Statistika Kini Seksi

twainKuliah khusus jurusan statistika? Ha,..apa nggak ada yang lebih membosankan? Mungkin itu gambaran ketika orang muda disodori pilihan kuliah berbasis matematika, prosentase dan permainan angka. Yang paling diidamkan biasanya ingin jadi dokter, politikus, arsitek, pengacara, akuntan. Tapi jadi ahli statistik? Hadeh,… Karena saya orang yang aneh dan anti bosan, bukan penyabar walau memang saya juga cukup detail. Tetapi jadi ahli statistik? Saya tidak suka, tidak berminat, tak doyan. Saya lebih suka jurusan bahasa, drama atau kalau mau yang keren, ya jadi desainer interior. Jurusan bahasa dan drama cocok buat saya, bisa pakai ikat kepala kayak pejuang empat lima, lalu teriak-teriak baca puisi,…”Aku ini binatang…jalang..” Eh, kok malah ngaco!

Ilmu statistik seolah ilmu ‘belakang layar.’ Seolah ya? Padahal,….JREEENG! Ketika pilpres terjadi, semua ahli statistik mendadak jadi orang penting di negara ini. Setelah pencoblosan, berbagai metode sampling digunakan untuk mencari bayangan hasil akhir SIAPA PRESIDEN RI ke-7? Berbagai lembaga statistik yang tergabung dalam perhimpunan statistik kredibel di tanah air memberikan hasil quick count, setelah pencoblosan. Sebagai manusia pembosan saya kurang tahu beda quick count dan exit poll. Saya pikir pokoknya sama saja, sejenis cara untuk mengetahui hasil akhir atau jajak pendapat secara random dari sebuah penghitungan massive. Baiklah saya mungkin pembosan, tapi jika ingin tahu sesuatu, maka saya mencoba mencari tahu. Caranya? Dengan membaca. Salah satu hasil bacaan adalah wejangan yang diberikan Mark Twain tentang statistik. There are three kinds of lies — lies, damned lies and statistics. Artinya kurang lebih ada tiga jenis kebohongan (biasanya terjadi dalam dunia politik). Bohong, lalu bohong banget. Jika bohong banget masih kurang, maka gunakan angka-angka statistik untuk memperkuatnya. GLEG!

Quick count adalah menghitung cepat dari sejumlah prosentase obyek penghitungan. Misalkan ada 3000 TPS di suatu wilayah maka jika untuk menghitung cepat akan diambil data 10% dari sejumlah TPS itu, diperoleh angka 300 TPS. Data dari 300 TPS itu akan dicatat, berapa yang memenangkan Capres 1 dan berapa yang memenangkan Capres 2. Semakin banyak sample yang diambil semakin ‘benar’ bayangan yang diperoleh. Misal tidak hanya 300 tapi ambil sample hingga 500 TPS.  Pengambilan jumlah sample ini yang disebut margin of error. Besarnya bisa ditetapkan oleh masing-masing peneliti/lembaga. Semakin banyak sampel TPS yang diambil, semakin kecil margin of error sebuah hasil quick countSayangnya semakin banyak sample data yang diambil, biaya dan repotnya juga bertambah. Maka biasanya sample tidak banyak, supaya cepat saja mendapat hasil bayangan. Sedangkan Exit Poll menyasar pada peserta pemilu, yang keluar dari bilik pencoblosan. Hasilnya ditanya, mencoblos siapa? Lalu didata si peserta itu siapa, usia, gender, latar belakang edukasi, pekerjaan dll. Dari sini data demografis dapat diperoleh. Jadi misal capres 1 disukai wanita single dengan minimal pendidikan SMA. Data dimasukkan tabel dan ‘dimainkan’ voila, maka lukisan demografis peserta pemilu atau survey apapun akan diperoleh! So, itulah si seksi statistika!

Baca juga :  [MBLR] Gema-Gema Genta

Yang tadinya orang memandang sebelah mata, sekarang terkagum-kagum pada si seksi statistika. Lha, kalau kita dibodohi dengan hasil perhitungan, catatan, jumlah angka, prosentase dan sebagainya siapa yang tahu? Pusing gilaaa,... Kalau bisa terima beres aja deh! Beli bakso saja, jika uang kembaliannya kurang, terkadang kita tidak sadar! Masakan rakyat jelata disuruh hitung data-data serumit itu. Biarkan para ahlinya bekerja! Nah, di sini timbul perkara yang krusial ketika sampling yang dilakukan adalah untuk memilih kepala negara. Ada delapan lembaga yang memenangkan capres dua dan ada empat lembaga yang memenangkan capres satu. Mendadak kedua capres sujud syukur dan menyatakan dirinya pemenang pilpres, masing-masing adalah presiden RI ke 7. Lho! Para ahli statistika di tanah air mendadak jadi selebriti. Semuanya naik ke mimbar layar kaca untuk memberikan penjelasan. Mengapa begini dan mengapa begitu?! Usut punya usut lalu saling mencurigai. Siapa yang salah hitung? Wajarnya orang akan mengatakan suara terbanyaklah sang pemenang. Tetapi, betapa bangsa ini sangat sabar, jujur dan adil. Maka akan dilakukan audit terhadap semua lembaga penghitung sampling quick count capres Indonesia 2014. Sambil tentu saja menunggu hasil real count yang akan digelar oleh Komisi Pemilihan Umum atau KPU pada 22 Juli nanti. Inilah yang menyebabkan tensi tinggi tanah-air.

Baca juga :  Bosan
statistic
foto: .themorningfunnys

Menjadi ilmuwan, ahli apapun itu bermodalkan kompetensi dan integritas. Jika kedua perihal itu jauh dari harapan publik, maka selamat tinggal perjalanan karir! Audit terhadap lembaga penghitung quick count akan segera dilakukan sehingga tidak menimbulkan kisruh pilpres 2014 lebih lanjut. Mana yang melenceng kompetensinya. Mana yang melenceng integritasnya. Mana yang kedua-duanya diabaikan alias ngawur? Kompetensi apa sih? Gini lho, kompetensi itu Anda salah karena teledor, alias tidak teliti dalam melakukan sebuah pekerjaan. Okay, mungkin masih bisa dimaafkan! Integritas itu Anda berbohong, ngeles, menghindar, bersembunyi di ruang abu-abu, nipu dst. Wah? Udah males nih urusan sama yang model gini. Kalau keduanya? Artinya sudah nggak bisa kerja, suka bohong pula. Jyaaah,… O-oo Kamu ketauan…! Lha, siapa yang akan pakai jasanya lagi dimasa mendatang? Tapi kenapa sih, statistika kian seksi? Gini, Anda ingin jadi caleg? Nah pelajari dapil Anda, cari gambaran demografisnya. Prosentase Anda terpilih bagaimana? Sama juga halnya jika ingin jadi artis TOP papan atas tanah air, bisa menggandeng ahli statistika. Selidiki demografis para fans Anda. Kisaran usia berapa para fans Anda? Bagaimana minat mereka terhadap Anda? Sukanya musik apa? Bagaimana membangun jaringan fans/penggemar dari gambaran demografis? Bagaimana menjaring fans baru? Nah, sudah tahu bahwa sekarang statistik bisa seksi begitu rupa? Tentu saja, harus punya modal dong! Namanya juga kerja riset dan penelitian,..

Belajar statistik terbaik menurut data dapat dilakukan di IPB dan UGM. Kabarnya lagi statistik IPB terbaik se- ASIA TENGGARA, wouw! Ada juga STIS, Sekolah Tinggi Ilmu Statistik yang ada di Jalan Otista Jakarta. Sekolah ini katanya memiliki ikatan dinas. Lumayan dong, siapa tahu lulus bisa langsung kerja? Mbak-mbak kok sok tahu bener sih tentang statistik! Emang sih, saya dulunya bakul jamu gendhong. Ini cuma pengamatan saya sepintas mengapa kini statistika kian seksi. Karena jasa dan manfaatnya buaaanyaaak! Jelek-jelek saya pernah mengambil satu semester tentang statistika. Emh sorry, tetap kurang suka bidang ilmunya… Bo…ring. Ya maaf, tiap orang kan beda ya. Berbeda-beda tetapi tetap satu juga, sama-sama peminat ilmu pengetahuan. Minimal saya tahu statistika itu seksi,…

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

8 comments

  1. Jeng Winda, jadi statistik yang “seksi” itu yang alami dan apa adanya bukan melalui rekayasa kan? Keseksian yang alami itu yang lebih menarik dan abadi https://blograkyat.com/wp-content/plugins/wp-monalisa/icons/wpml_yahoo.gif

  2. Bagi yang gak ngerti statistik memang bisa bikin bingung dan pusing, tapi bagi yang ngerti jadi asyik dan seksi, ya beberapa hari yang lagi lagi bikin orang tertarik, istri yang biasanya adem adem soal politik saban hari sibuk memmeloti tv untuk melihat hasil QC hehhe

  3. Untung sadar kalau jelek – jelek hehhe..lumayan walau satu semester, kan bisa jadi bahan promosi hehhe..daripada saya?

    1. maksudnya? udah jelek ngga blajar apa-apa? hihihi….cup-cup-cup…kasian ko-kat..tuh liat gambar cewe,..apakah Anda termasuk 100% pria (normal) …)….

  4. waahhh seru ya… andai dulu aku jadi mahasiswa statistika.. tapi enggak jadi hehehehe