Ramadhan, antara Kesederhanaan dan Kemewahan

Beberapa hari lalu saya diundang teman muslim berbuka puasa bersama, di sebuah rumah makan dengan teman-teman lainnya. Suasana cukup santai dan menyenangkan, ramai mirip seperti kita bertahun-tahun tak pernah jumpa. Disela-sela makan, teman saya tersebut mengatakan bahwa dia biasa membuat acara buka puasa seperti ini tiap minggu sekali dengan mengundang teman dan keluarga.

Saya senang acara tersebut, selain ngumpul dengan teman-teman, adanya rasa toleransi diantara teman muslim dan non muslim (seperti saya) sekaligus juga dapat makan gratis hehe.. Tapi saya jadi berfikir, apakah di bulan Ramadhan mereka harus melakukan seremonial seperti itu? Apalagi teman saya itu sempat bilang bahwa di bulan Ramadhan hingga Idul Fitri dia punya pengeluaran meningkat berlipat-lipat dari biasanya. Pengeluaran berlipat? Apakah akibat harga kebutuhan pokok merangkak naik? Bukankah di bulan Puasa seharusnya jumlah konsumsi makanan menurun, yang biasanya makan 3 kali sehari plus aneka camilan sedangkan pada bulan puasa cuma makan 2 kali saja saat buka dan sahur? namun kenapa malah pengeluaran meningkat?
Disisi lain, saya juga melihat di televisi tentang pelaksanaan Ramadhan yang begitu sederhana, bersama anak-anak panti, dalam kekusyukan doa, tanpa pesta atau sejenisnya.

Baca juga :  Tiada Pantas Dipanggil Ibu

Saya sempat baca di salah satu sumber di Internet bahwa bulan suci Ramadan adalah bulan pendidikan. Pendidikan yang diterima oleh umat yang melakukannya, berupa pendidikan dan latihan menahan nafsu makan dan minum, melatih rasa bersyukur atas segala rahmat yang telah diberikanNya, melatih kesabaran dalam menjalani kehidupan dan berbagi untuk mereka yang membutuhkan. Disamping itu juga untuk melatih kesederhanaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hidup sederhana bukan berarti hidup yang serba susah atau penuh penderitaan. Hidup sederhana adalah hidup yang cerdas dimana seseorang mampu memilah dan memilih, mana keinginan dan mana kebutuhan hidupnya, sebab, tidak semua keinginan sesuai dengan kebutuhan.

Baca juga :  New Post

Juga saya baca bahwa benar Ramadhan harus disambut dengan penuh kegembiraan namun kegembiraan tersebut tidak harus dimaknai sebagai berkelimpahan materi ataupun gaya hidup yang serba berlebihan, seperti makan berlebihan, pakaian atau perlengkapan lainnya. Ramadhan tidak harus dijalani dengan suasana kemewahan, perayaan dalam kesederhanaanpun dapat dilakukan asalnya dengan ikhlas dan penuh kesyukuran.

Namun demikian, apapun cara yang mereka jalani, dengan kemewahan ataupun kesederhanaan, yang terpenting mereka mampu menjalaninya dengan penuh rasa syukur dalam kekhusyukan bulan suci.

Bulan Ramadhan tinggal beberapa hari lagi, saya masih menunggu undangan berikutnya hehe..
Selamat menunaikan ibadah puasa untuk teman muslim sekalian…

— Ni Kadek Suryani —

Sumber foto : http://tyothebronew.blogspot.com

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

4 comments

  1. Saya memahami bahwa berpuasa itu adalah belajar untuk hidup sederhana, tetapi zaman sekarang makna itu seakan hilang, karena di bulan suci ini konsumsi kebutuhan justru meningkat. entahlah ini sebagai wujud bersyukur dengan makan yang enak enak atau apa…aslam ramadhan

  2. iya kalo ramadhan memang ada acara bukber ya..biasanya sekalian jalin silaturahmi yg lama ngga ketemu atau skalian ada perlu urusan apa gitu.. yg penting ya tetap jaga finansial saja hehehe..

  3. Saya sebagai non muslim juga merasakan efek dari bulan Ramadhan, banyak nerima undangan bukber dan makan gratis hehee… yang paling penting makna Ramadhan yang sesungguhnya tidak dihilangkan..

  4. sejatinya memang kesederhanaan yah.. tapi kok pas bulan puasa banyak anget yah undangan buka bersama ,… mana itu di restoran mewah… kadang jadi merasa bersalah sendiri 🙁