Belajar Hidup dari Kematian Sisca Yofie

Sisca [email protected]

 

Bandung-Senin, 5 Agustus 2013 menjelang malam drama kehidupan kelam dimulai dengan ditemukan sesosok tubuh berlumuran darah di Jalan Cipedes RT 7 RW 1 Kelurahan Cipedes, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung.

 

Kejadian sontak menggemparkan warga di sekitarnya. Tiada angin tak ada hujan. Sosok tubuh manusia yang semula dikira boneka  diseret/terseret  sepeda motor yang melaju kencang di keremangan senja.

 

Kemudian diketahui korban adalah wanita cantik bernama Franciesca Yofie (Sisca) 34 tahun warga Bandung. Mojang Priangan nan rupawan.

 

Sampai saat ini kepastian motif terjadinya pembunuhan belum diketahui. Polisi masih bekerja dan publik masih menanti penuh tanya.

 

Berbagai dugaan merebak. Masih menjadi misteri. Walau sudah ada dua orang  mengaku sebagai pelaku yang ditahan. Tapi ada dugaan ada tokoh intelektual di baliknya. Ada rekayasa dalam kasus ini.

Baca juga :  Acétate de trenbolone – Magnus Pharmaceuticals dans le culturisme

 

Kematian Sisca memang tragis dan mengenaskan. Mendirikan bulu kuduk. Banyak yang menyesali ini terjadi. Bukan hanya kematian Sisca yang mengenaskan dan membuat bulu kuduk berdiri. Tetapi setelah kematiannya.

 

Ada bisik-bisik  yang merebak dengan kisah hidupnya sebelum ajal menjemput. Soal perselingkuhan dengan seorang anggota polisi. Ada berita ditemukannya sperna di kelaminnya. Kecantikan wajahnya tak seindah nilai kehidupan rupanya. Hal ini bisa terjadi pada siapa saja.

 

Yang miris dan mengenaskan adalah hal ini menjadi lelucon sebagian orang tanpa perlu merasa risih. Andaikan Sisca adalah bagian dari keluarga kita pasti akan ada kesediaan mendalam. Mungkin kita sudah terbiasa dengan olok-olok.

 

Tetapi apapun itu bila masih ada kesadaran bersama kita dari kejadian ini ada pembelajaran yang sangat berharga tentang nilai kehidupan sebagai seorang manusia ketika berada dunia ini.

Baca juga :  Salah Kaprah

 

Ada yang saat pergi untuk selamanya begitu disesali seakan tak rela. Kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukannya tak habis dibicarakan. Doa-doa dipanjatkan khusus mengantar kepergiannya. Alam pun bahkan ikut menitikkan air mata.

 

Ada yang malah disyukuri dan dihadiahi caci-maki saat ajalnya menjemput. Segala keburukannya diungkit dan dijadikan bahan olok-olok. Tanpa belas kasihan.Sampai alam pun tak berbelas kasih.

 

Sekarang kembali kepada kita. Apa nilai kehidupan yang akan menjadi peninggalan kita kelak? Tentu semua tergantung apa nilai kehidupan yang akan kita lakukan.

 

Mati sebagai pahlawan kehidupan atau pecundang langkahnya ada paad saat ini. Mati dengan penuh senyuman atau penuh penyesalan?

 

 

 

 

 

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *