Kusenang, Kau Sebut Agamaku

IMG-20131030-00026

Ini artikel SARA, yah karena ada kata agama…Hi hi hi…

Ini area piskologik, betapa kuriangnya jika engkau sebut-sebut agamaku, hormati keyakinanku, azasiku. Lalu, aku yang telah merasa gembira hati. Dan, aku tahu apa yang wajib kulakukan, agar engkaupun damai hati, yah kusebut agamamu dalam kebaikan. Engkaupun merasakan indahnya agama yang engkau peluk.

Beruntungnya kita yang miliki agama, kita saling mencahayai, bukan berlomba dalam gelap-gelapan yang bernama sindir-menyindir, sudut-menyudutkan. Oh nyaris saja saya berucap bahwa manusia yang gemar tusuk-tusuk agama orang lain, sesungguhnyalah dipertanyakan: “Dia punya agama atau nggak sih?”.

Baca juga :  Mega - Jokowi

Nah loh. Maukah kita bertunas-tumbuh dengan melabeli diri sebagai pemeluk agama tapi perangkul permusuhan?. Rasa-rasanya tak seorang pun yang mau. Lalu, mengapa kerap terjadi dengan alasan tak berniat. Hemmmmmmmm, saya pernah memberikan contoh kepada istri saya, soal kata: “Tak Berniat”. Begini ma, seumpama mama suguhkan papa makanan, nasilah tamsilnya. Trus papa makan, 10 menit kemudian, papa diare karena bakteri sudah masuk di usus papa.

Kemudian mama bersikukuh berkata: “Suer papa. Mama tidak berniat menyuguhi papa nasi basi”. Heeeeeeeeeeeeeem….

Baca juga :  Aida Jatuh Cinta pada “Bule Palsu” yang Mengaku Manager Central Bank Of Iran.

Yuuuuuuuuuk Ketik’ers………….sila ditanggapin…..pin……piiiiiin 😀

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

3 comments

  1. seingkali umat beragama lupa dimana kini mereka berada. Seakan mereka berbuat terbawa dalam admosfir keagamaan yang pekat dan jauh dari rasa toleransi. Apa yang mereka lakukan semata mata berdasarkan keyakinan diri, dan tak mau peduli dengan aturan dan sanksi. Apa yang kemudian terjadi, adalah sebuah perjuangan yang keliru dan melenceng dari filosofi kebhineka tunggal ika an di bidang keagamaan.

    Mari kita bangun, matahari sudah sedemikian tinggi. Tatap sekeling kita, dan saksikan bahwa kita masih dalam satu keluarga. Bila masih ada waktu untuk bicara, yakinlah disana akan ada sebuah kedamaian yang menyejukkan hati.

    Salam

  2. kalau beragama tapi belum mampu juga mengasihi sesama, maka kadar keagamaannya perlu dipertanyakan. Contohnya ya sendiri ini