Dokter Mogok ? Biarin Aja

29photo

Seperti halnya warga negara di bumi Indonesia yang lain, para dokter pun punya hak sekaligus kewajiban. Hak mereka untuk bersuara, memberikan pendapat.
Dan aksi mogok yang memberikan dukungan kepada beberapa kolega mereka yang saat ini terjerat kasus malpraktek sebetulnya lumrah saja.
Hak mereka kan, untuk menyalurkan aspirasinya ?
Secara hukum, sah sah saja.
Secara etika? Bagaimana harus menyikapinya?
Sulit untuk mengatakannya, karena standar etika pun sudah semakin tergeser dengan ketidak mampuan para dokter untuk mengenali dirinya sendiri. Bahwa memang mereka bukan ‘manusia setengah dewa’.
Yang teragitasi saat beberapa koleganya dianggap malpraktik. Tidak boleh, dan tidak bisa. “Kami tidak pernah salah dan sudah membantu semaksimal mungkin ”
Pendapat penulis adalah, saat para dokter pun berani menyuarakan profesionalisme etos kerja dan juga mendukung hukuman proporsionil bagi para dokter yang memang kedapatan melakukan malpraktek, itu baru luar biasa.
Apabila hanya ingin show off inferiority dengan menggalang aksi mogok bersama , ya semakin jelas dan gamblang terlihat bahwa memang kesehatan itu mahal harganya di Indonesia ini.
Apalagi dengan banyaknya kerjasama dengan produsen obat. Duh, makin mahal aja, dan makin berbahaya…
Sakitnya apa, obatnya yang diresepkan apa…. Semuanya ‘demi’ sebuah kemapanan dan mobil baru berwarna putih dengan sebuah emblem logo IDI di sudut kaca depannya.

Baca juga :  Weeeek.....Ngaku-Ngaku

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

18 comments

  1. Saya malah tergelitik dengan OPINI Mantan Dirjen DIKTI, kemari, di KOMPAS… urusan dokter, katanya negara yang harus tangani, hingga dokter-pasien tidak ada transaski…Aneh, profesi lain gimana?. Mau gak negara urusi saya…wkwkwkwkwk

  2. Manja sih gak Rul…
    Cuman dokter kaget aja setelah sadar bhw profesi mereka tak istimewa lagi seperti sebelum-sebelumnya….https://blograkyat.com/wp-content/plugins/wp-monalisa/icons/wpml_bye.gif

    1. Mbak Marul n Pak Dos : Saat gak lagi di istimewakan, bukan mau intropeksi malah nyalahin faktor luar. Kayak anak kecil yang kalo jatoh ,eh, lantainya yang dimarahin hahahaha

  3. Saya menulis status: Demi solidaritas membela yang belum tentu benar, akhirnya harus mengorbankan untuk melakukan hal yang benar.

    Polisi, pejabat, menteri, semua bisa dipenjara. Apakah dokter tidak boleh? Kalau memang sudah bersalah, kenapa tidak sejak awal IDI menyediakan dokter terbaik untuk membela anggotanya?

    Sepupu saya di Medan, karena ada salah prosedur, saat melahirkan secara cesar harus mengalami kelumpuhan, dokternya sampai minta maaf2 dan ke pengadilan dapat ganti rugi 300 jta, tapi biaya pengobatan 500 jt lebih dan sekarang cacat.

    Paman saya, di operasi, setelah dijahit ada benda yang ketinggalan, dibedah lagi yang meninggal akhirnya. Mau dituntut , akhirnya rela aja, yang meninggal juga gak bakal kembali dan yang jelas akan habis banyak uang lagi.https://blograkyat.com/wp-content/plugins/wp-monalisa/icons/wpml_wacko.gif

    1. Bejibun kasus malpraktek di Indonesia yang tidak diangkat di permukaan. Tapi ini tidak bisa bikin ‘ngeh’ para dokter bahwa praktek seperti itu memang ada di masyarakat. Hidupnya terlalu diawang awang….

  4. Orang aceh..medan..riau…tiap tahun ribuan yg brobat ke LN.trutama malaysia..dan singapura

    1. Pilihannya bukan karena lebih baik, tapi lebih profesional dan berani bertanggung jawab. Miris.

  5. oalah pak/bu dokter…tugas kalian adalah merawat orang sakit. lha kalo ditinggal mogok2 gitu sapa yg ngrawat pasien? mbok sudah, jalankan tugas masing2 secara profesional, yg salah ya sudah seharusnya diberi sanksi…
    salam…

  6. Pak Kate,saya dulu pernah ketusuk bambu dari paha,hingga kebatas perut. Ada 27 jahitan,tapi sebulan nggak sembuh sembuh,ternyata masih ada bambu dalam daging paha saya sebanyak 3 potong lagi…hmmm sakit apa nggak yaa…

    1. Pak Tjiptadinata, apa kabar, Bapak.. Saya pun punya beberapa pengalaman traumatis tentang dokter sendiri. Memang gak semuanya seperti itu, tapi nampaknya pergeseran etika ini sudah general juga sekarang ini. Tambah pinter2 sih, tapi nilai mereka jadi geser. Kegoda sama ‘hubungan gelap’ dengan industri pharmaceuticals.. Repot. Salam, Pak 🙂