Kontroversi Jilbab : Banyak Perempuan Yang Berpakaian Tapi Telanjang

Kerudung  VS Jilbab

‘Jilbab’ atau ‘Hijab’ adalah sebuah istilah untuk menyebut pakaian yang dikenakan oleh perempuan untuk menutup auratnya. Sedangkan ‘Kerudung’ atau ‘Kudung’ adalah selembar kain panjang yang populer digunakan oleh perempuan jawa di jaman dahulu.

Lalu apa bedanya Jilbab/Hijab dengan Kerudung?

Yang jelas keduanya adalah sama-sama digunakan oleh kaum perempuan untuk menutupi auratnya. Nah, yang jadi persoalan adalah apa itu aurat wanita? Dan kenapa aurat harus ditutupi?

Perbedaan Penafsiran  Tentang Menutup Aurat Perempuan

Apa itu aurat perempuan ?
Aurat perempuan adalah bagian atau anggota badan perempuan yang tidak boleh di tampakkan dan di perlihatkan kepada orang lain, atau dimuka umum.

Berikut ini beberapa dalil perihal menutup aurat :

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka !” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [al-Ahzâb/33:59]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menegur Asma binti Abu Bakar Radhiyallahu anhuma ketika beliau datang ke rumah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengenakan busana yang agak tipis. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memalingkan mukanya sambil berkata :

يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ الْمَحِيضَ لَمْ يَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا

Wahai Asma ! Sesungguhnya wanita jika sudah baligh maka tidak boleh nampak dari anggota badannya kecuali ini dan ini (beliau mengisyaratkan ke muka dan telapak tangan).[HR. Abu Dâwud, no. 4104 dan al-Baihaqi, no. 3218. Hadist ini di shahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah]

Banyak dalil-dalil lainnya yang membicarakan tentang menutup aurat perempuan, namun tak ada yang menjelaskan secara detil pakaian perempuan yang bagaimana yang dikatakan menutup aurat. Oleh sebab itulah, maka disini terdapat perbedaan penafsiran terhadap penggunaan pakaian yang menutup aurat.

Baca juga :  Kapal Selam Bisa Hancur Jika Tenggelam lebih 500 Meter

Sebutan Jilbab atau Hijab di yang dipakai oleh kaum muslimat di masa sekarang ini seolah membedakannya dengan penggunaan kain kerudung yang dipakai oleh perempuan di zaman dahulu. Bahkan ada yang terang-terangan mengatakan bahwa kain kerudung itu bukanlah jilbab/hijab, padahal keduanya juga sama-sama digunakan untuk menutup aurat perempuan.

Pendapat Ibu Sinta Nuriah (istri Gus Dur) tentang jilbab

Pada suatu wawancara nengan Deddy Corbuzier yang ditayangkan melului channel youtube- nya, ketika ditanya oleh Deddy perihal kewajiban memakai Jilbab/hijab, ibu Sinta Nuriah menjawab dengan tegas bahwa penggunaan Jilbab/Hijab bagi kaum muslimat itu tidak wajib.  Tentu saja pendapat ibu Shinta sontak menuai tanggapan kontra dari sebagian kalangan. Mengapa demikian?

Sebab tidak semua orang memiliki pandangan atau penafsiran yang sama terhadap ajaran Agama Islam. Jangankan orang-orang awam, bahkan dari kalangan para ulamapun juga berbeda-beda penafsirannya terhadap persoalan menutup aurat wanita.

Ada sebagian ulama yang menafsirkan menutup aurat perempuan itu harus menutupi seluruh anggota badan kecuali hanya tampak wajah dan telak tangan bahkan ada yang mewajibkan memakai cadar yang menutup semuanya dan hanya menampakkan kedua matanya saja. Ada juga sebagian ulama lainnya yang berpendapat bahwa menggunakan kerudung atau Kudung itu juga sudah menutup aurat perempuan.

Jadi mana yang benar, Jilbab atau Kerudung?

Mempersoalkan atau memperdebatkan mana yang benar terhadap kontroversi jilbab atau kerudung sebagai penutup aurat hanyalah sebatas debat kusir yang tak perlu dilakukan. Buang-buang energi saja. Sebab sudah diuraikan diatas, bahwa diantara para ulama pun juga sudah terjadi perbedaan penafsiran tentang hal ini, lalu kenapa harus diperdebatkan lagi.

Ini adalah masalah khilafiyah, yang mana setiap orang (individu) punya hak untuk menafsirkan sendiri dan tak perlu  dipersoalkan.  Tak ada yang bisa mengklaim kebenaran atas penafsirannya sendiri.

Bagi anda kaum hawa dalam menanggapi kontroversi jilbab ini, terserah anda saja untuk menilai mana yang paling benar, menggunakan jilbab atau sebatas kerudung, yang penting anda telah berniat untuk menutupi aurat.

Baca juga :  Ustad Tengku Zulkarnain Meninggal Dunia Karena Covid-19

Banyak Perempuan Berpakaian Tapi Telanjang

Terlepas dari kontroversi jilbab yang kemudian berkembang menjadi polemik di tengah masyarakat, bahwa di zaman sekarang ini masih banyak perempuan yang tampaknya berpakaian, tapi sesungguhnya dia telanjang. Mengapa demikian?

Yang paling konyol adalah terjadi pada perempuan yang mengenakan jilbab, namun dengan pakaian yang sangat ketat sehingga memperlihatkan lekuk-lekuk tubuhnya atau yang populer disebut ‘jilboobers’. Bahkan ada yang mungkin tak merasa bahwa penampilannya itu sesungguhnya seperti perempuan telanjang.

Yang diwajibkan dalam berpakaian adalah menutup aurat, bukan membungkus anggota badan dengan pakaian yang ketat. Memang secara kasat mata yang tampak bagian luarnya adalah kain atau pakaian, tapi jika memperlihatkan lekuk tubuh maka sama saja telanjang.

Salah satu anggota ‘Jilboobers’ yang aduhai.. !

Jika dibandingkan, maka cara kaum perempuan jawa di zaman dahulu yang menggunakan kebaya dan kerudung, masih jauh lebih baik daripada perilaku para jilboobers ini.

Yang menarik dalam menanggapi kontroversi Jilbab dan Kerudung, Prof. Sumanto Al Qurtuby, Ph.D. yang berprofesi sebagai Profesor Antropologi Agama di Universitas King Fahd , Dhahran Arab Saudi menulis status di Facebook sambil mengunggah foto berikut ini :

kontroversi jilbab

Status FB Sumanto Al Qurtuby :

Keterangan foto dari kiri ke kanan: Bu Nyai Munjidah Wahab Chasbullah, Bu Nyai Wahab Chasbullah, Bu Nyai Najib Wahab, Bu Nyai Fatimah Soleh Abdul Hamid Chasbullah. Beliau-beliau ini para “ulama perempuan” pengasuh pesantren yang dalam & mumpuni keilmuan keislamannya, nggak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan “jamaah kacung kampret”, serta masih keluarga besar Mbah Kiai Wahab Chasbullah, salah satu ulama kharismatik & pendiri NU. Apakah beliau-beliau akan masuk nerakah hanya karena tidak berjilbab & “berhijab syar’i”? Nerakah cap Monas? Masak hanya karena tak berhijab “syar’i” dianggap maksiat? Maksiat ndasmu peang. Mbok kaliyen itu kalau “nyongor”, otak eh dengkulnya dipakai??

Demikianlah biar singkat semoga bermanfaat..

Penulis : Doni Bastian

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

4 comments

  1. Di antara yang benar-benar paham saja masih ada perdebatan dari dahulu, kenapa sekarang masih dipermasalahkan kalau yang yang berpendapat berbeda?

  2. Yg dibutuhkan hanyalah berjilbab dari hati, benar2 niat menutup aurat karena Allah Ta’ala, bukan sekedar mode/fashion.