Membangun Kejujuran Diri

 

 

stock-photo-corrupt-or-honest-corruption-or-honesty-124103656

(ORI) Membangun Kejujuran Diri
Adakah ada yang 100 persen jujur di dunia ini ? Kalau saya jelas tidak. Tadi pagi saya barusan tidak jujur. Ketika di tanya oleh putri saya:” Papa,makan lagi ya. Ini masih ada sandwich.” Saya melirik dan sekilas melihat sandwich tinggal satu potong,sedangkan putri saya belum sarapan. Maka dalam hitungan detik,saya mulai berbohong:” Papa sudah kenyang.” . Padahal sesungguhnya saya belum kenyang.

Nah,apakah hal ini termasuk tidak jujur ? Adakah rumusannya antara tidak jujur untuk kebaikan orang lain atau tidak jujur untuk kepentingan pribadi? Nah,kalau hal ini dikaji secara mendalam,pasti akan menuai beragam silang pendapat. Maka jalan terbaik adalah bertanya kepada diri kita masing masing. Ketika saya berbohong pada putri saya,dengan mengatakan bahwa saya sudah kenyang,pahahal belum,hati saya sama sekali tidak galau. Saya malah senang. Lho berbohong koq senang? Karena saya sudah bisa mengalahkan kepentingan diri,demi untuk putri saya.

Hal ini amat berbeda,ketika masih di sekolah dasar ,saya menyontek dan ketahuan bu guru. Terus bu guru bertanya:” Kamu nyontek yaa!?” .”Tidak bu”,jawab saya dengan suara yang tidak jelas dan mata yang tidak berani kontak mata dengan bu guru. Saya gugup dan hati saya galau,karena saya sudah tidak jujur pada diri sendiri dan sekaligus tidak jujur pada bu guru.

Tidak ada Sekolah Kejujuran di Dunia
Di Indonesia,bahkan di dunia ada begitu banyak ragam sekolah. Dari sekolah dasar ,hingga ketingkat Universitas.Ada sekolah tinggi ilmu pendidikan. Sekolah tinggi perpajakan. Sekolah tinggi ilmu kelautan. Yang tidak tercatat adalah : sekolah kerendahan hati dan sekolah kejujuran.Karena itu kejujuran, harus diasah dalam diri sendiri,dengan jalan senantiasa melakukan introspeksi diri,yang berfungsi membersikan hati nuraini,sehingga kita bisa berkaca diri kepadanya. Inner dialog atau berdialog dengan diri sendiri,merupakan salah satu jalan untuk menemukan kejujuran diri.
Ke tidak Jujuran berasal dari Pikiran
Pikiran kita identik dengan egoisme kita. Ia selalu berusaha membela kita dengan berbagai alasan,bahkan kalau perlu berbohong untuk pembenaran diri. Karena itu kita harus dapat membedakan antara kecerdasan dan kelicikan. Orang yang cerdas,memanfaatkan kecerdasannya untuk hal hal yang positif.bermanfaat bagi diri dan keluarga dan bermanfaat juga untuk orang lain. Minimal,tidak mengambil atau mengganggu hak orang. Namun kelicikan adalah kecerdasan yang dimanipulasi,untuk kepentingan pribadi ,kelompok atau komunitas sendiri,dengan mengabaikan kepentingan orang banyak. Bahkan tidak jarang,dengan mengorbankan hidup orang lain.

Baca juga :  Kencang Kendur Tali Motivasi - Josephine Winda

Sebaliknya kejujuran berawal dari hati. Disana ada hati nurani,yang disebut juga dengan istilah:” suara hati”,yang selalu menegur kita,bila kita mendustai atau tidak jujur pada diri sendiri. Karena itu ada anggapan ,bahwa suara hati adalah :” the voice of God” atau suara Tuhan yang tidak dapat salah. Bagaimana kita bisa mengetahuinya? Kembali kepada password :” Don’t ask me,ask your heart,because the answer is in your heart”/Jangan tanyai saya,tanyakanlah pada hati anda,disana akan ada jawabannya/

.
Nurani Yang Buram dan Kotor
Bila nurani di ibaratkan dengan cermin,maka seperti halnya,bila cermin dibiarkan kotor dan tidak pernah dibersihkan,maka lama kelamaan ,fungsi cermin tidak lagi bekerja. Ia menjadi buram . Kita tidak lagi bisa berkaca diri.Begitu pula dengan hati nurani yang di terlantarkan. Banyak orang sibuk ,berpacu mencari rejeki. Dan mungkin saja kita ,anda dan saya termasuk di dalamnya. Tentunya tidak ada yang salah. Karena rejeki tidak turun dari langit. Melainkan dengan kerja keras dan memeras keringat,baru kita dapat mengharapkan memperoleh rejeki ,seperti yang kita dambakan.

Namun ,begitu antusiasnya kita berpacu dalam kehidupan sehari harian,tidak jarang ,tanpa sadar kita kebablaan. Terhanyut menikmati rupiah demi rupiah,sehingga melupakan hal yang tidak kalah pentingnya dari materi. Bila tidak ada yang menyadarkan kita atau membunykan alarm,maka kita akan terbius dan tenggelam dalam kenikmatan duniawi..
Setapak demi setapak,kita hanyut dalam kebohongon dan kebohongan,demi untuk meraih kekayaan diri. Kita tidak lagi mau memberikan kesempatan kepada suara hati ,untuk mengingatkan kita. Ibarat alarm yang membangunkan kita di pagi hari,kita bungkamkan,karena tidak ingin terganggu .

Matinya Hati Nurani.
Oleh karena itu,tidak usah heran,bila hampir setiap hari ,kita mendengarkan atau membaca ,bahkan menyaksikan di You Tobe ,tentang kekerasan,perampasan,korupsi dan kejahatan lain yang mengerikan , Ketika tertangkap ,pelakunya dengan penuh percaya diri, masih bisa tersenyum manis,sambil melambaikan tangan,bagaikan bintang sinetron. Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena hati nuraninya sudah mati.
Ke Jujuran Sudah Langka di Indonesia

Baca juga :  Pacar Maya Ngaku Jenderal Amerika? Jangan Dulu Termehek Mehek

Suka atau tidak suka,tapi adalah suatu kenyataan ,bahwa di Indonesia,kejujuran sudah menjadi sesuatu yang amat langka. Apa saja diperjual belikan orang.Bukan hanya barang dagangan,tetapi : perkara, ijazah, Jatah masuk University.bahkan manusia yang lagi sakit dan menderita ,juga dijadikan sebagai komoditi. Kehidupan anak manusia bisa ditawar dengan uang. Bahkan Kitab Suci juga bisa diperdagangkan
Meratapi ,mencelah,sumpah serapah untuk apa yang sudah dan sedang berlanjut,tidak akan mengubah apapun. Maka kita kembali merenungkan,ada kata kata bijak yang mengatakan :”Bila anda ingin memperbaik dunia,mulailah terlebih dulu dengan diri sendiri”

Untuk bisa mengajarkan orang lain tentang arti dan makna dari sebuah kejujuran,harus diawali dengan terlebih dulu jujur pada diri sendiri. Tanpa itu semua yang kita lakukan ,akan menggiring kita menjadi manusia yang munafik. Lain yang diucapkan.lain yang dilakukan.
Kita tidak mungkin setiap saat melakukan hal hal yang besar,tetapi hal yang dapat kita lakukan adalah melakukan hal hal kecil dengan penuh kejujuran. Dengan demikian,kita tidak ikut menjadi seperti tong kosong yang nyaring bunyinya,karena minimal kita sudah berbuat sesuatu,yaitu jujur pada diri sendiri dan jujur pada orang lain.

Kejujuran adalah Pondasi untuk Membangun Kebahagiaan.
Orang yang kaya raya,belum tentu hidupnya bahagia Karena kebahagiaan,tidak akan bisa dibangun tanpa adanya kejujuran. Orang bisa berpura pura bahagia dengan ketawa terbahak bahak,pesta disana sini,namun kesemuanya hanyalah sebuah kebahagiaan semu. Ketika berada sendirian,maka ia akan merasakan suatu kehampaan hidup.

Mengapa Indonesia semakin hari semakin terpuruk,bukan hanya mendapatkan gelar sebagai negeri para koruptor,tetapi juga negeri yang kehilangan martabat diri. Karena Indonesia dipimpin oleh orang orang yang tidak jujur. Ketidak jujuran yang di tampilkan dalam bentuk tidak transparannya para pemimpin negeri,yang serta merta di foto copy oleh bawahan,karena merasa mendapat restu atasan.
Kita boleh berharap dan berdoa,semoga akan datang “Juru Selamat “ bagi Indonesia yang sama sama kita cintai ini,yakni pemimpin yang jujur. Tetapi kalau kita berani berharap,agar orang lain jujur,mengapa tidak mengawali dari diri kita terlebih dulu,untuk hidup jujur? Jujur pada diri sendiri,pada istri,suami dan anak anak ,akan menghantarkan kita juga akan jujur kepada negara dan bangsa Indonesia.

Wollongong, 28 Januari,2014
Tjiptadinata Effendi

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 comments

  1. Betul Pak Tjipta , hati selalu jujur tapi ego selalu datang mengalahkan..luar biasa catatan kejujurannya

    salaman

  2. Tidak ada Sekolah Kejujuran di Dunia
    benar… kenapa tidak pernah kita pikirkan.. yuk bikin, biar dunia ini semua orangnya bisa lebih jujur lagi 😀