Kepekaan Dalam Menulis

Penulis: Berjuang Hingga Akhir (dokpri)
   Penulis: Berjuang Hingga  Akhir (dokpri)

Lima menit lalu, ber-chatting dengan penulis hebat. Ya hebat di takau karena ia ‘berani’ menyatakan diri untuk mundur menulis dengan beragama alasan emosional. Ia benar-benar penulis peka. Peka terhadap simulan di sekitar dirinya. Sayang sekali, kepekaan itu tidak dikelola dengan baik, benar dan melipatgandakan energi negatif menjadi jibunan energi positif.

Saya paham kekecewaannya, namu saya lebih kecewa atas sikapnya yang menurutku childish, ada sebuah fenomena penting di dunia kepenulisan. Apakah itu? Inilah fenomena itu: Penulis Itu Makin Hebat Makin Sensitif.

Ada tambahan kepongahan di sana, ada bentukan psikis yang tak seimbang, ada rana kejiwaan yang tak terawat dengan baik, hingga penulis mudah patah arang, rapuh dan lekas tersinggung. Ini bukan vonis, ini asumsi-asumsiku terhadap amatan-amatan perilaku penulis. Menulis itu unik, tak bisa disamakan dengan profesi yang lain. Menjadi dosen untukku lebih mudah ketimbang menjadi penulis. Jika mahasiswaku tidak hadir di kelas, yah saya pulang. Tapi beda dengan penulis, jika pembaca tidak hadir, bagaimana cara pulangnya sebagai penulis?

Baca juga :  Antusias Kekuatan Meraih Sukses

Menulis butuh tabah yang extra, menulis rindu kejelian hati, ketelatenan otak dan bina suasana, dan responsif terhadap perubahan-perubahan dan stimulan. Saya tak hendak menggurui Anda, saya hanya menyayangkan jika hal-hal negatif itu merugikan penulis sendiri dan memilih ngambek. Ngambek ini pekerjaan ‘merusak’ jiwa. Semakin diselami ngambek, semakin meyusahkan Anda. Mungkin alasan Anda tentang kecewanya Anda, saya dapat terima, namun memilih hidup dalam ‘kengambekan’ itu, teramat sulit saya apresiasi.

Wel, artikel ini saya tuliskan setelah seorang penulis menulis ‘pesan’ di HPku. Semoga ia jernihkan hatinya, bukan bertawar diri.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

4 comments

    1. Kupikir juga begitu
      Yah, itu adalah pilihan
      walau bukan pilihanku 😀

  1. kirain mau menyindir saya hihihi, niat mogok seminggu di K salah satunya adalah mencoba memulai sesuatu yang baru. Dan saya bersyukur karena menemukan hal yang baru. Di detik malah disayang jadi HL terus, tapi ada senang ada risih juga gak enak hati.

    Terus entah angin apa diajak jadi admin juga di sebuah fans page, lalu saya melihat ternyata asas manfaatnya sangat terasa, dalam hitungan menit yang komen sudah puluhan dan dilihat ribuan.

    Jadi mogok menulis di K justru menimbulkan gairah baru dalam menulis. Eh ini termasuk peka gak ya bro?

    1. Itu termasuk sensitifitas Bro
      Wah, saya tertarik ke blog detik juga Bro
      Gimana caranya?.