Saudara

Sesama senasib penanggungan memang asyik kalau sudah saling bercerita. Sebab akan ada rasa kecocokan untuk berbagi cerita. Seorang kawan kerja mengeluhkan terpaksa harus meminjam uang ke rentenir atas nama terpaksa. Kalau tidak terpaksa tak bakal mau. Sebab kalau pinjam sama saudara alasannya pasti tidak ada. Pinjam sama orang lain bisa kena bunga tinggi.

“Memang susah jadi orang susah! Saudara ada duit aja banyak alasannya kalau mau pinjam. Padahal kalau gak butuh gak bakalan juga pinjam. Makanya nanti kalau kaya saya juga mau pelit!”

Ups, omongan rekan ini jadi menggelitik buat saya menimpali,”Jangan gitu dong. Kalau saya malah berpikir sebaliknya. Saya juga pernah mengalami bagaimana sakit hatinya pinjam uang sama saudara. Sudah gak dikasih, dihina lagi. Dari kejadian itu justru saya bertekad, kalau sudah mampu akan sebisanya membantu mereka yang butuh.”

Baca juga :  Jadi Orang Susah Memang Susah Tapi Jangan Dibuat Susah

Akhirnya jadi bersambung ceritanya. Rekan ini menyesalkan saudaranya ini yang tidak tergerak membantu kalau ia sedang butuh. Padahal sewaktu kecil saudaranya ini ia yang membantu membiayai sekolah. Sekarang sudah kerja dan belum punya keluarga saja cuek. Tak peduli kalau mau pinjam uangnya. Bukan minta.

Apa gunanya saudara kalau begitu bila tak bisa saling bantu? Tetapi saya masih berusaha menghibur. Itu masih lebih baik dibandingkan dengan pengalaman saya. Sudah tidak diberi pinjaman dikatai dengan kata – kata bikin sesak dada.

“Kalau kamu susah bisanya pinjam sama saya, giliran saya yang susah pinjam sama siapa?” atau “Kita semua sudah besar, jadi urusan rumah tangga atau uang urus masing – masing aja!”

Bilang tidak ada uang, eh besoknya bisa jalan – jalan ke luar negeri. Bilang dana kosong, sebulan kemudian bisa beli rumah. Tidak salah sih, itu memang sudah haknya tidak mau pinjam.

Baca juga :  Nikah Gethok Tular

Tetapi yang selalu jadi pertanyaan: Apa gunanya punya saudara kalau begitu? Bukankah yang namanya saudara perlu untuk saling membantu? Yang bukan saudara saja kalau mampu mau membantu.

Begitulah kalau hitungannya hanya untung dan rugi. Kalau saudara lagi hidup susah, berniat main ke rumah saja sudah dicurigai macam – macam. Ada niat membantu pun akan dikatai yang macam – macam.

Memang tidak semua saudara seperti itu. Saya katakan juga pada rekan ini, bahwa ada pula saudara saya yang pengertian. Ketika sedang kesusahan mau membantu tanpa perhitungan yang justru membuat malu dan risih sendiri yang membuat saya merasa berhutang budi. Ternyata ada gunanya juga saudara dan masih punya sedikit hati.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 comment

  1. memang lebih banyak saudara yang begitu :mewek2 daripada yang begini :2thumbup , hidup juga endingnya sama..ngga ada yg ‘liwat selamat’ …kembali ke …’bersyukurrr..’ :angel