Belajar Dari Lembar Sejarah

history-wordle
foto: www.permanentculturenow.com

Dulu ketika saya bekerja, atasan saya mengatakan, “History doesn’t counts!” Maksudnya sejarah tidak membuktikan apa – apa. Dengan gagah – berani saya membantah, “Tentu saja sejarah punya pengaruh besar!” Dalam hati saya bergumam, ‘Jika sejarah tidak perlu diacuhkan untuk apa ada pelajaran sejarah?’ Untuk apa orang mengerti tentang kebudayaan Mohenjo Daro? Untuk apa belajar tentang perjanjian Linggarjati? Dan untuk apa memahami tentang jalur sutra di negeri Cina? Untuk apa mengerti tentang masa lalu jika kemudian dianggap tidak berguna? Sejarah adalah parameter dan pengaruhnya luar biasa. Orang menjadi lebih baik karena belajar dari sejarah sebelumnya, sehingga tidak mengulangi kesalahan yang sama. Yang lain justru mempertahankan hal – hal baik yang sudah ada sejak dulu dalam sejarah sehingga menjadi warisan budaya yang tak lekang oleh waktu.

Saya jarang sekali menulis tentang politik, pemerintahan dan sebagainya. Mengapa? Baru lihat judulnya saja sudah teler dan mulas. Dalam diri saya tumbuh rasa pesimisme yang sedemikian besar, sehingga menurut saya adalah buang-buang waktu untuk berdebat dan membahas sesuatu yang sesungguhnya dalam hati terkecil semua manusia sudah mengerti tentang esensi luhur mengayomi bangsa dengan baik dan bijaksana. Sebenarnya sangat disayangkan bangsa kita yang sedemikian beragam, kekayaan yang begitu besar dan karakter bangsa yang agung semuanya tidak ditata dengan baik oleh mereka – mereka yang seharusnya mengemban tugas mulia. Yang terjadi masing – masing hanya mencari ‘kesempatan dalam kesempitan.’

Baca juga :  Bosan

Kemarin seorang teman yang bekerja di pusat perbelanjaan bercerita bahwa ia sering dimusuhi oleh orang – orang dari counter dagangan barang kosmetik. Rupanya para sales kecantikan sering mempermainkan laporan penjualan barang dagangan ke kantor pusat. Pasalnya hal itu berpengaruh pada jumlah komisi yang akan mereka terima. Jika memungkinkan mereka berkehendak agar laporan tersebut dimanipulasi sedikit, seolah telah menjual lebih banyak pada bulan tersebut. Sehingga omzet terlihat lebih besar. Nanti ditutup ke penjualan bulan berikutnya. Dengan demikian komisi mereka pada bulan tersebut akan menjadi besar. Itulah korupsi yang sudah merajalela kemana – mana. Bahkan berjualan lipstik pun mencari celah untuk melakukan korupsi. Bagaimana jika sudah menjadi pemangku jabatan penting di negeri ini? Dapatkah Anda bayangkan?

Menilai dan mengadili orang lain adalah hal yang sia – sia bagi saya. Paling mudah menilai dan memperbaiki diri sendiri. Sejarah bagi saya pribadi juga menjadi lembar – lembar yang menentukan. Membuat saya mengerti mengapa hari ini hidup yang saya jalani seperti ini. Karena ada berbagai perihal dalam sejarah masa lalu yang membentuk dan menyebabkan diri kita menjadi seperti apa yang ada pada hari ini. Orang – orang yang sombong mungkin dulu pernah dihina, orang – orang yang gemar korupsi mungkin dulu pernah hidup berkekurangan, orang – orang yang licik mungkin juga dulu pernah menjadi bulan – bulanan. Sejarah sedikit banyak menggiring satu – persatu manusia pada esensi jati dirinya yang sekarang. Apakah kita akan terus menjadi demikian? Mengadopsi sejarah pahit dan menjadikannya bagian dari jati diri? Bagaimana dengan sejarah baik yang seharusnya mampu membentuk karakter bangsa? Apakah harus kita abaikan? Sayang sekali!

Baca juga :  Revolution Race Guided Shopping Bot

Dimasa lalu banyak pemimpin besar yang berjuang hanya dengan mengandalkan semangat dan keberanian. Boro – boro punya senjata canggih atau perangkat komputer yang modern, mereka hanya menggunakan bambu runcing dan keinginan kuat untuk melepaskan diri dari penjajahan. Dijajah itu enggak enak lho! Anda mungkin tak sadar, pada masa sekarang ini penjajahan masih ada, hanya saja dalam bentuk – bentuk terselubung. Penjajahan dalam bentuk komersialisme, gaya hidup hedonisme, popularitas dan power. Semua hal – hal itu adalah penjajah yang membuat manusia tunduk dan mengikuti kemauan mereka. Ingin terkenal, ingin tampil hebat, ingin terlihat cemerlang, ingin ditakuti dan punya kuasa. Belajar dari sejarah, sebaiknya kita memilih pemimpin yang biasa saja, tampil sederhana, menjadi diri sendiri, punya kharisma dan tidak mudah terpancing untuk berdebat dengan orang – orang tanpa wibawa. Nah? Belajarlah dari sejarah… Hanya butuh satu langkah untuk mengisi kemerdekaan yaitu bersatu membangun negeri. Tanggal 9, coblos yang bener ya!  😆

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

4 comments