Mesin Waktu

Mesin Waktu (dokpri)
Mesin Waktu (dokpri)

“Saat orang di jalan salah, jangan pernah kamu larut”, wejangan ini kupatrikan dalam hidupku. Inilah artikulasi bermagma tinggi, kuoptimalkan kata-kata itu, selama ini. Yah, benar itu defenisinya: “Kesalahan Palsu”, salah itu: “Kebenaran Palsu”. Seniorku itu, yang juga dosenku saat mahasiswa, disegani bukan karena killer, bukan pula sebab lain, semisal rumah yang mewah.

Ia populer di kampus karena sangat cerdas, jujur, taat aturan (idealis) dan bersahaja. Ia pernah digadang-gadang menjadi dekan, di kampusku. Tapi beliau punya argumen: “Saya ilmuwan, bukan birokrat”, singkatnya. Pikiran anehnya, ia sarankan agar yang pimpin universitas, fakultas atau prodi, janganlah dosen. Kita sewa dari luar, yang ahli leadership. Usulan ‘gila’. Dia memang miliki kemampuan pikir di atas rata-rata.

* * *

Ponaanku yang hendak masuk Universitas Indonesia, sayang UN-nya nyaris lolos, beda o,3 dari persyaratan standar pihak rektorat Univesitas Indonesia. Lalu, terdengar kabar bahwa saya bisa ‘mengurusnya’ dengan mengontak kolega-kolegaku di UI. Kabar inipun sampai juga di dosen seniorku yang ideal itu: “Hei hei, Saat orang di jalan salah, jangan pernah kamu larut”, ia ucapkan padaku sembari telunjuknya menari-nari. Ku-urunglah niat salahku itu.

Baca juga :  Symbolic Reasoning Symbolic AI and Machine Learning Pathmind

Suatu waktu, saya berkunjung ke rumahnya. Kudapati ia menangis, di depan meja komputernya. “Kakak, kenapa menangis”, tanyaku singkat. Berceritalah dia, soal putra sulungnya, merengek-rengek kuliah di FK, di Makassar tetapi tidak lulus-lulus juga. Bahkan sudah 3 kali berkompetisi di SBMPTN, apes melulu.

Lantas, sang putra, ikut ujian lagi di Kalimantan, pilihannya tetap di Fakultas Kedokteran. Dan ia lulus. Putra bungsunya, belum mendaftar ulang. Ia berharap kuliah kedokterannya di Makassar, ia memohon kepada ayahnya, yang juga seniorku itu. Masih ada harapan untuk kuliah di FK sebuah PTN di sini. Walau itu disitilahkan lulus cadangan, padahal itu hanyalah lelucon.

Ilmuwan itu, sangat berpengaruh di universitasnya, karena ia dosen sebuah matakuliah yang tak seorangpun yang bisa mengajarkan kecuali dia. Apa yang dia lakukan?. Dia telpon dekan FK. Hanya satu kalimat yang diucapkan: “Jika kali ini anakku tidak diakomodir di Fakultas Kedokteran, saya akan pindah ke Kalimantan, menemani anakku di sana”.

Baca juga :  Mostbet-27 O'zbekistonda tikish va kazino: Qisqacha ma'lumo

Kudengar suara Dekan FK itu, dengan sigap menjawab: “Saya sudah lama ingin menolong bapak, kali inilah kesempatanku, anak Bapak pasti saya luluskan. Saya berhenti menjadi dekan jika anak Bapak tidak lulus”.

Telpon ditutup, saya ingatkan kalimatnya: “Saat orang di jalan salah, jangan pernah kamu larut”

Ia dengan gontai berkata: “Inilah mesin waktu, Segalanya bisa berubah, hanya ada dua manusia yang tidak berubah, yakni orang bodoh dan orang mati”, jelasnya.

Saya bergeming dan dia pungkaskan ucapannya: “Dengar saja nasehatku, jangan ikuti perilakuku. Sebab, kamupun akan begitu”.

Saya tersenyum kecut dan saya pulang tanpa pamit sambil merenungi mesin waktu^^^

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 comments

  1. makanya dalam berdoa kita selalu memohon agar ditunjukkan yang benar itu benar dan yang salah itu salah.

    Menarik artikelnya bung https://blograkyat.com/wp-content/plugins/wp-monalisa/icons/wpml_good.gif

    1. Gimana kalau yang bersaing di SBMPTN juga semua berdoa
      Saat Timnas Garuda Vs Harimau Malaysia,
      kedua supporter juga berdoa
      Doa yang mana akan diterima Tuhan?
      Hihihi