Kisah Gagal Sang Motivator

blog unikom ac id
blog unikom ac id

ANDA yang gemar memlototi ucapan-ucapan motivasi di media sosial, jutaan kata-kata indah di sana. Bumbu-bumbu kalimat inspirator, motivator dan ajak-ajakan bertindak bijaksana nan wajar. Sesungguhnya, ini alam terbuka, media terang-benderang. Yang dulunya hanyalah ditulis di diary atau catatan harian, pembacanya terbatas dan untuk kalangan sendiri walau berharap orang lain juga tahu.

Lalu, perseptual yang muncul: “Wah hebat sekali Si Fulan, ia sangat bijak, sangat baik, wise dan edukatif gitu”. Sila renungi, sila riset, sila cermati, sila artikulasikan; benarkah yang terucap lantang, empuk, manis dan elok itu, telah dilakukan oleh Sang Motivator?”.

Lantas kebaikan apa lagi yang diharap dari orang lain, jika saja sang pemberi motivasi tiada juga memberi eksyen yang senyata-nyatanya terhadap apa yang telah diungkapkannya. Ini dosa tak tersadar, bahwa tiada mencium bau surga yang gemar mengajak orang lain berbaik-baik, sedang ia sendiri tak sanggup sekali melakukannya.

Armand sangat berani bertaruh, gejala sosial-budaya seperti ini, sungguhlah waham, waham menggigit-gigit jiwa sang pemilik kata-kata motivasi. Ini gak benar, sok bijak, sok cerdas, sok edukater, sok motivator. Selanjutnya, jika saja mereka bersedia untuk kuteliti kesehariannya, dalam sepekan saja, maka saya akan temui keganjalan-keganjalan. Irrelevansi antara ucapan dengan aksi-aksi dan interaksinya.

Dan jika kukatakan pada mereka: “Perilakumu tak seindah ucapan-ucapanmu di facebook, twitter”. Lalu ia tak habis akal, ia tangkis dengan: “Kata-kata itu untuk orang lain, bukan untukku. Walau kuingin bertindak sebaik ucapan-ucapanku tapi kubelum bisa”. Ini sebuah deret jujur, deret hitungan diri, mengakuinya. Lantas lagi, mengapa berani-berani mengeluarkan kata-kata itu sebelum menelisik ke dalam siapa dirimu?

Pantas saja, manusia itu saling menopengi diri dengan kalimat-kalimat indah sebagai benteng agar tak terobohkan akan sebuah kebobrokan yang terselubung-sembunyikan, selama ini…Yah, selama ini. Ia balut kejahatan perilaku, kriminal-kriminal sikap dengan modus mengungkapkan alinea-alinea motivasi dan paragraf kebaikan. Ia sendiri, telah menghapus alinea-alinea kebaikan dalam dirinya. Menghilangkan paragraf kebijaksanaan di hidupnya, tiap harinya, malamnya, paginya dan sorenya, sedang usianya telah masuk masa petang nan senja.

Ah inilah yang kusebut kisah gagal seorang motivator…..! Dan itu termasuk saya….!

Related posts