Pupuk Bersubsidi, Pupuk atau Batu?

Pupuk SP36 Bersubsidi
Pupuk SP36 Bersubsidi

Ada ‘Batu’ dalam Pupuk Subsidi

Beberapa hari yang lalu penulis membeli sekarung pupuk SP36 bersubsidi di salah satu distributor pupuk.
Harganya rp.130.000/sak @50kg.

semua foto dokpri
semua foto dokpri

IMG_20140301_124702

Penulis lalu melarutkan segenggam pupuk itu dengan sedikit air, untuk campuran air siraman bibit aren yang
penulis tangkar.

IMG_20140301_124925

Namun aneh bin ajaib, sebagian besar dari pupuk itu tidak mau melarut, meski sudah diaduk lumayan lama.
IMG_20140301_125111
Penulis lalu menyaring larutan pupuk tadi, dan hasilnya cukup mencengangkan. Ada banyak material mirip
pasir dan batu tersisa. Material itu kerasnya pun mirip dengan kerasnya batu takkala dicoba dihancurkan
dengan palu. Dan setelah dihancurkan, tetap saja tak mau dilarutkan dengan air.

IMG_20140301_125413

IMG_20140301_125942

IMG_20140301_131038

Apakah ada pemalsuan isi pupuk? Ataukah ini disengaja? Atau hanya pupuk yang penulis beli saja yang
bernasib begini?

Baca juga :  Jokowi Memang Perlu Dicela

Penulis lalu mencoba menemui beberapa teman petani. Lalu menanyakan tentang keganjilan ini.

Ternyata mereka semua sudah tahu, bahwa ada semacam batu di dalam pupuk SP36 bersubsidi yang mereka
beli dan pakai. Mengapa masih tetap pakai? Yah, mau apa lagi. Mau gimana lagi? Petani kecil tak
punya banyak pilihan.

Sebagian teman petani malah mencurigai kalau pupuk urea bersubsidi yang diedarkan, telah
dicampur dengan garam.

Ketika digoogling, ternyata pupuk SP36 adalah pupuk phosfat yang dibuat dari batuan phosfat.

Tetapi, apakah ini berarti pupuk itu memang wujudnya, sebagian, adalah berwujud seperti material
batu yang tak larut dalam air? Jika tak bisa larut dalam air, lalu untuk apa dipupukkan ke tanaman?

Baca juga :  Bahis Sitelerinde Online Casino Oyunları ve Kazanma Taktikleri

Pupuk bersubsidi memang murah. Namun agak lucu juga kalau kami petani terpaksa membeli,
memikul lalu menaburkan pupuk  bermaterial sesuatu yang mirip batu ke tanaman kami.
Dan persentase material mirip batu itu, cukup besar. Mungkin lebih dari separuh.
Kalau begitu, tak heran, jika hasil panen kami jauh dari yang diharapkan.

Hai pejabat berwenang, apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang kalian lakukan kepada kami,
petani kecil yang tak  berdaya ini?

Apakah kami ditipu? Atau cuma dibodoh-bodohi?

Eh, atau, kami memang bodoh?

Tolong bapak/ibu pejabat yang berwenang, berilah penjelasan.

***

Ah.., oh.., Bapak Ibu pejabat masih sibuk kampanye ya?

 

 

 

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *