Petikan Jari

petik jari2Sore itu saya sedang menunggui si kecil berlatih menyanyi untuk kegiatan paduan suara. Dasar anak-anak ada yang menyanyi dengan cukup bersemangat, tetapi ada pula yang menyanyi untuk diri sendiri. Dengan demikian latihan mereka belum padu seperti yang diharapkan oleh pelatih. Oleh karena itu pelatih selalu memberikan semangat. Salah satunya pelatih memetik kedua jarinya, yaitu jari tengah dan ibu jari untuk menghasilkan bunyi. Bunyi nyaring yang dihasilkan mampu mengiringi nyanyian anak-anak sekaligus berfungsi sebagai hitungan ketukan. Tentu suara ini juga semakin menyemangati anak-anak dalam berlatih menyanyi.

Sesampai di rumah, si kecil mencoba memetik kedua jarinya. Pertama ia mencoba memetik jari tengah dan ibu jarinya ternyata mampu menghasilkan suara yang cukup nyaring juga. Setelah itu ia mencoba memetik jari telunjuk dan ibu jarinya, ternyata tak mampu menghasilkan suara atau bunyi. Ia menjadi penasaran mencoba lagi jari manis dan ibu jari, ternyata sama seperti ketika ia mencoba dengan telunjuk tak mampu menghasilkan bunyi. Ia semakin penasaran dan mencoba pada seluruh jarinya, hasilnya hanya pada percobaan pertama saja ia mampu menghasilkan bunyi yang cukup nyaring. Dalam rasa penasaran ia mengajukan pertanyaan, “Mam, kenapa pada jari yang lain gak bisa bunyi seperti kalau dengan jari tengah”

Mendengar pertanyaan ini tentu saya harus bisa memberikan penjelasan yang bisa ia terima dengan pola pikirnya sebagai anak-anak. Dari kenyataan ini saya awalnya mencoba memberikan penjelasan yang bisa diterima dengan nalar anak. Jari tengah ini berada dalam posisi paling kuat. Jari tengah secara fisik lebih panjang dibandingkan dengan jari yang lain. Tentu ketika kita melakukan petikan akan menekan lebih kuat hingga mampu menghasilkan gesekan yang kuat pula hasilnya bunyi yang sangat nyaring. Sementara jari yang lain jarak dengan ibu jari bisa terlalu dekat atau terlalu jauh, akibatnya ketika kita melakukan petikan akan sulit menghasilkan bunyi. Dengan kata lain posisi yang tepat dapat menghasilkan sesuatu yang tepat pula.

Baca juga :  Bahis Sitelerine Kolay Giriş İçin İpuçları ve Tavsiyeler

Di sisi lain saya mencoba memberikan makna filosofi yang tentunya dengan bahasa yang cukup bisa dipahami oleh anak-anak. Melalui pertanyaan yang sederhana itu saya pun mencoba memberikan analogi yang juga mudah dipahami anak-anak. Kenapa petikan ibu jari atau jempol dan jari tengah tadi bisa menghasilkan suara yang keras dan nyaring? Saya teringat akan makna jempol yang selalu menandakan kehebatan dan kesempurnaan. Ketika itu si kecil saya ajak bernostalgia kembali ke Taman Kanak-kanak. Pada saat ia masih bersekolah di TK saat ada teman yang menangis ibu guru selalu menanyakan siapa yang mau menjadi anak jempol? Nah, semua anak selalu mengangkat tangan ingin menjadi anak yang jempol, karena jempol selalu menandakan anak yang baik dan pintar. Begitu pula saya mengingatkan salah satu televisi swasta kita juga menggunakan jempol sebagai tanda “Oke” dalam pengertian televisi ini diharapkan menjadi kebanggaan seluruh Bangsa Indonesia.

Tentu dalam kehidupan kita secara umum jempol atau ibu jari selalu mengacu pada kebaikan dan kehebatan. Namun kehebatan yang sejati itu sebenarnya haya milik Tuhan. Jempol itu sebenarnya menggambarkan tentang kemuliaan Tuhan itu sendiri. Jempol atau ibu jari sebenarnya mencerminkan Tuhan. Tuhan pada dasarnya dalam kehidupan kita adalah yang utama. Keutamaan Tuhan seharusnya memang menjadi hal yang harus kita lakukan, karena tanpa-Nya sejatinya hidup ini tak ada maknanya. Kedamaian hidup pun akan sulit dirasakan, jika tidak ada rasa syukur yang membuat hati tenteram.

Baca juga :  [MBLR] Gema-Gema Genta

Sementara itu, jari tengah adalah jari yang tertinggi. Dalam hidup orang selalu ingin mencapai prestasi yang tertinggi dan terbaik. Prestasi yang tertinggi dan terbaik ini hanya dapat diraih apabila orang mau bekerja yang terbaik pula. Bekerja yang terbaik di sini tentu maksudnya orang mau melaksanakan tugas dengan kesungguhan untuk memperoleh hasil yang paling baik. Tentu ini bukan hal mudah, tak jarang orang juga menemukan banyak kendala ketika berusaha melaksanakan tugas yang terbaik. Oleh karena itu, saat orang dengan segala kesungguhan hatinya berusaha menyelesaikan tugas niscaya Tuhan juga akan memberikan kemudahan.

Analogi tentang dua jari jempol dan jari tengah yang mampu menghasilkan bunyi adalah sebagai penggambaran yang mudah dicerna dan dipahami. Kalau tadi jempol menggambarkan kemuliaan Tuhan dan jari tengah sebagai bukti kerja yang terbaik sangatlah klop. Artinya, ketika kita mau bekerja untuk mencapai hasil yang terbaik tetapi masih tetap mengutamakan Tuhan maka “bunyi nyaring” yang akan kita dengar. Pujian dan dukungan dari berbagai pihak akan kita rasakan. Kita juga akan menghasilkan bunyi yang nyaring untuk memuji Tuhan. Bunyi yang nyaring dalam petikan jari tengah dan jempol sebagai bukti bahwa ketika melakukan yang terbaik dalam keutamaan Tuhan juga akan menghasilkan keindahan dan bunyi yang menggema dalam hidup kita. Salam-AST 10062014

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *