Dulu Pun Begitu

erywijaya.wordpress.com
erywijaya.wordpress.com

Tugas melulu, tugas terus, tugas lagi, tugas lagi. Keluh Maryam. Ini tekanan psikologik, bedanya mahasiswa sanggup artikulasikan keluhannya dibanding anak-anak SD. Anak SD lebih unggul karena ikhlas terima PR gurunya se abrek tiap harinya.

Maryam dan kawan-kawannya datang pada dosennya, kabarnya dosen itu spesialis penampung keluhan mahasiswa. Maryam cs mengeluh, mengeluh dan mengeluh. Padahal ia tugas belajar, PNS yang dititip belajar, punya beasiswa, gaji dan akomodasi cuma-cuma.

“Buk, saya gak sanggup diberi tugas setiap hari oleh dosen”

Baca juga :  Что такое индексные фонды? Полное руководство по инвестированию

“Siapa dosennya?”

“Banyak Buk”

Ibu dosen itu tersenyum, sembari meletakkan gagang kacamatanya di atas tumpukan jurnal ilmiah.Lantas, bu dosen itu cuma berkata ringan: “Dulu waktu kamu belum kuliah, kamu ngotot kuliah, bahkan sikut-sikutan di institusimu, antrian dan rela mengemis agar bisa sekolah, minta rekomendasi atasan, dan minta izin. Betapa girangnya kamu waktu itu. Kenapa kamu girang waktu itu? Sebab kamu pikir, kuliah itu enak. Saat kamu sudah kuliah, betapa bangganya kamu menulis status di FB, Tweeter: Sibuk Kuliah”.

Baca juga :  Demi Tumbal Pesugihan, Ibu Tega Congkel Mata Anaknya Sendiri

Maryam dan teman-temannya terdiam.

“Setelah kamu sarjana atau magister nanti, kamu akan tetap mengeluh. Sebab engkau-engkau tak pandai mengelola keluhan menjadi kekuatan. Karena dulu pun begitu, selalu merasa kalah. Padahal kemenanganmu di pelupuk mata, hanya kamu tak tahu bahwa itu kemenangan…”

Akh……..manusia memang memble, ahli berkeluh^^^

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

4 comments

  1. Bro…tulisan ini bukan keluhan kan atas keluhan para mahasiswa/i – nya hihi

  2. Mereka cuma berpikir kalau kuliah itu mentereng apalagi gratis karena beasiswa. Akhirnya mereka gak berpikir kalau kuliah itu belajar untuk jd pemikir