Menafikan Kebenaran

wrongKetika berada dalam suatu situasi ‘simalakama’ apa yang akan Anda lakukan? Dimakan ibu mati, tak dimakan ayah mati. Sering saya lihat orang menafikan kebenaran. Jangan tuding orang lain dulu deh! Tuding hidung sendiri. Kalau yang dibela saudara, kerabat, handai taulan, idola, idealisme, semua cara dihalalkan. Demikianlah orang yang sudah dibutakan oleh keterikatan. Salah – benar, pokoknya benar! Jangan sampai disalahkan. Kalau perlu dipoles sehingga kesalahan ditutup dengan sampul baru berjudul kebenaran. Begitu rasa takut disalahkan muncul lalu mendadak ‘sangat benar’ dan ‘serba benar’. Jika orang memprotes, ‘Kamu kan salah!’ Jawaban galaknya dua kali lipat dari si penanya, ‘Itu kan dulu! Sekarang aku sudah benar. Lihat nih, semua yang kulakukan kini adalah kebenaran!’ Plok-plok-plok,..

Seandainya kebenaran begitu mudah dibalikkan seperti telapak tangan. Enak sekali hidup ini? Habis membunuh, langsung beribadah. Kalau perlu puasa empat puluh hari untuk kembali menyucikan diri. Hmm,…  Hidup ini memang lelucon, apalagi banyak orang yang menjadi badut dan tidak menampik bahwa ia hidup bernafkah sebagai badut. Salah-benar, pokoknya saya harus makan, jadi harus benar! Kebenaran seperti aliran air yang turun mencari dataran rendah. Semua kebenaran akan bersama – sama bermuara pada laut lepas. Kebenaran dari sungai – sungai di hutan, kebenaran dari kali – kali persawahan, kebenaran dari sungai pengunungan. Semua mengalir jadi satu menuju ke dataran rendah, laut! Tidak ada air yang mengalir keatas. Kebenaran akan terkuak seiring waktu, seiring musim, seiring pergantian jaman. Sekeras apapun disangkal, ketika banyak yang lain menyerukan, kebenaran akan muncul sebagai bintang tamu dan membungkukkan tubuhnya ketika memperoleh applaus.

Penafi kebenaran buat saya tidak usah dibantah. Kalau perlu diiyakan. Biar saja penafi kebenaran salah jalan, tokh nanti akan tersesat sendiri. Mohon maaf, ketika melihat perdebatan disana – sini yang niatnya hanya memancing emosi, sungguh buang – buang waktu bagi saya. Perdebatan tidak akan berjalan kemana – mana jika yang seorang menafikan kebenaran. Buat apa adu bicara jika sudah jelas berbeda arah. Seleksi alamlah akan menentukan. Loe apa gue, jurinya takdir Tuhan. Gitu saja kok repot! Kadang – kadang saya berpikir bahwa para penasihat memang orang yang seharusnya dibayar sangat mahal. Atas pemikiran – pemikiran cemerlang, mereka memberi masukan dan mengarahkan pada kebenaran yang berbuah keberhasilan. Menakutkan ketika setan dijadikan penasihat, maka itulah ketika salah menjadi benar. Menafikan kebenaran! Maka jaman dahulu alkisah selalu tentang ‘penasihat kerajaan’. Tidak pernah alkisah adalah tentang seorang ‘penari hullahoop kerajaan.’ He-he,..

Baca juga :  Menjaga Mulut sebagai Gerbang Diri

Menafikan kebenaran bukan sesuatu yang mudah dilawan arusnya. Karena suara hati seseorang lama – lama akan hilang ketika ia berendam dalam kolam kenikmatan bersama mayoritas orang. Ketika sekian banyak orang mendapat satu manfaat dari kesialan seseorang, maka yang merasa kasihan dan bersimpati akan timbul – tenggelam. Pasalnya semua orang akan menabuhkan irama yang sama, menafikan kebenaran. Masakan ia seorang akan menyenandungkan nada yang salah? Again, be careful! Korupsi berjama’ah, rombongan bergossip, kelompok solidaritas anu, kelompok menuntut itu. Semuanya berkumpul dan menabuhkan genderang yang seirama, ketika suatu tanya muncul dari suara hati seseorang maka genderang akan dibunyikan kencang lagunya, ‘nafikan kebenaran – nafikan kebenaran – nafikan kebenaran’. Kasihan manusia masa kini sudah sedemikian menyembah dewa kemapanan dan kenyamanan hidup, sehingga salah boleh sekali dibenarkan demi kenikmatan! Bahkan jika harganya hanya sebungkus nasi, sikaaaat man! Jika satu mati untuk seratus orang hidup. Jyah,..apesnya yang satu itu saja! Biarlah ia dikorbankan. Malangnya,…

Baca juga :  Avis de Lucky8 Lisez les avis marchands de lucky8 co

foto: www.coolnsmart.com

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 comments

  1. Pada akhirnya perdebatan apalagi soal agama, tidak akan menemukan kebenaran, karena yang bisa dikatakan bukan kebenaran lagi

    1. ya kalau agama, ya ngga usah didebat. Kalau memang mau belajar agama lain, pelajari saja secara keilmuan kan bisa?