Hati-hati “Virus” Kate!

kateKu sadari bahwa hidup hanyalah sementara.
Apa makna kehidupan yang akan aku berikan ?
Tetapkan tujuan sekarang juga.
Empati dan mengasihi adalah yang utama.
Dalam suka dan duka tidak lupa selalu bersyukur dan berdoa.
Rendah hati, Kesabaran, dan Kebijaksanaan kujadikan pusaka.
Amal kebaikan tak pernah dilupakan.
Ramah tamah dalam setiap keadaan.
Ampuni dan maafkan siapa saja yang pernah bersalah.
Jujur dan apa adanya harus kujalankan dalam setiap peristiwa.
Aku harus berani dan tulus untuk mengakui kesalahan -kesalahan yang telah kulakukan.
Walau banyak rintangan dan kesulitan, aku harus berani menerobosinya.
Engkau, ya Tuhan. . . ku jadikan sumber kekuatan.
Namun pada akhirnya menemukan kesadaran dan jati diri adalah segalanya.

Inilah sepenggal motto hidup seorang tokoh bloger di negeri ini yang berhasil saya curi dari sebuah ruang. (Ampun….tolong jangan bawa saya ke polisi atau KPK Bung Kate!) saya hanya pencuri bisa… (Hahahaha……)

Luar biasa, kata yang terucap ketika saya menjumpai ribuan tulisan dari pria penggemar kopi yang saat ini berdomisili di Tangaerang dan konon lahir di Kalimantan Barat. Pria ini akrab kita panggil dengan Bung Kate atau Katedrarajawen sosok yang selalu menggugah pembaca melalui ruang KATA KATE. Entahlah apa arti nama ini hingga detik ini belum saya pahami. Sebagian orang kalau saya tidak salah duga ada yang memanggil dengan To Li (Benarkah Bung Kate). Sekali lagi maaf, tetapi ini sedikit kerja spionase amatiran bukan lagi kerja pencuri. Sayang masih belum begitu canggih hingga belum bisa kerja secara optimal untuk mencari data yang cukup akurat.

Baca juga :  Menakar Garis Tangan

Bloger yang satu ini tidak pernah mengalami kebuntuan untuk menuangkan ide-idenya. Pengalaman sehari-hari selalu menjadi bahan refleksi hingga akhirnya mampu menjadi mata air segar bagi pembaca. Sikap rendah hati dan bijaksana selalu terpancar dari setiap kata-kata yang dirangkainya. Kegundahan hati atau pun kebahagiaan mampu menjadi ladang subur ide-idenya. Alhasil padang kebijaksanaan yang senantiasa terhampar luas di hadapan para pembacanya.

Kerinduannya dekat dengan Sang Pemberi napas kehidupan menjadikan kemah pengolah jiwanya. Huruf demi huruf telah dirangkainya menjadi sebuah kata dan rangkaian kalimat. Kalimat demi kalimat disusun menjadi anak tangga untuk mencapai PARAMITHA. Rangkaian kata-kata sarana pencerahan jiwanya bak kilauan bejana mutiara. Dalam hidupnya Katedrarajawen akan menggunakan keheningannya sebagai sarana menghasilkan berbagai tulisan untuk menyucikan relung hati dan pikirannya. Kesadarannya menggunakan hidupnya untuk lebih bermakna bagi sesama, ia tuangkan dalam rangkaian kata.

Baca juga :  Pergilah Kemana Hati Membawamu

Kesadarannya akan hidup bagaikan sebuah sekolah, telah mengantarnya menuju jalan yang seharusnya. Nilai-nilai kehidupan yang mampu memotivasi pembaca, menjadi sari pati dalam setiap goresan penanya. Beribu-ribu artikel dituangkannya dalam berbagai blog sebagai bentuk mengakhiri Avidya di dunia fana . Kesadarannya atas hidup yang lebih bermakna, tatkala dirinya mampu memberi bagi sesama. Kesadarannya untuk melakukan olah jiwa melalui berbagai karya mampu menjadi katharsis bagi dirinya. Penemuan jati diri menjadi tujuan utama dalam berkarya

Ide-ide yang dituangkannya tak bermaksud menggurui, namun ketulusan hatinya mampu menggugah pikiran pembaca. Permenungan dan pengalamannya bergaul dengan sesama menjadi cahaya yang menyinari jiwanya. Hingga hasil ekpresi tulisannya pun mampu menghangatkan hati pembaca. Optimisme yang tinggi senantiasa menggelora hingga membakar semangat penikmat karya-karyanya.

Tak habis kata untuk mendeskripsikan kerendahan hatinya, begitu pula tak habis nilai yang disebarkannya bak virus-virus menginfeksi setiap makhluk di dekatnya. Akhirnya, tak ada lagi kata yang mampu menggambarkan sosok penulis ruang KATA KATE dalam halaman KK.. “Rindu”, itu mungkin kata yang selalu meyelinap di balik hati para pembaca tatkala KATE lupa berKATA-KATA. Salam Ketik’ers-AST 240314

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

17 comments

  1. Ya ampun, tadinya saya kira salah baca, tulisan mbak Anita keren banget, sehingga membuat saya merasa tidak ada apa2nya..wong tulisan saya semuanya sederhana aja. To Li itu artinya banyak rejeki…saya kira dan meyakini bahwa menulis itu lebih kepada untuk penyadaran diri dan motivasi, karena sejarahnya bisa menulis adalah panggilan hati untuk memotivasi di kala terpuruk dulu, sehingga menjadi motivasi tersendiri untuk membagikan kesembuhan saya dengan menulis kepada para sahabat.

    Mbak Anita, terima kasih atas apresiasi dan motivasi melalui tulisannya yang indah ini, salaman

    1. Thks, maafkan saya mungkin salah menilai Bung Kate, tapi yang jelas “Virus” yang Anda sebarkan cukup positif dan mampu memotivasi termasuk saya yang kadang kurang bersyukur hehehe….

  2. Oo Taolie yaaa…. nick name ya..jadi inget serial Golok Pembunuh Naga, To Liong To hihi… — luar biasa Pak Kate #refleksi diri sll menyentuh dgn cara – cara yang sederhana dan on daily basis…pokoke manstaff.. 😀 :Peace:

    1. Memang tulisan Bung Kate semuan manstaff Jeng Winda…. wah kita jadi latah pakai istilah Bung Edy nih, hehehe….selamat pagi GBu!

    2. Ci Jo kalau To Liong To artinya golok pembunuh naga, kalau to li kan banyak rejeki hehhe..jujur kan banyak belajar dari Ci Jo, saya penulis apa adanya bin ada apanya tuh

    1. Itu kalau diulang bacanya Bung Armand, kalau hanya dibaca sekali nama anak Kalimantan Barat Hehehe…thks, apa kabar?

  3. Perlu ditambahkan info bahwa bung Kate adalah salah satu pioneer KetikKetik.com. Selain dikenal sebagai sosok yang ramah, bung Kate juga sangat produktip dalam menulis terutama tentang realitas kehidupan. Kemanapun dia pergi tak pernah lupa membawa hp dan setiap waktu luang pastilah digunakannya untuk menulis artikel.

    Salut..

    1. Mr. Admin, trims tambahan informasi dan bantuannya. Ternyata pilihan fotonya sama hehehe…good luck

  4. Terima kasih deh sudah ditambahkan sama Admin, semoga nanti dapat ganti yang lebih bagus lagi hehhe