Pesona Indonesia di Java Jazz 2014

Tepat seminggu yang lalu pada 2 Maret, kami pergi menonton aneka pertunjukan musik di Java Jazz 2014. Banyaknya musisi yang memainkan berbagai aliran membuat kami bingung dan terus beralih dari satu panggung ke panggung berikutnya. Ternyata ’selera asal’ selalu membimbing manusia untuk kembali pada hal yang paling dikenal dan dikuasai. Setelah berputar ke berbagai panggung, menyaksikan aneka musisi, kami memutuskan untuk banyak berdiam dan menikmati pertunjukan musisi – musisi asal Indonesia. Entah karena selera musik Jazz kami yang buruk atau memang karena telinga belum terbiasa dengan musik – musik unik dan beraliran khusus.

Dian Pramana Poetra & Twilite Orchestra

Panggung Dian Pramana Poetra adalah panggung pertunjukan anak bangsa yang pertama kami datangi. Hmmm,.. Dian Pramana Poetra, nama yang sangat membahana barangkali dua – puluh tahun silam. Jaman kaset masih merajalela dan cakram rekaman atau CD belum lahir. Kaset – kaset dengan foto jadul Dian Pramana dulu selalu menghias toko musik dimana saja. Lagu – lagu yang diciptakannya antara lain Melati Diatas Bukit, Aku Ini Punya Siapa (penyanyi : January Christy), Haruskah (penyanyi : Chrisye), Iman dan Godaan (Penyanyi : Fariz RM), Semua Jadi Satu (Malyda) dan masih banyak lagi lagu – lagu lainnya.

dian pp
foto: www.last.fm

Dian Pramana pasti tak jauh dari sobatnya Deddy Dhukun. Demikian pun sore itu, panggung pertunjukan menjadi seru ketika ia mengundang sobat lamanya untuk tampil bersama. Deddy masih tetap tampil dengan gayanya yang flamboyan dan sangat digemari oleh para fans, kemunculannya juga cukup menuai rindu bagi para penggemar. Banyak yang mengelukan Deddy ketika muncul dipanggung. Secara berseloroh Deddy Dhukun mengaku juga pandai bersulap seperti Deddy Corbuzier. Deddy tampak sedikit kuyu dan dengan bersahaja mohon dukungan para penggemar karena ia sedang sakit cukup parah dan rencananya dalam waktu dekat akan segera dioperasi. Namun luar biasa bahwa panggung mampu ‘menghidupkan’ sang seniman. Demikian pun Deddy menjadi sangat bersemangat diatas panggung untuk menyanyi bersama Dian Pramana Poetra bagi para penggemar di acara Java Jazz 2014.

Pada bilangan tahun 90-an, kiprah 2D yaitu Dian Pramana Poetra dan Deddy Dhukun sangat menggema. Sehingga duo yang dimunculkan lagi oleh dua pria itu sedikit berkesan magis bagi para fans. Yang tentunya sebagian besar kini mungkin mulai bertumbangan pula, didera usia dan gelombang kehidupan. Sibuk, mana sempat lagi nonton pertunjukan musik 2D? Bagi saya yang masih sempat datang dan menonton, tentunya sangat saya syukuri dan nikmati. 2D juga menyanyikan lagu “Melayang” untuk mengenang kawan – kawan mereka yang sempat terkena pengaruh narkoba.

Baca juga :  Penipu Mengaku Pemilik Rumah Kontrakan

Sementara Addie MS sendiri tampil segar dan ceria. Pria pemimpin Twilite Orchestra yang kabarnya satu sekolah dan satu angkatan dengan Deddy Dhukun, Fariz RM dan Ikang Fawzi ini seakan mengingkari waktu dan usia. Penampilannya tetap awet muda dan prima. Beberapa pemain dari Twilite Orchestra juga diperkenalkan kepada para pengunjung. Dian Pramana sendiri nampak sangat menikmati momen kembalinya ke atas panggung, interaksinya dengan penggemar sangat hangat bersahabat dan membocorkan kabar bahwa berdua dengan Deddy mereka sedang mempersiapkan album terbaru. Semoga sukses Mas Dian PP! Oh melati cantik nian dewi,..

addie
foto: www.indonesia.travel

Pesona Ruth Sahanaya

Kepada seorang kawan saya sempat mengirim pesan singkat. “Sedang menonton Uthe!” Lalu dijawab singkat olehnya, “Cocok dong, satu angkatan denganmu!” Saya menggerutu dalam hati karena teman saya itu sesungguhnya lebih boros usia ketimbang saya. Biasalah namanya orang sirik karena tak sempat datang menyaksikan Uthe secara live. Penampilan Uthe masih sangat mempesona. Saya yakin tidak akan ada yang berani menanyakan berapa usia Uthe sebenarnya. Mungil, cantik dan tarikan vokal yang masih saja kelas diva, membuat orang tak berani mempertanyakan kharisma Uthe.

uthe
foto: www.tribunnews.com

Dengan mesra dan bergandengan dengan Sammy, Uthe menyanyikan sebuah lagu. Sammy sendiri menyanyi dengan sangat baik dan olah vokalnya juga terjaga apik sebagai penyanyi solo. Kami sedikit terlambat ketika muncul di panggung Uthe, jadi mestinya sudah ada beberapa lagu yang dinyanyikan olehnya. Lagu yang masih sempat kami dengar antara lain adalah “Memori”. Lagu sendu yang sangat mengesankan. Ketika Uthe mengakhiri pertunjukannya penonton terus berteriak ‘we want more.’ Sehingga akhirnya sang diva muncul kembali dan menghibur penonton.Akh Uthe,… Kau membuka luka lama, yang kuingin lupa,….

Bossanova ala Elfa’s

Malamnya, kami nongkrong di panggung Elfa’s singers. Sebenarnya agak bingung kenapa judulnya Elfa’s Bossanova kenapa bukan Elfa’s Singers seperti biasanya? Rupanya memang group yang ini terdiri dari para vokalis wanita Elfa dan khusus menyanyikan lagu – lagu irama Bossanova. Lagu ‘The Girl from Ipanema’ dilantunkan secara sangat apik oleh para vokalis cantik ini. Tentu saja karena penyanyinya wanita liriknya diganti menjadi ‘The Boy from Ipanema.’

Baca juga :  Dicari Yang Enak !

Menakjubkan bahwa para wanita Indonesia ini sangat mahir menyanyikan lagu – lagu berirama bossanova dan berbahasa spanyol. Mereka bahkan mengundang seorang percussion asli dari Brazilia yaitu Sergio untuk mengiringi penampilan Elfa’s Bossanova. Mungkin Sergio sendiri tercengang mendengarkan lagu – lagu dari kampungnya dinyanyikan secara fasih dan professional oleh orang – orang Indonesia, terbukti ia sangat menikmati penampilan Elfas Bossanova dan dengan atraktif juga berjoged ala irama bossanova. Secara keseluruhan dari para penampil yang sore/malam hari itu kami saksikan Elfa’s Bossanova sangat menunjukkan ‘jam terbang’ yang tak terbantahkan dan disiplin dalam frekuensi latihan menyanyi. Semuanya nampak rapi, tertata dan seirama dalam berdendang serta bergaya. Para vokalis ini adalah Lita Zen, Ucie Nurul, Vera Syl dan Pita Loppies.

elfa
foto: www.pikiran-rakyat.com

Java Jazz tampaknya juga selalu menjadi ajang ‘reuni’ tak terduga. Tiba – tiba saja, Lita mengundang beberapa kawan lamanya untuk tampil menemani diatas panggung. Siapa lagi jika bukan Agus Wisman dan Yana Julio. Agus yang selalu tampil ramah dan penuh kehangatan tentu disambut meriah oleh para penggemar. Tak lupa pula Yana Julio yang juga tetap terlihat tampan menawan. Lagi – lagi sulit bicara masalah usia ketika melihat penampilan orang yang tetap terlihat muda dan segar. Beberapa lagu dinyanyikan dalam formasi Elfa’s Singer sehingga Vera dan Pita mundur sejenak kebelakang panggung, karena formasi berganti menjadi Agus, Yana, Lita dan Ucie. Lita Zein, seperti biasa tampil sangat anggun dan mampu memimpin panggung maupun rekan – rekannya dengan baik.

Pada bagian akhir, Lita mengucap sendu bahwa lagu yang akan dinyanyikan berikut adalah untuk mengenang almarhum Elfa Secioria. Lagu itu adalah “Tetaplah Bersamaku.” Sedikit banyak memang menggiring kenangan para penggemar agar tetap berdendang bersama dengan kelompok Elfas Singers. Saya sendiri yang merupakan salah satu penggemar jadi merasa haru. Aih, cepatnya waktu berlalu! Java Jazz sudah muncul dalam anniversary-nya yang ke – 10, lalu bilangan angka – angka dan tahun berlalu terus melaju tak terbendung! ….. Ketika kujumpa kau hari ini,rasanya kau makin mempesona. Rasanya ingin ku meraihmu bersamaku. Ternyata kuingin s’lalu ada di dekatmu. Tetaplah bersamaku berbagi canda. Meraih cita dan harapan kita berdua,… (for : Trisana Prabandari)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

6 comments

    1. thanks Min!!… Kalo ada yg mau nyumbang Camera Pro – Canon kaliik?? (ngarep.com) jadi kalo lain kali reportase aku ngga modal nelongso memotret dengan camera Hape..(foto ngga karuan yg kejepret)… :cd: 😀 :Peace:

  1. Dian Pramana Poetra, nama yang sangat membahana barangkali dua – puluh tahun silam

    Wah umur saya baru 19 tahun https://blograkyat.com/wp-content/plugins/wp-monalisa/icons/wpml_whistle3.gif