Kera Nan Bijaksana

Hampir satu dekade saya jarang menyambangi gedung bioskop. Alasannya cliche, punya baby dan anak kecil mana sempat ke bioskop? Tapi itu dulu. Sejak putri saja beranjak remaja, saya jadi sering pergi menonton bersama putri saya. Tentu saja film-film kategori remaja. Kali ini iseng menonton Dawn of the Planet of the Apes. Tokoh utama di film ini adalah para kera. Dulu saya sempat menonton sekilas yang pertama Planet of the Apes, yang memerankan Mark Wahlberg kalau tidak salah. Sedikit janggal manusia dan kera berpacaran? C’mon! Sejak itu saya berpendapat film sequel apes-apes ini pasti aneh ceritanya, ogah akh!

apes
foto: moviepilot

Entah mengapa untuk sequel yang dibuat di 2014 ini saya tertarik. Mungkin karena referensinya bagus, jadi penasaran juga. Apa nih ceritanya? Putri saya jarang dibiarkan pergi sendiri menonton bioskop. Kalau dirumah juga tontonannya ‘disaring’. Yang pasti nonton sinetron lebay dilarang. Ya, mohon maaf. Sinetron mungkin cocok buat yang sudah mampu membedakan mana khayalan dan mana kenyataan. Tapi bagi anak-anak dan remaja, saya memilih tontonan yang tidak sembarang. Takut jika akibatnya anak – anak dan remaja terbawa lebay ala sinetron.

Biasanya putri saya menonton disney channel atau paling banter siaran TV artis Korea, saluran M. Pengalaman menonton bioskop menjadi hal baru baginya. Sekaligus saya gunakan kesempatan ini untuk menjelaskan bahwa industri perfilman Hollywood berbeda dengan di tanah air. Disana menjadi penata busana dan perias wajah saja untuk film-film box office bisa menjadi karir yang menjanjikan. Di Indonesia? Mami ‘ngamen’ jadi penulis saja susahnyaaaa … setengah mati, kaya gelandangan terlunta-lunta. He-heeeee… Eh lupa, tetap bersyukur! Yuk, optimis. Di Indonesia suatu hari nanti, menjadi penata busana dan make-up film dapat menjadi mata pencaharian yang menjanjikan. Semua kisah klasik tanah air dari novelnya Langit Kresna Hariadi difilmkan dan tembus ke Hollywood. Amin!

Baca juga :  Himbauan Untuk Wanita Indonesia Yang Sedang Cari Pasangan :

Okay, back to si kera. Ceritanya aneh, tapi ya ditelan saja. Pada akhir dunia ada sebuah komunitas kera. Tidak main-main, keranya pandai semua. Layaknya manusia, bisa bicara dengan bersuara dan bahkan menggunakan bahasa isyarat untuk komunikasi satu dengan lainnya. Kera dipimpin oleh Cesar, kera jantan yang bijaksana. Memiliki istri dan satu anak remaja bernama blue eyes serta satu bayi kera yang baru saja lahir. Cesar memiliki ajudan kera yang sangat ia percaya yaitu Koba. Permasalahan timbul ketika sekelompok manusia muncul ke hutan tempat komunitas kera. Mereka pikir manusia sudah punah. Ternyata ‘sisa-sisa’ penduduk San Fransisco masih ada. Mereka ingin menghidupkan listrik dengan memanfaatkan bendungan yang ada didekat perkampungan kera. Disitulah mereka saling terkejut. Manusia kaget melihat kelompok kera yang jenius dan pandai bicara. Sementara kera kaget karena manusia ternyata belum punah.

Perseteruan timbul karena saling curiga. Kera curiga manusia berniat membantai mereka. Sementara sebagian manusia punah karena terkena virus simian yang ditularkan oleh kera. Mereka antipati juga terhadap kera, takut masih membawa virus. Padahal kedua komunitas sudah kebal dan terbebas dari masalah virus. Kobe adalah kera bekas percobaan di laboratorium. Ia menyimpan banyak luka ditubuh dan hatinya, dendam dan benci. Ia tak percaya pada manusia. Sebaliknya Cesar adalah kera yang pernah dipelihara dengan penuh kasih sayang oleh manusia, sehingga ia memiliki belas kasih pada manusia. Dengan berbagai cara Kobe mengadu domba komunitas kera dan manusia hingga berperang. Ia bahkan berusaha membunuh Cesar. Pada akhirnya Cesar justru lebih percaya pada Malcolm, manusia yang pertama menemuinya demi meminta ijin memanfaatkan bendungan. Demikian pula sebaliknya Malcolm berusaha keras untuk selalu melindungi dan menolong komunitas kera.

Baca juga :  Scammers Ngaku Di UK ? Ngibul Banget!!

Film ini menarik sekalipun ‘daya khayal’ sangat tinggi karena kera dimunculkan menjadi komunitas yang cerdas, setara dengan manusia. Entah ya kalau sekian ribu tahun lagi sungguh terjadi?! Tapi inti dari kisah ini sedikit mengingatkan saya pada intrik politik yang terjadi di tanah air. Saya tidak menyamakan kedua kubu dengan kubu kera atau kubu bukan kera.  Bukan itu tujuannya. Namun lebih kepada bahwa kepentingan dua kelompok yang berbeda akan selalu berbenturan. Dan dalam benturan itu selalu ada orang-orang baik yang terjebak diantara orang-orang jahat. Kemudian ada pula orang yang menghalalkan segala cara demi kepentingannya dan tega mengorbankan kepentingan orang banyak. Ada orang yang mencari pemecahan masalah dengan cara diplomasi. Ada yang mengedepankan pencapaian tujuan dengan cara-cara kotor seperti adu-domba dan fitnah. Menurut saya menarik, bahwa kera saja bisa berlaku bijak. Masakan manusia tidak bisa? Yah, sekalipun memang kisah ini hanya ada di dalam film besutan Hollywood. Ambillah hikmahnya!

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 comment

  1. Wah wah film yang berdaya khayal tinggi tentang para kera yang layak ditonton biar jadi bijak juga, Ci Jo hehhee