Kencang Kendur Tali Motivasi – Josephine Winda

motivasi
foto: quoteswords

Motivasi itu apa? Apakah motivasi sebagai alasan untuk melaju kencang? Untuk menekan pedal gas dan melampaui segala rintangan. Tapi apa iya membabi-buta? Tentunya tidak demikian bukan? Ibarat pengendara kendaraan, harus menggunakan GPS. Tahu tujuannya hendak kemana, mengerti jenis kendaraannya, mempelajari medan perjalanan apakah perbukitan-pantai atau justru lintasi hutan.

Acapkali orang punya motivasi pada dirinya namun tak tahu arah tujuannya. Kadang tujuannya hanya ingin makmur slash kaya. Caranya? Nggak tahu. Makjlebs! Suatu masa dalam kehidupan, pernah saya melakukan hal demikian. Terus me motivasi diri namun tak mempelajari keseluruhan faktor pendukung. Ibarat kata ngotot ingin ngebut tapi tak sadar bahwa kendaraannya adalah becak!

Mungkin hanya saya saja atau bisa jadi Anda merasakan pengalaman yang serupa. Kita bagi-bagi cerita ya! Ya Tuhan, kenapa gagal – maning, gagal- maning, Sonnn?… Apa sih penyebabnya? Ikhtiar sudah, berdoa sudah, minta dukungan sudah, ngotot sudah, tapi kok tidak berhasil juga. Salah dan dosa saya apa?

Ternyata alam ini mengatur sebuah sinergi yang tak kita pahami. Ketika kita ngotot tentang suatu hal yang sejatinya ‘tak nyambung’ dengan ruh kita. Itu artinya kita diminta move-out, pindah keluar dan masuk pada fase berikutnya, mungkin pada media yang berbeda. Itu jika Anda percaya, jika Anda sejenis penggemar dongeng, ‘when you wish upooon a staaarrr..’. Namun jika Anda berkata, ‘Wah saya orangnya realistis saja. Tak berani ambil resiko macam-macam atau keputusan yang aneh-aneh!’ Ya sudah STOP, tokh Anda sudah merasa nyaman disitu. Artinya Anda penggemar zona nyaman. Enakan naik komidi putar!

Baca juga :  Si Kate dan HP Kesayangannya [Kewajiban]

‘Jangan macam – macam dengan saya,…’ Mungkin itu kalimat Mat Jampang atau Si Pitung ketika melawan kumpeni. Tetapi itu pula yang harus Anda katakan, ketika Anda mencari sinergi yang menyatu dengan ruh Anda. Dari titik ini saya ingin kemana? Ingin menjadi apa? Harus bagaimana? Nah, yang menghalangi, jangan macam – macam dengan saya! Ketika saya mengatakan bahwa saya akan tekun menjadi penulis, saya pernah ditertawakan kawan sendiri! Lucunya orang ini kemudian muncul menjadi peserta seminar jurnalistik yang moderatornya adalah saya! Makjlebs, bukannya kamu pernah mentertawakan bidang menulis? Tapi saya diam saja. Saya tidak mau merusak kemuliaan ‘ruh’ saya dengan menyindirnya. Ceille, bahasanyaaa…

Lalu ada teman lain yang ketika saya katakan padanya bahwa ada penerbit yang pesan pada saya untuk menuliskan suatu naskah, suaranya terdengar sumbang memuji saya. Saya bisa mendengar gaungnya, ‘omong kosong,..’ Sialnya memang saya ditipu dan penerbit ecek-ecek tersebut hanya ‘ngerjain’ saya untuk menulis 50.000 kata untuk kemudian menghina tulisan saya. Owh,… saya bersumpah tulisan itu akan terbit oleh penerbit lain! Sakit hati? Boleh, tapi sebentar saja! Orang-orang yang tidak penting tidak perlu berlama-lama ada di hati Anda.

Yang namanya kejadian saya menulis bolak-balik lalu ingin ikut lomba dihalangi dengan alasan usia, serrrring bangeeeet…! Omaigaaat, emang usia berapa sudah masuk kalangan jompo? Apakah dikhawatirkan pikun ketika menulis? Saya heran sekali mengenai batasan usia ini. Kalau genre remaja boleh saja dibatasi, takut estewe pada maksa nulis galau dan yang anak muda tidak mendapat kesempatan. Tetapi kalau tulisan umum, atau karya sastra kenapa harus dibatasi usia? Sungguh aneh! Okay, tidak masalah. Bagi saya sih menulis itu seni saja. Mau nulis gaya abege atau nyastra tinggal dipelajari dan dibaca trik serta contoh-contohnya. If you love if then you won’t feel the suffer of it.. Jika Anda mencintai sesuatu/seseorang biasanya Anda takkan merasakan penderitaan untuk mengejar hal tersebut. Maka saya katakan, lihat keseluruhan faktor pendukung. Lihat sinergi alam ini, apa atau siapa mawah Anda yang sebenarnya?

Baca juga :  Jalan

Saya menuliskan panjang – pendek artikel ini hanya untuk memberitahukan satu hal. Yup, akhirnya untuk pertama kalinya buku saya (kumpulan cerpen) akan diterbitkan oleh ELEXMEDIA. Panjang-pendek perjalanan hidup yang saya lalui semua selalu demi ‘menyenangkan’ orang lain. Demi memenuhi ‘marwah’ orang lain yang termasuk keluarga, atasan, orang-tua bahkan masyarakat. Waduh, si dia punya pekerjaan di kantor. Penghasilannya stabil dan manstaaaafff…

Jika sekarang ditanya orang, pekerjaaannya apa? Menulis dan hasilnya Senin-Kamis. Lalu orang-orang tunduk kepala, heningkan cipta seolah saya sudah akan mati saja keadaannya. Saya hanya angkat bahu, karena saya merasa ‘mati’ ketika bekerja dalam rutinitas. Merasa ‘mati’ ketika usia sudah beranjak sekian masih saja disuruh-suruh dan diperintah-perintah seperti murid TK. Setiap detiknya saya berdoa, “Tuhan panjangkan selalu sabarku, hingga kehendakMu menjadi bagian terbaik perjalanan hidupku. Dan bukan mauku tetapi mauMu,…” Moral cerita:  jangan mudah putus asa ya! Apalagi jika masih muda usia dan bercita-cita menggenggam dunia..!

Tunggu kisah selanjutnya!

Personal blog : http://josephinewinda.blogspot.com/

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 comment

  1. Luar biasa dan selamat, akhirnya terbit juga bukunya oleh Elekmedia, semoga sukses