Kau tersenyum
Sambil sembulkan sepasang tanduk merah
Bibir tipis merekah semerah darah
Mencipta berjuta aksara dalam sebuah kulum
Jemari desingkan kelebat belati
Tuk hujamkan seribu perih tak bertepi
Dalam hujan di setiap malam
Dalam celah antara dua jarum jam
Kau meradang kelam
Aku terbungkus sepi
Kala kata hilang makna
Tersapu angkara yang menggelegak dalam kepala
Juga di dasar dada.
Diam mengeja kata
Mengartikan sekeping makna
Aku masih di sini
Saat apimu merambati seisi dunia
Ranggaskan kuncup kuncup asa