukang warung memberitahu aku ada wanita yang mencari aku siang itu, aku tidak curiga atau bertanya-tanya siapa yang datang? aku langsung membayar minyak goreng yang aku beli lalu berpamitan beluam aku memasuki gerbang rumah ku tiba-tiba ada seorang wanita memeluk ku dari belakang sambil nangsis histeris “Kakak tolong aku kak aku gak mau ini terjadi padaku?” Suara yang aku kenal sebelumnya ya suara Chantika istri ke dua suamiku lalu aku membalikan badan aku menyikapi nya dengan baik walau aku sangat membencinya seumur hidupku,

“Kamu kenapa dek?” Tanya ku so care “Ayo masuk dulu malu di lihat orang?” Lanjut ku sambil membuka gerbang dan menyuruhnya duduk di kursi teras.

“Kak mas Helmy kak” Suara Chantika tersendat-sendat karena menahan tangis.

“Mas Helmy kenapa dek..?” Sungguh terkejut karena aku takut telah terjadi apa-apa dengan suami ku

“Mas Helmy…..Mau menikah lagi kak” Keterkejutan ku hilang dan aku menghela nafas.

“Dek kamu merasakan kan sekarang apa yang saya rasakan dulu? bagaimana rasanya jika suami yang kita cintai di rebut oleh wanita lain? wanita mana yang hendak menikah sama mas Helmy?”

“Dia orang sana juga kak cuma beda kota”

“Baik saya akan datang ke sumatra dan menemui mereka semua”

“Benar kak?” Chantika sumringah mungkin di kira Chantika aku akan menghalangi pernikahan mas Helmy dengan wanita itu.

*****

Sampai aku di sumatra aku menginap di Hotel aku tak sudi kalau harus serumah dengan Chantika juga suamiku Helmy, siangnya aku menemui wanita yang hendak di nikahi oleh mas Helmy dan aku pun menanyai dia soal pernikahan nya dengan mas Helmy, gadis muda yang masih cantik yang tak seharus nya dia menikah dengan lelaki yang sudah memiliki dua istri dua anak itu tapi gadis ini amat luguh dan dia juga tidak tau kenapa mau menikah dengan Helmy, kata gadis itu dia bermimpi bahkan ber ulang-ulang bermimpi ada yang meminta nya untuk menikah dengan Helmy.

Di lain hari aku mengajak gadis itu untuk keliling dan memasuki mall yang cukup besar dan sekaligus aku membawa dia ke butik mencari gaun yang indah untuknya, perhiasan yang cukup mahal semua uang yang selama ini suamiku kirimkan aku kumpulin dan akhirnya aku pakai buat pesta pernikahan mas Helmy yang ke tiga kalinya dengan meriah,

Orang Tua gadis itu amat ramah dan berterima kasih sekali karena gadis itu termasuk bukan dari keluarga yang ada, hanya keluarga sederhana tapi karena aku ingin membalas sakit hatiku pada Chantika yang sudah merebut suamiku sebelumnya, maka ku adakan pesta meriah di sebuah hotel mewah dengan gaun yang cantik perghiasan yang ku belikan pun cukup banyak, Chantika tak berani datang kepernikaha Mas Helmy malam itu.

Selesai sudah semua acara siang nya aku rencanakan kembali ke jakarta tanpa pamit pada Chantika, aku meminta si wina istri barunya suamiku meminta dia menjaga suamiku dengan baik, apalagi mas Helmy sekarang sduah ada umur yang tak mungkin lagi di pindah tugaskan ke kota lain nya, sebelum keberangkatan ku ke bandara aku hanya berkata pada suamiku, “Mas ku harap ini yang terakhir dan jagalah diri kalian, aku dan Dewi akan setia menunggu kehadiran mas di rumah kita” Suamiku menunduk malu dia pun tak berkata apa-apa selain merasa sedih dengan tindakan nya.

******

Sepuluh tahun kemudian mas Helmy sudah pensiun dia tak kuat lagi untuk bekerja, Chantika meminta cerai karena suamiku sudah tak punya apa-apa sedangkan Wina dia meninggal karena kecelakaan, mas Helmy kini di rumah kami telah kembali pada kami dengan sisa hidupnya yang sakit-sakitan dan tak punya apa-apa, Dewi sempat tak mau menerima ayah nya pulang apa lagi tinggal serumah dengan kami, tapi aku tetap berusaha meyakinkan Dewi karena bagaimana pun dia adalah ayah kandung nya yang mesti ia sayangi dan cintai, Akhirnya Dewi pun menerimanya dengan berat hati, lalu aku berhenti kerja dan mengurus suamiku sampai pada akhirnya mas Helmy kembali pasanya.

Salam Hangat ~D J~

Related posts