Jika Mencintaimu Adalah Salah, Aku Tak Pernah Ingin Menjadi Benar

Jika mencintaimu adalah salah, diri ini tak ingin menjadi benar.

Jika menjadi benar dan itu berarti diri ini harus hidup tanpa hadirmu, maka diri ini akan memilih untuk menjalani kehidupan yang salah.

Orang tuamu merasa malu jika kau memiliki hubungan denganku, hingga berkata bahwa hal itu akan menjadi aib bagi mereka.

Tahukah kamu… memang ada penyesalan karena diri ini tak pernah berani untuk mengungkapkan kata-kata ini…

Selama diri ini memiliki dirimu di sampingku,

diri ini tak akan pernah peduli dengan apapun yang akan orang lain katakan!!!

***

Itulah lirik lagu single dari Luther Ingram yang seolah begitu tahu mengenai hubungan rasaku dengan Shohei, Pria Nakal yang telah begitu memikatku. Yah ia memang nakal, namun begitu menghadirkan romantisme selama 1.142 hari dalam setiap senja di sepasang ayunan bertiang besi bertali rantai dengan alas papan tebal. Kumpulan senja yang begitu bermakna di sebuah kota kecil tempat aku menghabiskan masa kuliahku di Bungkyo, Tokyo.

***

12 tahun telah berlalu… sejak kuputuskan untuk kembali ke Jakarta dan menolak sebuah tawaran dari perusahaan penerbitan buku terkenal di Tokyo. Ku lebih memilih pulang dan bekerja sebagai Editor di sebuah  perusahaan penerbitan berskala kecil di Jakarta. Kesibukan memang yang kuharapkan akan mampu melupakan kenangan terindah bersama Shohei. Namun ternyata semakin mencoba melupakan malah semakin teringat.

Banyak pria berusaha mendekati kesendirianku namun tak sedikitpun kupedulikan. Biarlah jika memang takdirku adalah menunggu Shohei walaupun akan hidup dalam mimpi dan kenangan. Meskipun ke dua orang tua Shohei begitu membenciku dan menganggapku telah menghalangi niat besarnya untuk menjadikan Shohei sebagai penerus serikat besar mereka yang berskala Internasional.

Baca juga :  Liliyana Natsir/Tontowi Juara di China

Biarlah diri ini menjadi Otsu yang jika dalam opini Shohei adalah sebagai sosok wanita bodoh yang tak memiliki kemampuan untuk menghentikan Jalan Pedang yang dipilih Mushashi demi mewujudkan ambisinya menjadi Samurai terbaik dan harus mengalahkan Kojiro.

Ya, kisah Otsu dan Mushashi yang pernah selama 1.142 hari di setiap senja di bacakan selembar setiap senja hingga 1.142 hari mampu menuntaskan 1.142 halaman bukuMushashi karya Eiji Yoshikawa. Kumpulan senja yang telah menghadirkan ribuan diskusi dan pandangan antara aku dan Shohei. Hingga pada akhirnya seolah kisah Otsu dan Mushashi ini menjelma dan serupa dengan kisahku dengan Shohei. Mungkinkah ini adalah takdir?

Apakah memang takdirku adalah seperti Otsu yang begitu setia menunggu Mushashi walaupun tanpa kepastian apakah Mushashi akan lebih memilih Otsu daripada Jalan Pedang yang akan membawanya menjadi Samurai Terhebat? Ataukah Kisah itu hanyalah kisah semata yang tak berhubungan denganku dan Shohei.

Haruskah semua ini kuakhiri? itulah yang selalu terucap setiap membaringkan tubuh ini sebelum bermimpi.

Aku akan berusaha sekuat tenaga dengan sebuah keyakinan bahwa Shohei pasti akan kembali dan menjadi Mushashi yang lebih memilih Otsu. itulah yang selalu terucap seiring matahari pagi menyambut langkahku menuju ke tempat kerja.

Sebuah pergumulan hati yang kontras ketika malam dan pagi tiba. Begitu pesimis dan kembali optimis. seolah mati lalu hidup… mati lalu hidup. Entah sampai kapan?

Baca juga :  Peace Ala Master

***

2o Desember 2012…

ketika matahari baru saja menyembulkan cahayanya yang hangat dan baru saja kulekatkan sepatu pada kaki ini. Seorang anak kecil membawa ukulele yang rupanya adalah pengamen seperti yang banyak kusaksikan di jalan-jalan di kota Jakarta ini yang entah darimana datangnya tiba-tiba sedikit mendorong gerbang kecil rumah kecilku. Anak itu membawa seikat mawar putih dan menyerahkannya padaku tanpa berkata apa-apa.

Owh rupanya pada pita ikatan mawar ada sebuah kertas kecil bertuliskan Kanji Jepang… kubaca dan… “Mushashi telah meninggalkan Jalan Pedang dan ia mengirim anak ini agar kau mengikutinya hingga tiba ke tempatku sekarang Otsu!”

Demikian kubaca… dan kulihat dengan berlari kecil keluar gerbang… anak itu sudah melangkah agak jauh dari tempatku… kurapatkan dengan segera gerbang rumah dan kupercepat langkahku agar tak tertinggal dengan langkah anak kecil itu.

Hingga tiba di sebuah taman yang ada sepasang ayunan dengan tiang besi dan… sesosok pria duduk sambil berayun kecil dengan posisi duduk berayun menatap matahari pagi.

Kuhentikan langkah ini… mematung seakan tak percaya… anak kecil itu telah menghentikan ayunan yang dilakukan oleh pria yang tadi berayun. Pria itu menatapku dengan sebuah senyuman…

Pria itu… SHOHEI…. Shohei… bibir ini berucap lirih…. segera berlari dan menyongsong sosok yang telah begitu lama kurindukan. Hangat sekali pelukannya.

Kutatap wajahnya dan bertanya…”mengapa?”

Shohei menjawab… “Jalan Cinta yang telah membawa langkahku untuk mencarimu!”

Mencintaimu adalah sebuah kebenaran dalam hatiku!!!

~The End~

Gambar Ilustrasi dari retakankata.com

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 comment