Aku Mantan TKW di UAE (Bag. 2)

Kalau kita datang ke suatu negara apalagi untuk bekerja , hal pertama yg harus kita catat adalah alamat , nomor telpon perwakilan Indonesia dan polisi. Laporkan kedatangan kita dengan mengunjungi Kedutaan atau Konsulat RI setempat. Hal tersebut bukan hanya bagi kepentingan pribadi tapi juga untuk membantu teman2 Indonesia yang mungkin ada yang tidak tahu. Selain itu yang sangat penting baca kontrak kerja dengan jelas jangan cuma asal tanda tangan.

Ada 3 cara untuk bekerja di UAE :

1. Melamar langsung keperusahaan dan interview melalui telpon. Bila di terima dapat visa kerja dan one way ticket. Sampai di negara tujuan dilakukan Medical Check Up untuk penyakit Hepatitis, TBC dan HIV Aids. Masa percobaan kerja 6 bulan.

2. Melalui Agency, tentu saja bayarnya mahal sekali.

3. Visit visa berlaku 2 bulan seperti yg banyak di lakukan oleh teman2 Indonesia dan Philipine. Visit visa boleh cari kerja , bila di terima maka visa akan di ganti dengan visa kerja, tapi harus keluar dulu, biasanya ke Kish Island.

  ” Mbak tuh enak kerjanya di sektor formal, mana mikirin pekerja2 di sektor informal! . Aku kan tahu TKW model mbak ini membangun tembok tinggi , mana mau kenal sama kita kita! ” kata salah seorang TKI pria yang menulis disalah satu situs.

Waduh salah banget nih si mas, aku balas aja,

” Mas, jangan menuduh kalau belum tahu dengan jelas , mas ngga kenal saya kan? ” Lalu aku ceritakan sekalian apa yang sudah aku lakukan selama berada di UAE. Bukan mau sombong tapi biar dia ngga buruk sangka.

” Iya bukan mbak sih tapi kebanyakan gitu lho” balas nya lagi. Mungkin pengalaman pribadi saat dia berkenalan dengan pekerja2 asal Indonesia yang jabatannya beda.

Mungkin nasibku baik karena selama aku bekerja di UAE tak pernah ada masalah. Gaji lumayan banget, dapat asuransi kesehatan , sakit apa saja tinggal tunjukan kartu asuransi, tanda tangan form dan tebus obatpun gratis. Setahun sekali dapat jatah ganti kaca mata 1500 dhs , mau berapa kali ganti yang penting budget segitu. Kerjapun di antar jemput, ticket free pp tiap tahun, cuti setahun sekali ( 25 hari di bayar penuh). Aku bekerja 5 hari dan 8 jam perhari.

Baca juga :  Kutitip Jakarta

Dengan lingkungan di luar kantorpun aku tak ada masalah, banyak koq teman2 dari berbagai bangsa atau lokal yang jadi teman baikku. Aku selalu berprinsip di mana bumi di pijak, di situ langit di junjung. Kupatuhi aturan negara setempat karena walau bagaimana kita adalah pendatang.

Bagaimana dengan teman2 yang bekerja di sektor informal? Tentu akupun tidak diam saja. Setiap aku jalan keluar dan mendengar ada yang bercakap dalam bahasa Indonesia. Aku langsung ajak kenalan dan tukar nomor telpon.

Ketika pulang cuti dan menunggu jemputan di Dubai Airport. Ada 30 orang TKW non formal yang akan di sebar ke 7 state di UAE. Mereka duduk di lantai , ada yang bingung, ada yang seneng, ada juga yang takut. Aku dekati mereka dan kuajak bicara.

Sebagian dari mereka ada yang sudah pengalaman kerja di Middle East seperti Qatar, Oman, UAE. Ada juga yg baru pertama kali makanya kelihatan bingung dan takut.

” Adik2 semua jaga diri kalian ya? kalau ada apa apa , jangan sungkan telpon ibu atau telpon perwakilan RI ok? Ini no hp ibu dan ini no telpon Konsulat RI” ujarku pada mereka.

Aku berikan catatan telpon yg baru kutulis di secarik kertas lalu mereka menulis bergantian.

” Makasih ya bu ? ”

Duh! miris dan haru melihat mereka masih muda muda , jauh dari keluarga tapi memiliki tekad kuat untuk mengangkat harkat dan derajat keluarga.

Baca juga :  Maladewi

Sejak bergabung dan aktif di komunitas Indonesia Middle East, aku semakin banyak teman, banyak melihat dan mendengar. Ada TKI yang tidak betah karena gaji dan jam kerja tak sesuai kontrak. Mau mengundurkan diri tapi belum setahun ya harus bayar denda.

Memang benar ada beberapa perusahaan dan majikan yang tak menghargai TKI kita, tapi akhirnya semua berpulang pada diri kita sendiri dan harus di ikuti dengan tindakan tegas perwakilan RI di sini dalam membela hak hak TKI.

Kalau sakit ? kata mereka ” Dokternya panadol bunda !’

Ada seorang TKI , sarjana , sudah bekerja di perusahaan telekomunikasi celular terkenal di Indonesia, tergiur mengadu nasib di UAE dan bekerja di hotel bintang 5. Akhirnya ngga betah katanya gaji tak sesuai dengan capeknya, dia tahan tahanin sampai 1 tahun lalu kembali ke Indonesia.

Perlu aku tekankan di sini bahwa tidak semua TKI informal bernasib buruk, banyak juga di antara mereka yang sudah bekerja puluhan tahun pada majikan yang sama. Ada yang diajak keliling dunia oleh keluarga majikan. Di kampung mereka sudah memiliki rumah, sawah dan mampu membiayai kuliah anak anaknya.

Di UAE banyak juga teman2 Indonesia yang bekerja sebagai pilot, engineer , pramugari, manager dll. Mereka amat peduli pada sesama pekerja Indonesia. Salah satunya orang Indonesia di kantor otoritas penerbangan bergengsi di UAE. Beliau membantu aku ketika menolong seorang gadis muda Indonesia yang meninggal karena sakit.

Tanpa terasa hampir 3 tahun aku di UAE. Akhirnya aku mengundurkan diri karena pindah ke Australia ikut suami, walau kontrak kerjaku di UAE unlimited.

Teman teman di UAE mengantarku dengan airmata dan peluk cium. Indahnya persahabatan yang tulus di manapun kita berada.

Kini aku sudah menetap di OZ namun kenanganku selama di UAE tak pernah kulupakan.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

7 comments

  1. Wah kisah nyata nih.. ada saudara saya 7 tahun di sana.. Alhamdulillah juga kembali baik-baik aja.. dan sering di ajak umroh sama majikannya… https://blograkyat.com/wp-content/plugins/wp-monalisa/icons/wpml_good.gif

  2. Ini komen saya pertama Bunda Fey di Ketikketik . dan artikel pertama yg saya baca juga punya Bunda Fey…

    Wahh, subhanallah..luar biasa pengalaman Bunda. Sarat hikmah dan pembelajaran buat saya.

    Salam hangat Bund…