Suster yang Sungguh Ikhlas

Suster yang Sungguh IkhlasSuster yang Sungguh Ikhlas

Bisa menemukan orang yang jujur dan ikhlas pada jaman sekarang bukan pekerjaan mudah. Ketika menolong orang lain di hati terselip keinginan akan mendapat pamrih. Begitu diberi imbalan tentu kita akan suka dan senang hati menyambut dengan kedua tangan. Walaupun awalnya ikhlas, ketika diberi imbalan diterima juga. Hal ini memang sudah biasa terjadi dalam keseharian kita.

Uang memang bisa menyilaukan hati, sehingga kita kehilangan ketulusan. Tak heran kemudian timbul hati  untuk menilai semua hal dengan yang namanya uang. Sebab kehidupan yang mengajarkan kita demikian.

Belum lama ini mertua saya sakit dan Rumah Sakit yang ada di Lampung tak sanggup lagi menangani, sehingga harus segera dipindahkan ke Rumah Sakit yang ada di Tangerang. Kebetulan istri saya yang siangnya baru sampai Lampung, malam itu juga harus ikut kembali ke Tangerang bersama dengan mobil ambulance dari Rumah Sakit yang mengantar. Dimana ditemani pula oleh seorang suster yang masih muda.

Seperti biasa, sebagai tanda terima kasih adik ipar bermaksud memberikan sejumlah uang. Di luar dugaan suster ini menolaknya dengan alasan sudah menjadi tugasnya dan itu urusannya dengan pihak Rumah Sakit. Jadi ia tidak boleh lagi menerima pemberian.

Terlepas dari kemungkinan ada ketentuan pihak Rumah Sakit yang melarang susternya menerima pemberian dari pasien atau keluarga pasien apa yang dilakukan suster ini patut diapresiasi. Karena pernah bolak-balik ke Rumah Sakit sudah hal biasa saya melihat keluarga pasien memberikan tip kepada bagian bersih-bersih ruangan atau suster dan semuanya diterima dengan senang hati. Tak ada masalah.

Yang namanya uang memang sulit ditolak. Tak heran yang namanya menerima sogokan tetap marak dilakukan, padahal bisa diancam hukuman.

Saya sendiri jadi berpikir, kalau itu terjadi pada saya, mungkin tidak perlu banyak kata-kata lagi uang pemberian itu akan langsung saya amankan dulu ke kantong.Ini karena ketulusan masih kurang dan masih doyan sama uang. Apa yang dilakukan suster tersebut saya kira merupakan pembelajaran berharga adn minimal membuat saya bertanya pada diri sendiri: Kapan saya bisa setulus dia?

Related posts