Penyedot Tinja

Penyedot Tinja, awalnya jijik akhirnya asyik-asyik saja. . .

Bagaimana rasanya bekerja sebagai penyedot tinja yang setiap hari bergaul dengan bau tak sedap? Ternyata nyaman-nyaman saja setelah sekian lama dilakoni.

Akibat ada saluran dari lubang WC yang tersumbat, sehingga kotoran yang dibuang oleh para karyawan tak bisa menuju ke tempat yang semestinya.

Solusinya dipanggillah penyedot tinja untuk menembak lubang yang tersumbat. Ternyata begitu ditembak kotorannya justru berbalik mengenai tulang sedot tinjanya.

Karyawan yang melihat tentu geli dan jijik. Tapi yang terkena malah biasa saja. Kenapa tidak jijik dan geli. Bahkan tangannya dengan ringan mengobok-obok lubang WC yang penuh kotoran.

Baca juga :  Kok Kebaikan Ada Kadaluarsanya?

Menurut penuturan yang bersangkutan, sekarang sudah terbiasa, sehingga tidak ada rasa geli lagi. Tetapi ketika mulai bekerja di bagian penyedot tinja selama seminggu hampir tak bisa menelan makanan. Karena membayangkan jijiknya tinja.

Ini sama halnya dengan perbuatan dosa yang kita lakukan. Ketika awalnya kita berbuat asusila atau mencuri dan berbohong, ada perasaan tidak nyaman. Bahkan badan bisa gemetaran, sebab kita tahu itu dosa. Suara hati begitu nyaring mengingatkan terus-menerus. Ada perasaan menyesal dan jijik. Kenapa tahu? Pengalaman?

Tetapi oleh godaan yang lebih kuat dan ada rasa kenikmatan, perbuatan dosa terulang kembali. Lama-lama jadi terbiasa, sehingga dosa tak membuat jijik lagi.

Baca juga :  15 Advantages of Chatbots in E-commerce Industry

Paling ideal tentunya sekeras mungkin menolak godaan dan teguh pada suara nurani, sehingga tidak ada yang pertama, kedua dan seterusnya. Ini problemanya, karena rasa penasaran yang membuat kita mudah jatuh dalam dosa..

Sebagai pertahanan menolak godaan kita diajarkan unjuk takut akan Tuhan, sehingga tidak melakukan apa yang dilarang-Nya. Selanjutnya diingatkan, bahwa setiap dosa itu pasti akan ada balasan pada waktunya.

Namun semua ini tentu kembali kepada kesadaran kita memilih jalan hidup. Sebab semua kita sendiri yang akan mempertanggung jawabkan pada saatnya nanti.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 comments