Orang Pintar Memainkan Kepintarannya

schimmerPernah saya ditipu seseorang, lalu saya berkisah pada orang yang lain. Orang kedua ini berkata kepada saya, “Kamu lugu, … gampang ditipu dan dibodohi,” ujarnya dengan senyum sedikit meremehkan geli sambil matanya melirik. Ternyata orang kedua ini juga berniat menipu serta mengambil keuntungan dari saya untuk dirinya sendiri. Sekarang saya total menjauh dari kedua orang tersebut. Kedua orang itu adalah kawan – kawan yang pernah sangat saya percayai. Yang pertama cerdas luar biasa dan pangkatnya tinggi, saya berharap mampu menjalin kerja – sama dengannya. Yang kedua sedikit bernasib malang dalam rumah tangga dan butuh pertolongan dalam upayanya mencari nafkah. Saya berpikir keduanya ada dalam posisi yang baik untuk saya percayai. Ternyata saya salah. Mereka menghalalkan segala cara. Atau benar perkataannya, bahwa saya yang lugu dan mudah dibodohi? Who cares,…

Yang tidak disadari oleh mereka adalah bahwa ingatan saya setajam silet. Satu jarum saja yang pernah menusuk saya ingat. Sensitif tingkat dewa? Ha-ha, mungkin! Sifat saya mirip gajah. Mungkin saya tidak gembrot dan besar seperti gajah, tapi saya ingat segala hal yang pernah terjadi di masa lalu. Saya memiliki kecenderungan menghindar pada peristiwa serta orang – orang yang sudah tidak menyisakan rasa percaya. Tapi saya bersyukur mengenai intuisi ini. Dengan kemampuan ‘mengendus’ laku seseorang, sedikit banyak kita mampu menyelamatkan langkah – langkah selanjutnya di kehidupan. Jadi teringat kembali ucapan pesulap pesohor kita, “Tatap mata saya – tatap mata saya…” Yup, jika Anda ingin mempercayai seseorang cukup tatap matanya dan kebohongan atau kejujuran akan tersirat. Seseorang yang tulus dan jujur tidak akan mengeraskan tatapan matanya ketika mengatakan sesuatu. Sebaliknya seseorang yang bertekad bohong akan mengatur agar sorot matanya sangat meyakinkan. Dengan kata lain kebohongan adalah bagian dari acting.

Mengapa orang beracting? Karena mereka aktris dan actor. Mereka dibayar untuk berakting. Yup, dibayar… lagi – lagi uaaangg... (lagunya siapa yaaa?..). Akhir – akhir ini komentar tentang pilpres berbagai – bagai. Tetapi yang lucu, banyak yang berakting. Sebagian orang memasang wajah serius untuk suatu kebohongan. Mengapa? Karena ada kepentingan dibaliknya. Ada niatan untuk mengeruk keuntungan semaksimal mungkin. Siapa korbannya? Orang – orang yang lugu dan mudah percaya. Yup,… Orang pintar ada dua jenis. Orang pintar dan baik. Lalu orang pintar yang merasa kurang pintar dan kurang baik lalu berbuat onar dengan anugrah kepintarannya. Dalam sebuah berita, seorang tokoh terkenal membuat pernyataan yang sangat tak masuk akal. Istilah yang sedang trend saat ini: blunder (saudaranya blender?). Ya, pokoknya komentar yang semrawut, nggak nyambung, ngga ada dasarnya. Masyarakat pembaca sontak terkejut dan menghujat tokoh tersebut. Ada yang mengatakan ia melacurkan dirinya. Ada yang mengatakan tadinya idola sekarang jadi anti liat mukanya. Yang membuat saya tergelitik adalah komentar yang mengatakan, “Saya pikir tokoh ini pintar, ternyata dia bodoh dan tidak bisa berpikir jernih,…”

Baca juga :  [MBLR] Cinta Bayu

Saya tertarik mengangkat komentar terakhir ini. Karena menurut saya tokoh ini memang pintar, tetapi ia memainkan kepintarannya! Pintar belum tentu baik, belum tentu suara hatinya dipelihara. Pintar tetapi memiliki agenda tersebunyi. Ambisi, hasrat dan keinginan kuat untuk menguasai orang lain, menyelamatkan dan memperkaya diri sendiri. Pernah dalam suatu permainan semacam othello antar rekan kantor, saya memberikan saran untuk membuat barikade atau ‘halangan’ agar pihak musuh ‘terjegal.’ Sementara pemimpin saya hanya berfokus pada tujuan kemenangan. Ia kaget, ‘Kok kamu bisa berpikir dan punya strategi?’ ujarnya. Dalam hati saya ingin menjawab, Oh..kemoooonnn!

Dari sini saya mempelajari gaya percaturan bahwa kemenangan ternyata bisa dengan cara ‘lurus’ atau dengan cara ‘bengkok’ yaitu mematahkan laju orang lain. Orang yang pintar dan tidak memelihara suara hati akan menggunakan cara ‘bengkok.’ Jadi saya pikir komentar – komentar yang heran mengenai tokoh – tokoh yang bicara tidak sesuai dengan porsi, kenyataan dan konteks masalah,…tidaklah mengherankan! Karena mereka adalah orang – orang pintar yang memainkan kepintarannya. Percaya Tuhan? No, .. kita kan hidup didunia. Tuhan tidak pernah terlihat. Jangan terlalu naif! Orang – orang pintar yang memainkan kepintarannya sedang mencoba mengungguli Tuhan. Pernahkah saya punya niat menjegal orang lain? He-he,...Tatap mata saya! Tidak pernah dan tidak bisa… Ada yang saya takuti dalam hidup ini dan saya selalu mendapat bisikan dariNya. Maka saya selalu kalah, mengalah atau dikalahkan. Who cares?...Saya hidup dari orang – orang yang penuh cinta dan bukan para pembenci.

Baca juga :  Dapat Ilmu Kehidupan Dari Pak Supir Taxi

foto : quotes-pictures.vidzshare.net

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

4 comments

  1. Ci Jo, pada jaman sekarang justru banyak orang pintar dengan gagah mempertunjukkan kebodohannya, setiap hari kita bisa baca komentar2 orang pintar. Dengan kepintaran setiap kata digunakan hanya demi untuk nafsu kepentingan bukan untuk kemanfaatan. Ini namanya tidak pintar memainkan kepintarannya, kan?

    1. dia itu pin pin bo..sok komen membenarkan anu atau membela si itu — lha wong ngareeep bayaraaaannn brotheeer… pinter otaknya tapi culas hatinya — ya begonoo ithuuuuh..

  2. IMHO, strategi sangat diperlukan, bukan untuk menjegal musuh melainkan untuk membentengi diri kita dari serangan musuh. Tulisan yang menginspirasi saya untuk memainkan kepintaran saya hehehe

    1. iyaaa tujuan awalnya idealisme..lama-lama udah melenceng jauhhhh — tujuannya udah jadi egoisme dan greed – IMNSHO = In My Not So Humble Opinion… — strategi pada bidang permasalahan oke lah : finance, hukum, pendidikan dll — yang focusnya solusi — tapi kalo strategi pada org lain, manusia lain — focusnya menjegal org?? — apa engga culas namanya -..adaaa orang gituu…kalo mas Ryan saya yakin engga..