Kenapa (Tak Lagi) Pilih Jokowi

Sebelumnya boleh dibilang bahwa penulis adalah Jokowi Lovers.

Sepak terjangnya, kepemimpinan dan niat tulus Jokowi memang benar benar membuat terpana. Seakan tak yakin bahwa ternyata Indonesia memang masih punya harapan. Ditengah carut marut aksi sepak, jegal dan dorong kekuasaan yang semua bermuara kepada hanya banyak hal kecuali rakyat. Harta, tahta dan lainnya.

Jokowi hadir, seakan menjadi “sang” Satrio Piningit. Dan kelak apabila 2014 Jokowi menyatakan kesediaannya untuk dicalonkan, sepertinya sulit untuk tidak memilih Jokowi.

Pagi ini, pikiran penulis tiba tiba berubah. Bertanya, apa yang sudah Jokowi lakukan untuk kedua sektor yang dulunya merupakan tulang punggung dan kebanggaan Indonesia : pertanian dan perikanan . Berusaha lebih lanjut mengumpulkan data melalui mesin pencari. Memang tak banyak prestasi beliau disana. Ada sih, tapi benar benar tidak banyak.
Entah. Mungkin terkait dengan mandat yang diberikan oleh Jokowi sebelumnya juga ? Dimana dia sangat ‘kuat’ menghadapi permasalahan urban, industri , pariwisata dan lainnya. Dekat dengan wong cilik, namun lagi lagi masih pada sentuhan urban.

Dada ini sesak. Saat melihat aluran televisi berbayar yang menayangkan episode mereka para nelayan dari negara maju sana. Memang sih, persoalan yang digeluti mereka pun sejatinya tidak jauh beda : hasil tangkapan, modal untuk berlayar , cuaca dan persaingan. Namun terlihat jelas sebuah perbedaan yang ‘lumayan’ kontras apabila tidak mau dibilang jauh. Bahkan mereka pun mempunyai kehidupan yang sangat layak, profesional dan ada kesempatan untuk berkembang. Padahal, waktu mereka untuk berlayar dan melakukan penangkapan pun diatur dan dibatasi oleh pemerintah dengan metoda penangkapan tertentu saja dan juga musim. Tidak bisa sembarangan berlayar dan menangkap ikan.
Sementara di Indonesia? Hasil laut yang melimpah pun ternyata tak cukup menarik bagi para nelayan tradisional untuk bahkan sanggup mempunyai modal berlayar. Kapal pun tak jarang digadaikan. Pendidikan bagi anak anak mereka pun tidak terjamin. Sisi pendapatan pun sangat jauh dari kata ‘cukup’.

Belum lagi harus bersaing dengan maraknya kapal asing canggih yang dengan seenak hati mengeruk hasil sebanyak banyaknya dari hasil laut Indonesia.
Disisi pertanian? Sama saja. Semakin tak menarik, untuk mereka anak petani melanjutkan pekerjaan orang tuanya atau bahkan mengembangkannya.
Mereka melihat harga yang tak jarang dipermainkan oleh tengkulak tanpa ada proteksi dari pemerintah menjadi satu faktor yang tak menarik bagi mereka. Belum lagi dengan cuaca, ancaman gagal panen dan lain hal. Lebih miris lagi, semakin banyak sawah dan ladang yang bahkan sudah beralih fungsi menjadi pabrik skala masif untuk penyerapan tenaga di sektor industri.
Sementar di sisi lain tak ada keseriusan Pemerintah didalam faktor yang sejatinya penting : ketahanan pangan di Indonesia.
Sudah cukup. Beberapa periode pemilihan Presiden kita yang mungkin bisa diindetifikasikan dengan sebutan ‘kaum urban’ ini ribut berkutat dengan permasalahan dan isu hariannya. Minta diperhatikan terus menerus dengan persoalan urban, sementara akar dari banyaknya persoalan urban ini pun tidak diperhatikan. Bicara politik, adu debat dan diskusi berkepanjangan di sebuah kolam dimana zona aman dan nyaman sejatinya sudah diraih, hanya ingin menjadi lebih baik saja.
Sementara di pertanian atau perikanan? Jangankan mau berdebat, diskusi atau menambah khazanah ilmu dengan isu yang terkini. Beli pupuk dan solar pun sudah sangat menyita waktu dan perhatian mereka.

Apabila Jokowi memang tidak terlihat kesana, ya berarti dia belum mampu menjadi sebuah pilihan, atau jawaban. Setidaknya bagi saya pribadi.

Related posts