Saat Ini Disini

foto : www.mombyexample.com

Saya suka membaca ‘quote’ semacam petikan berisi nasehat atau filsafat kehidupan. Pertama kali yang saya baca, jaman bahuela itu karya – karya Kahlil Gibran. Buku Gibran saya punya banyak dan mungkin sebagian besar karya Gibran juga sudah saya baca. Mungkin ya? Soalnya saya juga tidak menghitung berapa banyak sebenarnya karya Gibran. Dari Gibran, saya beralih pada Anthony De Mello. Kedua pujangga ini menurut saya, sangat mengerti cara membuka ‘mata bathin’. Tentu bagi orang – orang yang suka membaca karya – karya mereka dan ingin memahami.

Saya lalu teringat petikan quote yang demikian “Yesterday is History, Tomorrow a Mystery, Today is a Gift, Thats why it’s called the Present.” Artinya kurang lebih, “Hari yang lalu adalah sejarah, hari esok adalah misteri dan hari ini adalah hadiah, makanya disebut KADO.” Awalnya saya tidak mengerti, mengapa hari ini kok justru menjadi yang didewakan, menjadi kadonya? Bukankah seharusnya kita belajar dari masa lalu? Jadi YESTERDAY lebih penting ya? Atau seharusnya kita menata masa depan dan tidak sembarangan dalam bertingkah – laku, jadi TOMORROW bahkan lebih penting lagi! Kenapa today yang jadi kado? Hari ini, dalam sejenak juga selesai. Pagi hingga tengah malam. Apa sih bagusnya hari ini kok diunggulkan??

Hari ini, saya teringat kejadian ketika saya menunggui ibu sakit selama tiga bulan di rumah sakit. Saya menunggui kira – kira selama sebulan dalam waktu selang – seling bergantian dengan adik dan ayah saya. Ibu dirawat dirumah sakit Elizabeth Semarang. Rumah sakit itu luar biasa indah. Maaf, kalau saya bandingkan dengan rumah sakit Jakarta yang rata – rata berbentuk gedung bertingkat, kokoh dan kaku, Elizabeth memiliki nuansa yang sangat berbeda. Buat saya, almost paradise. Rumah sakit Elizabet berbentuk kompleks yang luas dengan banyak bangsal, hanya satu – dua bagian yang dibangun bertingkat. Kemudian kebun bunganya juga luas, sangat indah dan terawat. Saya belum pernah ke rumah sakit Elizabeth sebelumnya. Tetapi karena sakit ibu sangat parah, saya harus tinggal disitu menunggui ibu selama beberapa Minggu.

Keindahan Elizabeth sangat memukau hingga dalam hati terlintas kata – kata, “Ini kok kayak surga; bagus banget, mati disini juga puas dan bahagia.” Padahal tentu saja tak seorang pun ingin mati segera, buru – buru atau terjadwal kapan matinya. Demikian pun ibu saya. Beliau tidak pernah sakit parah, dalam tiga puluh tahun tidak pernah masuk rumah sakit. Tetapi ketika dirawat di Elizabeth itu, beliau tidak sembuh – sembuh juga. Menunggui orang sakit yang tak sembuh juga, menimbulkan dilema yang sangat. Apalagi ketika melihat penderitaan yang harus dilalui si sakit didepan mata. Rasanya tidak tega! Itu seperti melihat seseorang terjerumus masuk jurang, kita berusaha sekuat tenaga menarik lengannya, tetapi pegangan kita semakin licin dan berat. Sulit sekali untuk mempertahankan seseorang dalam kondisi yang sudah sangat ditepi jurang.

Baca juga :  Mesin Waktu

Semua orang berkata, “Sudah waktunya, Win. Relakanlah dan sebagainya.” Kadang saya ingin membentak “DIAMMMM!” Karena saya tahu benar mengenai ibu saya. Saya sangat mengenal ibu dan keturunan wanita di keluarga kami, semua rata – rata keras kepala dan memiliki keteguhan hati. Saya melihat nenek saya dan saya melihat ibu saya dan juga diri saya sendiri. Itu seperti melihat suatu garis lurus yang sama. Dan dari mata ibu, saya melihat bahwa ibu masih ingin hidup seribu tahun lagi. Dari mata ibu saya lihat kata -kata, “Tolong, jangan biarkan Mami pergi sekarang.” Makanya saya kesal ketika orang – orang dengan mudahnya berkata, sudah waktunya. Saya berkilah, ibu saya belum terlalu tua. Bahkan belum tujuh puluh tahun. Ketika menunggui ibu dalam keadaan sakit, beban yang ada itu sedapat mungkin saya acuhkan. Saya pura – pura selalu gembira, pura – pura tidak ada masalah apapun. Soalnya kalau saya bawa sedih, selama tiga bulan penuh saya akan sedih dan merana. Saya usahakan untuk selalu GEMBIRA. Kadang – kadang saya menangis didepan ibu, ketika ibu masih setengah sadar beliau akan bertanya, “Lho, kok kamu menangis, kenapa?” Ditanya demikian, saya malah semakin sedih dan menangis lagi.

Elizabeth terletak didataran tinggi Candi, Semarang. Pemandangannya indah. Dari pavillion ibu ketika langit cerah, dikejauhan akan nampak pantai Tanjung Mas dan kapal – kapal besar berlabuh. Terlihat juga pemandangan Semarang di kejauhan dan kerlip lampu – lampu. Namun diberi keindahan apapun juga, ketika tahu bahwa dalam waktu dekat tampaknya ibu takkan bertahan, rasanya keindahan itu sama sekali tak berharga. Diganti sepotong kertas karton polos yang sangat besar pun tak masalah bagi saya! Buat apa pemandangan? Buat apa keindahan? Tokh nasib ibu sudah di ujung tanduk. Tapi saya berusaha mengerti bahwa ini memang garisan Tuhan. Bahwa ini keputusanNya, bukan saya boleh menawar, apalagi menghujatNya. Lalu pada suatu sore saya duduk lama didepan pavillion, mengenakan kaca-mata hitam, memandang keindahan yang tersajikan didepan mata. Dalam hati saya berkata, “Detik ini, SAAT INI DISINI akan selalu saya kenang. Akan selalu saya simpan dalam hati. Bahwa ibu saya pada detik – detik terakhir hidupnya tinggal di tempat seindah surgawi ini. Saya harus bersyukur!! Saya harus menikmati.” Bisa jadi tidak semua orang mendapatkan perawatan dan menetap dirumah sakit secantik Elizabeth. Bisa jadi ada orang – orang yang meninggal ditempat yang tidak enak, tidak menyenangkan, tragis dan sebagainya.

Baca juga :  Politik, dari Etimologi sampai Ilmu Warisan Iblis

Sulit melepaskan ibu, karena ibu sedikit manja. Apa – apa tidak tahu, apa – apa ketinggalan berita dan trend. Kadang diberitahu juga tidak mau dengar. Maunya keinginan sendiri. Saya cemas, apakah ibu tahu apa yang harus dilakukannya di surga? Apakah ibu tahu cara mendaftar nomor urut kepada malaikat sebelum masuk gerbang surga? Syukurlah, beberapa minggu lalu saya bermimpi tentang ibu. Beliau terlihat gemuk, sehat dan jauh lebih muda dari penampilan terakhirnya. Walaupun masih kesal dalam hati, terutama pada orang – orang yang berkata “sudah waktu”nya, saya mulai bisa melepaskan kecemasan karena ibu pergi dan berangkat sendirian ke alam sana. Dan saya mengerti arti SAAT INI DISINI. Yup, jika ada orang – orang yang Anda cintai ungkapkan pada mereka dan dengar apa yang mereka inginkan, SAAT INI juga, DISINI. Bahagiakan mereka. Bisa jadi orang – tua, pasangan atau anak. Sahabat atau siapapun juga. Itulah mengapa HARI INI DISEBUT KADO. Karena hari ini adalah saatnya mengikat momen indah yang tak terlupakan. Manfaatkan hari ini untuk menebarkan cinta kasih dan bukannya bergelut, berkecamuk. Selalu akan ada yang segera pergi berlalu dari kehidupan,….

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 comments

  1. Kebetulan banget saya paln sua kalil dan antohny de mello, saat in memang begtu inda, masa lalu adalah imagnasi masa depan adalah msterii yang paling nyata adalah saat ini, itu sebabnya mengapa dtulis the present

    1. kayaknya beli Hape baru nih Boss? ngetik sampe salah – salah mulu?? bwehehehe… :Peace: