Kekuatan Jemari

Jelang pilpres! Ada hal-hal yang mengejutkan beberapa minggu terakhir. Semua kacau dan aneh. Perkaranya simple, karena hanya ada dua capres. Maka kita memilih satu atau dua? Nomor satu atau nomor dua? Prabowo-Hatta atau Jokowi-Jeka? Keanehan dan kekacauan bermula ketika kita sadar orang-orang yang terdekat dan kita percaya dengan baik, TERNYATA memiliki pilihan capres yang berbeda dengan kita! Alasannya ketika kita tanya, mereka menjelaskan. Lalu kita membuat argumen balik, “Pilihan situ kurang oke, pasalnya begini dan begitu…” Yang ada lama-lama terjadi perselisihan, di berbagai media sosial. Ada yang pro-satu dan pro-dua. Yang pro-satu ngotot calonnya terbaik dan pro-dua ngotot calonnya lebih baik lagi. Ha-ha!

gokil
foto: gokilmaximal.com

Keadaan semacam ini tentu jadi sangat tak mengenakkan. Sepasang kekasih, beda pendapat! Suami-istri bisa juga dalam hati beda pilihan tapi didepan terpaksa koalisi, konsolidasi. Mosok rumah tangga pecah gara-gara capres? Ada anak yang heran karena ibu dan adik-adiknya memilih capres yang beda, “Gubenur suku kita saja memilih capres A, kenapa mama dan adik-adik pilih capres B?” Lalu ada lagi seorang kakak yang malam-malam khusus mengirim SMS adiknya, “Saya bukan mau mempengaruhi pilihan kamu. Tapi pikir lagi deh capres A lebih baik dari capres B. Alasannya sudah jelas begini dan begitu.” Lalu ada lagi kejadian lain. Sedang gunting rambut, iseng-iseng bertanya pada sang kapster salon. “Mbak, entar pilih capres jari-jari ya?” Dijawab muram oleh si tukang gunting salon, “Waduh Mbak, saya pilih capres jempol-jempol, maklum ikut arahan suami…” JRENGGG! Keadaan di tanah air jadi kikuk, porak-poranda.

Pengalaman saya lebih unik, saya bertipe A, jadi saya pikir semua sahabat dan teman dekat saya menggunakan logika dan rasionalitas A, tanpa memandang SARA, perempuan ilusi yang sering memporak-porandakan hati anak-anak negeri. Iya, SARA, SUKU-RAS-AGAMA. Saya rasa sudah tidak jaman di tahun ini masih saja meributkan SARA. Ketika teman saya beraneka-rupa tanpa mengingat mereka mungkin masih naksir SARA, otomatis saya tidak berpikir panjang. Saya memposting sebuah gambar lucu dan men-tagged teman-teman dekat saya. Aneh! Ada yang sambutannya sedingin salju! Apa yang salah ya? Omaigat, mereka berbeda haluan dengan saya. Heran saya tanya, kenapa alasannya? Semua jawab yang tak masuk akal bagi saya diturunkan. Beberapa malah mempengaruhi saya, supaya berpikir panjang dan melihat latar belakang capres anu, hati-hati ia akan membawa permasalahan itu. Dalam hati saya kesal juga, saya bukan orang idiot yang tidak tahu bagaimana capres A dan capres B. Apalagi pada salah satu capres, saya pernah mendapat tugas menulis buku tentangnya, walaupun tugas itu gagal. Karena pihak yang menawarkan pekerjaan tidak bertanggung-jawab. Namun setidaknya saya sudah melakukan riset. Bukan satu atau dua kali namun ratusan kali saya browsing tentang capres ybs. Jadi saya merasa kenal betul perangainya dan memilihnya!

Baca juga :  Mata Menatap Nanar

Jengkel karena dianggap saya bodoh, tidak bisa membedakan manusia. Jengkel karena saya merasa ‘tahu’ motivasi mereka yang sesungguhnya. Saya mengendus adanya sesuatu yang mereka cegah atau justru sesuatu yang ingin mereka percepat. Disisi lain beberapa kawan atau relasi itu juga tidak bisa saya beritahu, bahwa mereka ‘menyimpang’ dan ‘berada dijalan yang salah.’ Vice versa, dibolak-balik sama saja. Kalau sana dikasih tahu, sana jadi jengkel. Kalau disini dihasut, sini juga jadi gondok. Lalu timbullah situasi politik yang katanya ‘memanas’. Aduh apa enaknya nih? Kalau ribut-ribut dan hidup tidak tenang? Persahabatan buyar, pertemanan dodol karena jari-jemari saling memilin. Yang satu harus lebih menonjol dari yang lain. Padahal bagaimana sih jari-jemari itu? Emang bisa di tangan cuma ada jempol doang? Atau hanya ada jari telunjuk dan jari tengah doang? Kasihan juga jari manis yang biasa dihiasi ikatan dilupakan dan jari kelingking si mungil yang lincah juga dinafikan. Jangan gitu dong! Ayo tetap genggam erat dan bangun kekuatan jari-jemari.

Baca juga :  9 Best Payroll Services For Small Business November 2023
garuda
foto: acehdesain.wordpress.com

Akhirnya saya mengambil wejangan dari gambar lucu yang beredar dimana-mana, “SITU SODARAAN SAMA CAPRES? GALAK BENER BELAINNYA…” Kalau dipikir bener juga. Walaupun sebal, ya tidak usah memusuhi apalagi jika itu kerabat sendiri, sahabat sendiri. Yang parah kalau pacar sendiri dan suami sendiri dimusuhi juga, rasanya sudah tidak manusiawi. Satu lagi wejangan lucu yang beredar adalah kata – kata, “PALING SUSAH MENASIHATI ORANG YANG SEDANG JATUH CINTA DAN … PENDUKUNG CAPRES.” Bwahahaha… Saya juga tidak tahu, mengapa saya jadi jengkel jika orang-orang yang saya percaya dengan sepenuh hati membela capres yang tidak saya dukung. Bukannya saya memaksakan, barangkali ada keterkejutan saja bahwa yang dipikir kita satu area dalam pola pikir, tatanan laku dan harapan, TERNYATA SESUNGGUHNYA BERBEDA. Dan karena sikap EGO, perbedaan itu sepertinya tidak masuk akal. Kenapa bisa berbeda ya? Balik lagi, kali ini kita ambil semboyan bangsa, BHINNEKA TUNGGAL IKA, berbeda – beda namun satu juga. Jangan lupakan itu! Seperti jari-jemari yang terangkum jadi satu. Maka seperti itulah sesungguhnya insan-insan Indonesia. Harus mengedepankan persaudaraan dan kemanusiaan. Kalau semua orang harus sama, namanya SERAGAM dong!

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

4 comments

  1. Kita selalu bilang bahwa berbeda itu satu keniscayaan dan indah, tapi melihat ada yang mengambil sikap berbda dengan kita bukannya indah malah jadi suram ya Ci Jo hehhe…teman karena dukung prabowo nontonnya tvone terus…gimana gak sebalhttps://blograkyat.com/wp-content/plugins/wp-monalisa/icons/wpml_cool.gif