Politik, dari Etimologi sampai Ilmu Warisan Iblis

Secara etimologi, kata politik berasal dari dua kata; poli dan tik.

Poli berarti : banyak, segala, semua, seluruh, apa saja. Sedangkan kata tik berarti : cara, taktik, strategi.

Secara umum, politik dapat diartikan sebagai : segala cara yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Asumsi di atas tentu saja memancing perseteruan, hingga sampai satu pihak menuduh politik adalah ilmu warisan iblis, karena tidak mengenal moral. Ini terkenal dengan semboyan : tidak ada kawan yang abadi, tidak ada lawan yang abadi, yang ada adalah kepentingan abadi. Yaitu kepentingan untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan. Politik telah dituduh sebagai biang kerok terjadinya tipu daya, penindasan, pemalsuan, jual beli suara, saling sikut, opportunisme, mau menang sendiri dan lain-lain keburukan.

Karena itu, sebahagian politisi aliran putih, berusaha membuat sebuah asumsi lain tentang politik, yaitu dijabarkan sebagai : art to serve people, politik adalah seni untuk melayani orang banyak. Para pengikut aliran ini menganggap bahwa politisi adalah para cerdik pandai pelayan rakyat. Pemimpin adalah orang yang terakhir kali makan, ketika rakyat sedang kelaparan. Dan nakhoda adalah orang yang terakhir meninggalkan kapal, saat kapal karam. Aliran ini juga menetapkan, bahwa pemimpin yang diangkat adalah orang yang paling mengerti tentang keinginan rakyat, dan paling pandai memperjuangkan kebaikan untuk rakyatnya.

Baca juga :  Explore the Core Features of Autodesk AutoCAD LT 2021

Dalam dunia Islam, politik dikenal dengan nama siyasah. Dan pemimpinnya adalah Nabi SAW. Beliau SAW menetapkan garis-garis siyasah, dalam kerangka menjalankan kenegaraan, dengan dasar persaudaraan, kasih sayang, kehormatan, kebenaran, keadilan, kesetiaan, kearifan dan kemuliaan. Nabi SAW bersikap keras dan adil terhadap musuh-musuhnya, dan penuh kasih sayang dan lemah lembut pada saudara-saudaranya sesama muslim. Dan dengan siyasah yang Nabi SAW terapkan, ia ( dengan izin Allah jua tentunya ) berhasil membangun sebuah Khilafah yang terbentang luas di jazirah Arabia. Sebuah Negara besar yang disegani oleh Negara-negara lainnya.

Sekarang, bila kita bercermin pada tindak-tanduk para politisi ( bukan politikus, he he he , ntar ilang poli nya, tinggal tikus nya ) kita saat ini, kita akan sedikit sekali mendapatkan keteladanan. Banyak sekali tindakan para politisi kita yang tidak memegang teguh sifat kesatria, sifat asli seorang negarawan. Kita lebih banyak disuguhkan tontonan tentang keserakahan, koruptif, tidak peduli dan pembusukan politik lainnya. Ditambah tidak adanya pendidikan politik bagi warga Negara sehingga pemilih menjadi buta politik, lengkaplah sudah misi para politisi membangun keangkaramurkaan di atas kepentingan duniawi semata.

Baca juga :  Tidak Ada Jalan Toll Menuju Sukses

Karena itulah, menjadi tugas kita para anak bangsa yang masih menginginkan perbaikan di masa mendatang, untuk secara bersama-sama bergerak memberantas segala penyelewengan politik yang terjadi. Hal itu bisa dilakukan dengan cara : aktif di gerakan-gerakan pembaharuan politik ( yang banyak bertebar di dunia maya, misalnya). Juga dengan ikut berdemontrasi menggugat ketidakadilan penguasa, atau menulis opini dan seruan di media massa. Bukan tidak mungkin, sebuah revolusi damai bisa kita gerakkan, untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Hingga sebuah negeri yang adil makmur aman tenteram penuh kedamaian dalam lindungan Allah, bisa terwujud nyata. Bukan sekedar utopia.

Wasalamualaikum wr. Wb.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *