Bukan Saya yang Bilang

tut
atsixty-zakriali.blogspot.com

“Orang yang tak terkenal, menempelkan nama sendiri di sebuah kalimat bijak, semburan motivasi atau pepatah pepitih. Itu sulit diterima oleh orang lain…!”, ucap Henny saat memaparkan pandangannya; bagaimana menularkan pesan-pesan moral. Sungguh ia bersemangat, konsentrasi dalam mengulas perihal pesan berantai dan komunikasi spiral di media atau di mana pun itu.

Henny memberi sampel: “Semakin banyak perdebatan yang engkau menangkan, semakin banyak pula musuh-musuhmu”. Jangan pernah membubuhi nama Anda sendiri yang gak terkenal itu dan didalamkurungkan seperti ini: “Semakin banyak perdebatan yang engkau menangkan, semakin banyak pula musuh-musuhmu” (Rahman). Pakailah nama lain misalnya: (Seno Stainly).

Ini akan lebih dipercaya dan obyektif. tawar Henny. Jika Anda mencantumkan nama sendiri yang sebetulnya ‘tak bernama’ maka akan menuai cibiran -sekalipun hanya dalam hati- dari penerima pesan. Budaya di negara ini masih menganut kuat: Siapa yang bilang? Bukan apa yang dibilang? Atau bukan apa yang dia ucapkan?

Baca juga :  Пин Ап казино онлайн Регистрация, вход Игра на деньг

Famousnya seseorang menjadi trend setter, tarulah ia berkata sangat sederhana namun yang ucapkan itu, sekaliber Mario Teguh, Ary Ginanjar atau nama barat -yang ini lebih meyakinkan- maka orang akan langsung ‘sejuk’ dan tanpa embel-embel perasaan yang antipati ringan kepada penulis pesan. “So, menulis pesan juga itu, bagusnya jika tak disangka-sangka, mewakili logika dan rasa penerima pesan. Itu kalau pesan serius. Kalau pesan lain, bukan bidangku untuk mengkajinya. Oh iya, saya sering cekikikan sendiri saat melihat ada fesbuker hanya mendapat jempol saja dari seorang ulama, sudah dipamer ke mana-mana, Mungkin maksud dia, heiiii lihat saya nih, akrab dengan ulama. So what?” tambah Henny.

Baca juga :  1xBet Azərbaycan: rəsmi saytın nəzərdən keçirilməs

Dalil “Bukan Saya yang Bilang” merefleksikan penulis pesan atas keinginan mengutamakan isi pesan ketimbang dirinya sendiri, lalu apa yang sering terjadi, malah sebaliknya,orang menempatkan dirinya sebagai tokoh sentral sebagai pembuat pesan. Ini kebutaan membaca psikologi massa bahwa manusia itu tetap saja pada dunia subyektifnya, memandang orangnya, bukan pada ucapan-ucapannya.

Beranak-pinak seloroh-seloroh itu, lepaskanlah tanpa harus mengundang pretensi bermacam-macam dari pembaca/penerima pesan atas kata yang terucap. Jangan membubuhi diri dengan kesan angkuh, sok cerdas, sok bijak di hadapan penerima pesan. Berikan selalu kesan: “Bukan saya yang bilang” demi ketercapaian sampai-menyampai pesan. 

Semua yang di atas ini, Henny yang bilang dan bukan saya yang bilang^^^

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

4 comments