Tidak Enak Disalahkan, Lebih Enak Dijadikan Pembelajaran

selalu-disalahkanSaya terhenyak ketika ditegur, bahwa ada satu AC yang belum dimatikan sore itu di ruang kantor. Spontan ingin saya menyangkal,”Sudah saya matikan semua kok! Tak mungkin masih ada yang nyala.”

Karena saya merasa yakin, semua AC sudah saya matikan. Dimana saya juga sudah terbiasa selalu mengecek ulang.

Saya mencoba menahan diri sambil berpikir keras menelusuri dan mengingat-ingat. Kembali saya meyakinkan, bahwa semua AC sudah saya matikan.

*

Tidak Enak Disalahkan, Lebih Tidak Enak harus Menerima Kesalahan

Ada perasaan tidak nyaman menerima teguran seperti itu. Saya merasa disalahkan. Apalagi nada tegurannya terasa pedas di telinga mengalir ke hati. Padahal saya merasa yakin tidak melakukan kesalahan.

Saya mencoba berpikir kemungkinan lain dan malah mencoba mencari kesalahan rekan yang menegur saya ini. Sampai saya harus mengingat-ingat bahwa saya juga pernah menemukan dua atau tiga kali ada ruangan yang AC-nya belum dimatikan oleh rekan ini. Tapi dengan suka rela mematikan dan tidak mempermasalahkan.

Baca juga :  Tua

Semakin tidak enak rasanya hati ini untuk dapat menerima, bahwa benar saya lupa mematikan AC tersebut. Sebab saya tidak menemukan kemungkinan itu. Ego saya masih bekerja keras dan menolak untuk mengakui. Ada rasa marah dan curiga. Ini yang membuat tidak nyaman.

Lucu. Padahal cuma masalah mematikan AC sampai harus menguras pikiran dan perasaan. Masalahnya memang karena saya yakin tidak salah dan tidak mau disalahkan. Ini penyakitnya.

*

Apa Salahnya Menerima Kesalahan?

Akhirnya stetelah berdamai dengan suara hati, saya malah harus senyum dan menertawakan diri sendiri akan hal yang sepele ini harus melahirkan perasaan tidak enak dan tak nyaman hati sepanjang hari.

Baca juga :  Punya Anak Panen Tanggung - Jawab

Apa salahnya bila dengan sedikit rendah hati saya mengakui kesalahan itu terlepas salah atau tidak. Toh, sudah menerima akan baik-baik saja nantinya. Kalau bisa mengakui hati pasti menjadi damai.

Ini hanya masalah kecil bila memiliki kelapangan hati. Tapi menjadi masalah besar bila ruang hati ini sempit untuk dapat menerima kesalahan. Bila pandangan sempat akan terasa sakit. Namun bila pandangan diperluas, maka akan terasa bebas.

Hidup kita seringkali mengalami masalah besar karena terlalu mempermasalahkan hal-hal kecil. Padahal bila kita mau mengatasi hal-hal kecil itu dengan kebesaran jiwa hidup akan terasa nyaman-nyaman saja.

 

@refleksihatidipagihari

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *