Merevolusi Hidup

SAM_0194 (640x480)MEREVOLUSI HIDUP
Ketika menjalani hidup dalam keadaan morat marit, waktu seakan akan berhenti berputar. Kegetiran demi kegetiran,bagaikan menyayat perlahan lahan.Terkadang serasa derita itu akan abadi. Namun inilah hidup,yang selalu bersifat dinamika. Bergerak dari sudut waktu ,kesudut yang lain. Agaknya peristiwa alam ini, memproses setiap insan dan menguji ketegaran dan ketabahannya……….
Gagal sebagai pedagang keliling Padang- Medan , saya dan istri masih mencoba untuk bertahan hidup dirantau dengan bekerja di pabrik karet. Namun dua tahun bekerja keras,,yang tersisa hanya pakaian bekas kami. Bertepatan,pabriknya ditutup ,karena bangkrut,maka menjadi alasan kuat untuk kami pulang kembali ke kampung halaman. Menyakitkan memang,tetapi hidup harus terus berlangsung. The show must be go on…

BERALIH KESUDUT LAIN
Setibanya di kampung,kami tidak sempat berleha leha,menceritakan pengalaman kami selama dua tahun merantau di negeri orang. Apalagi ,memang tidak ada apa apanya yang bisa kami jadikan bahan cerita,selain kisah derita dan susah di tanah rantau. Dan kami tidak ingin berbagi duka ,sekalipun dengan keluarga . Karena mereka juga punya beban hidup masing masing..
Untuk merenung renung dan membuat rencana muluk muluk ,jelas bukan waktu yang tepat. Tetapi suatu keputusan harus diambil.
Maka kami memutuskan untuk mencoba berjualan di pasarApa saja milik kami yang bisa dijadikan uang,kami jual,untuk dapat membayar kontrakan di pasar kumuh,yang namanya Pasar Tanah Kongsi.
Pada waktu itu anak kami baru satu dan belum genap berusia 4 tahun. Di kios inilah kami tinggal dan sekaligus menjadi tempat usaha kecil kecilan. Tinggal di Pasar,disamping bau dari berbagai sampah,kami harus mampu hidup berdampingan dengan : tikus,kecoa ,cacing dan binatang merayap lainnya. Apalagi kalau hujan lebat,dipastikan air menggenangi seluruh ruangan ,karena kios ini dibangun diatas sebuah kali yang cukup besar. Bila hujan lebat tidak berhenti selama 2 hari,maka kami kebanjiran. Kami bertiga beranak,hanya bisa naik diatas tangga darurat dan duduk disana sepanjang malam ,hingga air surut.Kemudian ,seharian kami harus bekerja keras membersihkan lumpur dan segala macam kotoran yang tersisa..Masalah tikus got yang besar besar,hilir mudik dalam ruangan,kecoa yang merayap di meja makan atau lipan di tempat tidur,sudah menjadi hal yang sangat biasa bagi kami.

MENGUBAH CARA HIDUP
Kalau di Medan,hidup sudah terjadwal. Jam 7.30 pagi masuk kerja dan pulang jam 6.00 sore. Sesudah itu selesai,kami bisa bersantai dirumah. Tetapi sekarang cara hidup demikian harus serta merta kami tinggalkan.
Kami bangun jam 3 subuh. Istri saya ke stasiun kereta api,untuk menunggu kelapa yang datang dari kampung. Kelapa yang masih berkulit ini harganya lebih murah. Terus dibawa pulang dengan beca ke kedai ,yang sekaligus merangkap “rumah” kami. Saya sudah siap untuk mengupas kulitnya dan memarut kelapanya. Putra kami yang belum genap 4 tahun,sudah membantu,mengumpulkan sabuk kelapa untuk dimasukkan kedalam keranjang.

Hasil dari penjualan kelapa ini ,sangat minim,tapi pada waktu itu ,modal yang ada hanya cukup untuk berjualan kelapa. Sementara itu istri saya ,dengan bekal Ijazah IKIP- Jurusan Excacta.(ilmu pasti),sudah mendapat pekerjaan sebagai guru disalah satu SMA Swasta,harus buru buru ke sekolah untuk mengajar.Pulang dari mengajar,dirumah sudah menunggu “anak less”,yaitu anak anak yang mengambil private less untuk mata pelajaran Aljabar dan Ilmu Ukur.

JUAL CINCIN KAWIN
Hidup di tengah pasar,bersama tikus,kecoa dan binatang merayap lainnya,menyebabkan istri saya dan putra kami,mulai sakit sakitan. Bila malam tiba ,saya memandangi istri dan putera kami yang terlelap kecapaian,pucat dan kurus. Hati saya serasa teriris iris. Saya merasa amat bersalah,tidak mampu mencukupi kehidupan keluarga. Tetapi pada saat itu,benar benar pikiran saya sepertinya menemukan jalan buntu. .
Suatu hari putera kami demam tinggi. Kami mencoba dengan kompres dan meminumkan daun daunan dalam usaha untuk meredakan demamnya. Karena untuk ke dokter,tidak ada uang. Tetapi semakin hari ,penyakitnya semakin larut. Malah kejang dan mengigau karena demamnya yang tinggi. Kami mencoba mencari pinjaman. Kalau dengan tetangga yang tinggal di pasar,tidak memungkinkan, Karena hidup mereka tidak lebih baik dari kami.
Akhirnya kami dapat pinjaman dari nenek seorang siswa istri saya. Tapi dengan syarat bunganya 30 persen sebulan. Kami terperanjat dan mencoba menawar,kalau bunganya diturunkan jadi 20 persen saja , Tetapi kata wanita tua ini, kalau mau oke,kalau nggak ya nggak apa apa. Dengan berat hati,kami akhirnya jadi minjam uang dengan jaminan cincin kawin saya,yang terbuat dari emas.
Tetapi ternyata biaya yang dibutuhkan untuk pengobatan putra kami tidak cukup,karena ternyata ia kena typus. Gaji istri saya yang tadinya mau dibayarkan utang ,terpakai untuk biaya pengobatan. Ketika sampai waktu yang dijanjikan,dengan terpaksa cincin kawin ,saya jual untuk membayar utang.

Saatnya Menentukan Pilihan Hidup
Kondisi morat marit. Istri dan anak sakit sakitan,semakin mendorong saya untuk mengubah nasib kami. Tapi bagaimana? Dari mana harus dimulai? Jujur pada waktu itu saya tidak tahu.
Bekerja apapun ,selama tidak berbuat kejahatan,sudah saya kerjakan: Jualan kelapa,jadi kuli ,sopir serap dan sebagainya. Kata orang ,bekerja dengan otot saja ,hanya akan menghasilkan hidup sebagai kuli seumur hidup. Saya dan istri sudah bekerja dengan otot dan dengan otak,tetapi tetap saja hidup belum menampakkan titik terang untuk berubah.Tiap malam kami selalu berdoa. Memohonkan kekuataan agar mampu menjalani semuanya dan agar kami diberikan jalan untuk mengubah nasib kami.

Baca juga :  Dasar Penulis !

Saya memahami,tidak seorangpun dapat mengubah nasib saya ,kecuali saya sendiri Tetapi doa itu tidak segera dijawab,seperti maunya kita. Kami harus sabar menunggu. Kapan? Kami tidak tahu.Mengubah nasib,berarti harus mengubah sikap mental. Mengubah sikap mental ,akan membawa perubahan pada pola hidup.
Berpindah dari satu sudut ke sudut penghidupan lainnya.,tidak semudah mengganti baju. Membutuhkan tekad yang kuat dan berani mengambil resiko. Karena setiap perubahan ,selalu memiliki dua sisi,yaitu : harapan dan resiko. Tidak akan ada perubahan hidup,bila tidak berani mengambil resiko.
Tetapi kami tidak pernah berputus asa.Kami yakin,dimana ada kemauan ,pasti disana ada jalan..

PROSES
Suatu waktu,saya ketemu dengan teman saya,namanya Samsuar. Sebenarnya sudah lama ia mengajak saya datang ke kantornya. Tapi saya selalu merasa risih. Mengapa? Karena pengalaman pahit yang saya alami beberapa kali. Setiap saya mengunjungi rumah teman,saya hanya dilayani sambil berdiri dan belum 5 menit berbicara,teman saya langsung melihat ke jam tangannya dan berkata :” Aduh,maaf ya.saya harus pergi ,karena ada janji penting”
Saya memahami apa arti semua itu. Pada awalnya,saya pikir,mungkin pas lagi kebetulan memang ada keperluan penting. Saya coba ke rumah teman yang lain,malahan saya mendengar ia berkata pada pembantunya:” Bilang saja,saya lagi tidur”.
Berkali kali mendapatkan perlakuan yang demikian ,saya berjanji pada diri saya ,untuk tidak akan mengujungi teman saya lagi,hingga kelak hidup kami berubah.
Ternyata Samsuar tidak sama dengan mereka. Dengan agak memaksa ia mengajak saya singgah Akhirnya sore itu saya datang kekantornya. Setelah bertanya tentang kehidupan saya,Samsuar bicara to the point saja:’ Mau nggak saya ajak untuk berdagang?”
“Mau “jawab saya singkat dan mantap,”tapi saya tidak punya modal”
“Modal utama dalam perdagangan adalah kejujuran” lanjut Samsuar;
“Kalau kejujuran ,saya punya”
Sejak saat itu setiap sore,habis pekerjaan saya datang kekantor Samsuar untuk belajar. Mana yang biji kopi Arabica.Mana yang biji kopi Robusta dan bagaimana memprediksi kadar airnya. Kemudian seperti apa yang namanya Cassia Vera atau kulit manis itu? Bagaimana membedakannya dengan kulit kayu?
Sebulan lamanya saya dapat pelajaran yang sangat berharga secara gratis dan sudah siap untuk mulai bekerja. Bagi saya Samsuar adalah bagaikan malaikat penolong yang diutus oleh Tuhan.

MEREVOUSI HIDUP DIMULAI
Saya dipinjami modal untuk kekampung kampung dan langsung membeli kepada para petani. Jadi tidak melalui tengkulak atau pedagang pengumpul.sehingga harganya jauh lebih murah. Sore harinya hasil pembelian kopi saya setorkan ke gudang teman saya Samsuar. Saya laporkan harga beli dikampung apa adanya.
Keesokan harinya,seperti biasanya, saya datang ke kantor Samsuar dan dipersilakan duduk. “ Hm kopi yang kemarin dibawa,kualitasnya sangat bagus,” kata Samsuar. “Sesudah di potong dengan modal,nih ada sedikit keuntungan saya berikan “ katanya sambil menyerahka sejumlah uang. Saya kaget,tangan saya gemetaran,karena keuntungan dari hasil penjualan 2 karung kopi kemarin,lebih banyak dari penghasilan saya jualan kelapa di pasar selama sebulan.
Untuk menyakinkan,saya tanyakan,apakah semua uang ini untuk saya. Jawab Samsuar:” Ya ,benar:” Besok boleh cari lagi yang lain.Saya pulang dengan rasa syukur yang mendalam…dan langsung menceritakan pada istri saya,yang menyambut dengan antusias.
Nah. Inilah agaknya titik balik dari hidup saya. Dalam waktu tidak sampai sebulan,penghasilan yang terkumpul dari penjualan kopi,sangat fantastis menurut ukuran saya.

DI USIR DARI BANK
Saya tergoda untuk memperbesar modal kerja ,agar lebih banyak keuntungan yang bisa diperoleh. Saya dapat info dari teman,bahwa terbuka kesempatan untuk mendapatkan kredit dari bank,yang namanya Kredit Usaha Kecil,tanpa jaminan.
Informasi ini saya telan mentah mentah. Keesokan harinya dengan rasa percaya diri yang berlebihan ,saya datang kesalah satu bank. Petugas memberikan saya nomer antrian. Tidak lama kemudian,nama saya dipanggil dan boleh langsung menghadap ke ruangan Kepala Bagian Kredit. Setelah mengetuk pintu,saya masuk dan dengan sopan mengucapkan selamat pagi,sambil menyodorkan tangan saya untuk bersalaman. Tetapi Pimpinan bagian kredit ini,hanya mengulurkan ujung jarinya dan sebelum menjawab ucapan selamat pagi saya,ia memandang saya dari atas kebawah. Saya merasakan sesuatu yang tidak nyaman..,
“Ya,silakan duduk”,katanya dengan tawar.
“Apa yang bisa saya bantu?” lanjutnya.
“Hmm begini pak. Saya dapat info,bahwa dibuka kesempatan bagi usaha kecil untuk mendapatkan tambahan modal kerja. Untuk itu saya datang menghadap Bapak”
“ Oya..? anda punya sertifikat rumah?”
“Maaf,tidak punya Pak”
“BPKB mungkin?”
“Juga tidak punya Pak”,jawab saya sesopan mungkin.
“…Tidak punya sertifikat,tidak punya BPKB dan anda mau meminjam uang?” Yang benar aja…disini kepala laku untuk dijaminkan…”katanya sambil berdiri:” Kapan sudah punya sertifikat baru datang sini lagi ya..”
Wajah saya terasa panas,berbagai perasaan berkecamuk . Saya merasa diusir….
“Baik pak,permisi..” kata saya pamitan. Tapi sang Pimpinan sudah duduk menekuni pekerjaannya dan tidak lagi melihat kearah saya….

Baca juga :  4 empleos de analista de datos: Tu guía para subir de nivel

Terasa ada sesuatu yang menghujam kedada saya dan menyakitkan amat sangat…
Setibanya di rumah ,saya berdiam diri. Ketika istri saya menanyakan kenapa saya murung.,saya ceritakan kejadian yang menyakitkan tadi pagi. Saya berpikir istri saya pasti terperanjat, tapi malah ia tenang dan mengatakan pada saya:” Kalau hal kecil seperti ini sudah membuat kita terhenti,bagaimana mungkin bisa meraih cita cita kita ?”
Saya terpana..benar kata istri saya.kenapa saya harus terhenti ,hanya karena dihina orang… Kemudian kejadian itu saya lupakan dan terus bekerja keras siang malam..
HARUS BERANI MENGAMBIL KEPUTUSAN
Saya berunding dengan istri saya dan mengatakan bahwa sudah saatnya kita berubah. Saya mau fokus untuk berdagang kopi Saatnya berpindah kuadran..Dan istri saya mendukung sepenuhnya. Sejak saat itu,terjadi perubahaan besar dalam kehidupan kami. Saya sudah tidak jualan kelapa lagi . Dan dalam waktu beberapa bulan kemudian,kami sudah pindah kontrak kedaerah yang bebas banjir.
Waktu seperti berlari. Uang masuk seperti mengalir. Ketika hidup terasa enak dan nyaman,waktu seperti anak panah lepas dari busurnya. 3 tahun sudah berlalu.

Yang berubah tidak hanya hidup kami. Tetapi keadaan disekeliling kami juga sepertinya ikut berubah. Teman teman yang dulu menjauh,satu persatu mulai menyapa kami dengan ramah. Kalau selama tahun tahun sulit,tidak satupun undangan pernikahan yang kami terima,sekarang sudah mulai berdatangan. Termasuk undangan dari orang yang tidak begitu kami kenal..
Mengapa? Saya tidak mau memikirkannya . Saya syukuri,bahwa sekarang saya punya banyak teman dan sahabat,apapun alasan mereka.
Dari tinggal di rumah kontrakan,sekarang, kami sudah bisa membeli rumah sendiri,walaupun masih rumah sederhana. Kemudian menyusul membeli mobil bekas. Merk Plymouth ,buatan tahun 1957,dengan harga 500 ribu rupiah.Walaupun pada waktu itu,kalau mau,kami bisa membeli sebuah mobil baru,namun kami menahan diri. Karena ,mobil bukan cita cita hidup kami.Saya berkantor di jalan Niaga dan sekaligus menyewa sebuah gudang,untuk penampungan barang barang yang akan dijual belikan.

MEREVOLUSI HIDUP
Perubahan demi perubahan,memotivasi saya ,untuk semakin maju ,meraih cita cita hidup kami,yaitu memiliki sebuah rumah permanen,yang ada kolam renang,taman dan paviliun. Dan kelak bila anak anak sudah di sekolah lanjutan,mereka akan kami sekolahkan di luar negeri.
Suatu impian,yang dulu kami tidak berani ungkapkan pada orang lain,karena dikuatirkan orang akan menganggap kami sudah gila,saking susahnya hidup.Tapi hidup kami sudah bergeser,tidak lagi terhimpit segala beban hidup. Rasa percaya diri ,keyakinan ,kerja keras dan tetap berdoa,menjadikan kami semakin mantap menjalankan perusahaan.
Suatu waktu,saya mencoba membicarakan dengan sahabat saya Samsuar,apakah ia mau membantu saya untuk mendirikan perusahaan sendiri,tapi tetap bekerja sama dengannya?Jawaban Samsuar sungguh sangat membesarkan hati saya:” Ya ,memang sudah waktunya untuk bisa ekspor sendiri . Jadi eksportir!” Saya eksportir? Serasa tidak percaya saya akan pendengaran saya dan mengulangi bertanya:” Maaf,maksudnya mengekspor barang sendiri”
“ Iya benar,” pengalaman sudah cukup untuk itu “ kata Samsuar.
Seperti mimpi ,hidup kami dengan sangat cepat berubah.. Saya kini seorang direktur perusahaan ekspor.

Impian Menjadi Kenyataan

Mobil kami ganti,dengan mobil keluaran tahun terbaru. Tiap tahun kami libur keluar negeri. Karyawan kami yang tadinya hanya beberapa orang,belakangan sudah menjadi puluhan .
Anak kami kini bertambah dua orang lagi. Dan ketika mereka di SMA ,ketiga tiganya melanjutkan study di Amerika Serikat. Putra pertama lulus Msc.dalam usia 21 tahun ,dengan predikat Magna Cumlaude. Kami hadir waktu di wisuda di California State University dan tinggal disana selama lebih kurang 2 bulan. Dibelakang hari,impian kami yang lain,adalah mengunjungi 5 benua di dunia . Dan dengan rasa syukur yang tidak berkesudahan, impian tersebut juga sudah terpenuhi.

Kemudian ,mengingat putra dan putri kami ketiga nya sudah berkeluarga,maka kami memutuskan untuk mengundurkan diri dari dunia perdagangan. Sejak tahun 2006 ,menikmati hidup,sambil bersyukur,ditengah tengah anak cucu di Mount Saint Thomas.NSW dan di Perth /W.A dan setiap tahun kami kembali ke Jakarta,karena disana masih ada anak cucu kami.
Impian demi impian kami menjadi kenyataan.

Segala puji dan syukur kehadirat Sang pencipta..Proses Berpindah Kuadran dan merevolusi hidup ,telah terpenuhi. Tidak ada keberhasilan yang dapat diperoleh dengan cuma cuma.Semuanya harus diraih dengan kemauan dan tekad ,kerja keras dan doa..
Perth, 01 Januari,2014
Tjiptadinata Effendi

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

8 comments

  1. Pak Tjipta, selalu luar biasa catatannya untuk sebuah revolusi, kami banyak belajar dri catatan ini, Pak Tjip…salam hangat

    1. Terima kasih pak Kate. Memang saya sengaja mengunakan kata revolusi,karena hakekatnya kita selalu hidup dalam revolusi,untuk mengubah keadaan. Musuh pertama yang harus dikalahkan justru adalah diri sendiri.
      Saya doakan Pak Kate yang masih berevolusi,agar jangan pernah menyerah..harus keluar sebagai pemenang..HAPPY NEW YEAR

    1. He he terima kasih saudaraku ..itu cerita dulu. syukur saya bisa melewati semuanya dengan selamat.. Salam hangat dari kami untuk keluarga di Makasar

  2. Pengalaman hidup pak Tjipta, memberi kita pencerahan, bahwa hidup ini bagai roda pedati. Terus berputar dan tak selamanya berada di bawah.
    Dibalik sebuah kesulitan tentu akan ada kemudahan.

    Terima kasih artikelnya, Pak Tjipta https://blograkyat.com/wp-content/plugins/wp-monalisa/icons/wpml_good.gif

    Selamat Tahun Baru 2014
    semoga kita selalu berada dalam lindunganNya https://blograkyat.com/wp-content/plugins/wp-monalisa/icons/wpml_bye.gif

    1. Terima kasih Mas Admin. Tulisan ini adalah sepotong dari biografi saya ..Saya postingkan disini ,dengan harapan ada manfaatnya bagi yang membaxanya..
      Happy New Year dan semoga senantiasa dalam lindungan Tuhan.

  3. Kalau ada kemauan, pasti ada jalan. Terimakasih, pak Tjip telah berbagi cerita yang bermanfaat.
    Selamat tahun baru, pak.
    Sukses selalu https://blograkyat.com/wp-content/plugins/wp-monalisa/icons/wpml_good.gif

    1. Terima kasih ya Mbak Vivi.senang bisa keemu disini.saya senang bila tulisan saya ada manfaatnya..Salam hangat dan Selamat Tahun Baru …