Kuli Besar dan Raja Kecil

employeeTeman saya, sebut saja Ngadirejo adalah pria sederhana. Jika melihat figur capres yang sekarang, sumpah mirip! Ngadirejo putra Yogya, Widodo putra Solo. Langsing, kulit sawo matang, wajah lokal asli, senyum yang tulus ikhlas, sama – sama lulusan UGM dan adanya upaya mempersembahkan pengabdian terbaik. Tapi ada perbedaan besar yang mendasar antara Ngadirejo dan Widodo. Yang satu ingin jadi ‘Kuli Besar’ selamanya dan lainnya pelan – pelan menanjak pamornya dari sekedar ‘Raja Kecil’.

Apa pula ini definisi kuli besar dan raja kecil? Menurut Ngadirejo menjadi kuli besar adalah menjadi pekerja di perusahaan besar, sedangkan menjadi raja kecil adalah berdaya-upaya sendiri dan menjadi majikan atas diri sendiri. Saya waktu mendengar istilah dari Mas Ngadirejo sempat bingung, karena waktu itu saya masih baru saja bekerja. Ceritanya masih muda remaja dan saya tidak mengerti apa sih maksud kuli besar dan raja kecil? Menurut saya, jadi kuli itu memelas dan jadi raja itu ambisius. Jadi saya terjebak ketika mendengar falsafah Mas Ngadirejo, nggak ngerti saya harus kemana? Dan mental saya sendiri ini mental kuli atau mental raja?

Lama, saya bekerja meniti karir di titian serambut dibelah tujuh. Di sebuah perusahaan gombal yang screen saver-nya surga. Ini adalah wilayah dimana Mas Ngadirejo dan saya sama – sama menjadi pekerja. Mas Ngadirejo ngotot masih mempertahankan perannya sebagai kuli besar, sementara saya sudah mabuk selama dalam perjalanan dan tidak tahan goncangan atas kejamnya aniaya sebagai ‘kuli besar.’ Dan jujur saya yakin tidak ada itu istilah ‘kuli besar.’ Kuli ya selamanya kuli. Jika ingin menjadi seorang profesional maka jangan sekali – kali menyebut diri kuli. Kuli adalah pekerjaan yang tidak berkembang. Bekerja jika disuruh, bergerak jika diminta, melaksanakan jika dibisikkan sesuatu di telinganya. Koyo kebo dicocok irunge,…. Menurut lagu lama Debbie Gibson ‘If you say Jump, I say how high?’ – Saking manutnya, jika disuruh melompat maka kuli akan bertanya setinggi apa lompatan yang harus saya lakukan?

Orang – orang tertipu dengan gerak – gerik saya yang diam, menurut dan bekerja keras. Ketika pada akhirnya saya terus saja menjadi kuli (demikian pun Mas Ngadirejo), saya lalu memberontak dan Mas Ngadirejo tetap menetap dalam zona nyamannya sebagai kuli besar. Mas Ngadirejo sering mengukur orang – orang yang melepaskan zona nyaman dengan menanyakan, “Sekarang kerja dimana? Di perusahaan apa? Posisinya sebagai apa?” Jadi beliau mematok standar – standar baku dalam pencapaian kehidupan. Saya tumbuh dan besar menjadi pribadi yang adalah saya. Ada masanya ketika saya di manja oleh Ibu, Oma dan masa lalu, saya merasa diri sedikit feodal dan sok ‘ndoro.’  Ketika seseorang menempatkan dirinya diatas orang lain yang terjadi adalah sikap arrogan/ snob dan sikap – sikap individualis yang sesungguhnya bukan mental anak bangsa yang kabarnya ramah – tamah ini.

Baca juga :  13 000 vagas de Desenvolvedor em: Brasil 193 novas

Seiring perjalanan waktu, saya mulai mengerti tentang kuli besar. Dan no, its not for me! Saya lelah mengerjakan sesuatu sejak saya SD hingga melompat jauh dari bingkai masa muda dan remaja. Kok masih saja saya disuruh – suruh seperti anak kecil dan diperintah – perintah seperti kuli! Saya tidak mau, saya memberontak atas nama kebebasan sebagai manusia. Saya tidak mengerti ketika jenjang pekerja telah melewati tahapan waktu, dengan penilaian yang acap kali outstanding, namun tidak juga mencapai penilaian sebagai seorang professional, terus saja dianggap kuli. What?! Mas Ngadirejo sering menasihati saya agar sabar, tabah dan tawakal. Menasehati saya agar rajin bekerja demi sesuap nasi dan sesendok berlian. Sekuat tenaga saya berusaha, ternyata tidak bisa. Yang pasti saya tidak bahagia. Bagi saya kebahagiaan adalah harta yang sesungguhnya. Maka saya meninggalkan Mas Ngadirejo dengan belenggu ‘kuli besar’ yang terus dijalaninya. Bisa jadi lamanya ia bekerja sepanjang masa Orba. Bye, Mas Ngadirejo!

Lalu apakah sekarang saya ingin menjadi raja kecil? Ini juga hal yang menjebak. Tidak ada orang yang dulunya bergelar kuli mendadak dinobatkan jadi raja. Pastinya melalui sebuah proses panjang. Demikian pun perjalanan Widodo, yang mungkin tidak berpikir tentang raja kecil atau kuli besar. Tapi yang pasti ia tidak mau jadi kuli. Widodo hanya bekerja pada sebuah perusahaan di Aceh selama dua tahun. Setelah itu ia bergerilya sendiri memperjuangkan hidupnya. Dari yang kecil sederhana, menengah lalu terus melesat tinggi bagaikan satu bintang terang dilangit. Ia tidak bercita – cita menjadi raja, tetapi tidak pula sudi sekedar jadi kuli.

Baca juga :  Riba Kehidupan

Mental manusia ketika bekerja dengan sekedar berharap imbalan uang atau harta, menutup kesadaran diri sendiri tentang cinta yang mengejawantah. Maka sebesar itu pulalah saja ia akan dihargai dan sejauh itu pula ia akan berlari, terikat erat pada belenggu di kakinya. Pun manusia ketika bekerja tanpa pamrih lalu dihargai seperti anjing buduk, ia berhak melepaskan diri dari perbudakan. Karena tidak sesuai dengan peri – kemanusiaan dan peri – keadilan. A-ha! Raja walaupun kecil pada awalnya akan selalu dikenali sebagai keturunan raja, sebagai manusia berdarah biru yang memiliki laku berbeda dari para kuli. Definisi ini bukan berdasarkan profesi yang digeluti, tetapi harus didasarkan pada karakter pribadi. Dan orang bisa merasakan hal tersebut, orang – orang yang memiliki aura sebagai pemimpin dan orang – orang yang memiliki aura sebagai pengikut.

Menjadi kuli besar boleh saja dijadikan batu loncatan sebelum pada akhirnya Anda mendarat sebagai Raja kecil dalam kehidupan Anda. Lalu berjuta tanya berhamburan, “Tapi bagaimana dengan penghasilan tetap? Anak saya tiga, mau makan apa jika saya mengikuti naluri untuk jadi pelukis jalanan atau pemain band club? Bagaimana dengan cicilan rumah yang masih harus dilunasi 14 tahun lagi? Bagaimana mau pergi kemana-mana jika hanya naik motor, bisa masuk angin?” Semua orang memiliki aneka pertanyaan atau Quiz pribadi dari Tuhan dalam kehidupannya. Ada celah yang harus dicermati! Orang kerap membandingkan dirinya dengan orang  lain seperti mencari contekan jawaban ujian dalam kelas. Rasanya Anda harus benar – benar melihat pertanyaan yang diberikan dalam kertas ujian Anda dan jangan sekedar mencontoh jawaban orang lain. Menjadi kuli besar atau raja kecil? Raihlah semampu yang Anda bisa,… Jika menjadi kuli dirasa menjengkelkan, usahakan jadi raja seperti Widodo. Jika upaya jadi raja tak juga berhasil, ikhlaslah bertahan pada posisi kuli seperti Ngadirejo. Maaf, saya juga tidak punya jawaban pasti. Ini yang disebut misteri kehidupan,…

foto: uneditedwritingsliddie.blogspot.com

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

4 comments

  1. Untuk saat ini saya selalu bilang pada diri sendiri untuk sabar jadi kuli ini sambil melihat peluang jadi kuli besar dan kemudian jadi raja kecil, kalau pun tidak paling sekarang berusaha jadi raja bagi diri sendiri hehhe

    1. Sabarrr itu subuuuurrrr…bener itu jangan mudah terpengaruh org lain…semua keputusan timbang masak – masak ..hingga tidak berakhir konyol dan berbuah kecewa…krn tiap org beda kisah kehidupannya..

  2. “Tidak ada orang yang dulunya bergelar kuli mendadak dinobatkan jadi raja. Pastinya melalui sebuah proses panjang…”

    Saya tertegun dengan kalimat ini, semoga saya kelak bisa menjadi raja (besar) dan sekarang sedang melalui proses metamorfosa dari kuli menjadi raja 🙂
    Thx motivasinya, Mbak…