Sekolah Gratis Untuk Warga Miskin : Jangan Tanggung-tanggung!

 

Program Wajib belajar 9 tahun sudah dicanangkan sejak jaman orde baru, hingga saat ini dianggap telah berhasil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan beberapa waktu lalu dengan indikator Angka Partisipasi Kasar jenjang Sekolah Menengah Pertama (APK SMP) sebesar 98,2 persen di tahun 2012. Kabar yang cukup mengembirakan dan sebagai simbul keberhasilan program pemerintah dalam rangka mencapai tujuan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kini tinggal meneruskan program tersebut dengan meningkatkannya menjadi 12 tahun, sehingga anak anak Indonesia kedepan dapat seluruhnya mengenyam pendidikan sampai jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Terlepas dari kondisi ketersediaan sarana dan prasarana sekolah, fasilitas penunjang lainnya, dan kualitas tenaga pendidik, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus mampu merencanakan dan meralisasikan dengan baik.

Sehubungan dengan hal ini, sesuai tujuan untuk pemberdayaan warga negara yang kurang mampu dalam mengikuti program pendidikan di Indonesia, maka dalam praktiknya, program Wajib Belajar Nasional , baik yang dibiayai melalui APBN maupun APBD saya rasa belum cukup tepat sasaran.

Mengapa belum cukup tepat sasaran ? Sebab mayoritas siswa yang duduk dibangku Sekolah Negeri terutama di jenjang SMP dan SMA masih di dominasi oleh siswa dari kalangan ekonomi menengah ke atas. Mengapa demikian ?

Tentu saja karena daya saing anak anak dari kalangan masyarakat kurang mampu untuk lolos ujian seleksi masuk sekolah negeri, masih jauh ketinggalan dibandingkan anak anak dari kalangan berada. Hal ini sangat mudah dipahami, sebab bagaimana bisa anak anak tidak mampu untuk belajar dengan baik bila kedua orang tua mereka mengalami kesulitan dalam membiayai kehidupan sehari hari. Untuk sekedar makan saja susah, apalagi belajar. Dengan perut lapar, bagaimana mereka bisa belajar dengan baik ? Selain itu kondisi lingkungan sosial mereka juga sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan anak anak dari kalangan orangtua yang sudah mapan secara finansial.

Pantaslah bila anak anak tidak mampu akan kalah dalam persaingan memasuki Sekolah Negeri, apalagi Sekolah Sekolah Unggulan/Favorit. Alasannya bukan karena mereka bodoh secara intelektual, namun semata mata mereka tidak memperoleh kesempatan dan kondisi yang baik dalam menjalankan aktifitas belajar mereka. Tak heran, bila Sekolah Sekolah Negeri di Kota kota besar (SMP dan SMA), seluruhnya didominasi oleh anak anak pintar dari kalangan orangtua berkecukupan.

Baca juga :  Fenomena Pengemis dan Pencari Sumbangan dengan Unsur Penipuan

Sampai disini saya melihat ada yang harus dibenahi, sebab belum sesuai dengan azas keadilan sosial. Anak anak dari kalangan orang orang kaya, yang berhasil lolos masuk sekolah negerilah yang justru menikmati fasilitas dari negara dengan bersekolah Gratis sepanjang tahun. Sedangkan anak anak dari keluarga miskin bagaimana ? Dampaknya adalah hampir sebagian besar anak anak dari warga kurang mampu tak bisa lagi bersekolah di SMA, sebab dari mana mereka bisa membiayai anak-anaknya untuk bersekolah di Sekolah Swasta yang notabene mahal ?

Dengan adanya kondisi ini, saya masih belum melihat kepedulian pemerintah untuk menyelesaikan persoalan yang sedang terjadi. Dengan banyaknya anak anak putus Sekolah yang paling tinggi hanya sampai ke jenjang SMP, bagaimana dengan masa depan mereka ? Sedangkan dewasa ini untuk bekerja disebuah perusahaan atau menjadi PNS minimal harus telah lulus SMA, bahkan ada perusahaan yang hanya menerima calon pegawai dari Jenjang S1 dan S2. Saya rasa, makin jauh harapan mereka untuk dapat memperoleh penghidupan yang layak dimasa depannya nanti.

Untuk itu, saya disini hanya bisa sekedar menulis sebuah gagasan mengenai apa yang bisa dilakukan pemerintah dalam mengatasi ketimpangan ini. Mumpung masih dalam masa kampanye, dimana para calon presiden banyak berbicara mesalah visi dan misi, semoga kiranya tulisan saya ini dapat menjadi wacana atau pertimbangan, yang mungkin saja bisa direalisasikan.

Program Nasional Pembangunan Sentra Pendidikan

Program ini dalam idealisme saya, adalah dengan membangun sebuah kawasan pendidikan setidaknya bisa dimulai dari setiap ibukota propinsi di Indonesia sebagai pilot project. Sebagaimana yang telah dilakukan pemerintah dalam membuat pusat pusat pelatihan olahraga (Training Center) yang khusus untuk membina atlet atlet yang berpestasi, terutama untuk menghadapi even atau kejuaraan olah raga. Pemerintah begitu serius membiayainya demi keberhasilan para atlet kita berlaga dalam kejuaraan olah raga yang bisa mengharumkan nama Indonesia di mata International.

Mengapa hal semacam ini tidak pula dilaksanakan di dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah ?

Baca juga :  Ada Keajaiban Bila Ada Keyakinan, Usaha dan Doa

Jelasnya adalah, Program ini harus dimulai dari wewenang Presiden yang menunjuk seorang Menteri Koordinator dibidang Pendidikan. Tugas MenKo Pendidikan ini adalah menjadi koordinator dan penanggungjawab pelaksanaan Program Nasional Pembangunan Sentra Pendidikan di daerah daerah. Tujuannya jelas, yaitu melakukan pembangunan fisik gedung sekolah mulai Sekolah Dasar, SMP dan SMA, membangun sarana dan prasarana pendidikan yang diperlukan. Menyediakan tenaga dan staf pendidik yang berkualitas dengan cara merekrut para guru yang memiliki kamampuan baik untuk ditempatkan, tentu dengan gaji dan fasilitas yang memadai.

Dibangunlah semacam kompleks pendidikan, yang lengkap dan modern, dimana disediakan pula rumah susun/flat sebagai asrama siswa dan fasilitas belajar yang baik bagi para siswa. Semua fasilitas dapat dinikmati secara gratis, termasuk kebutuhan hidup sehari hari (makan dan pakaian), sebab 100 % dibiayai oleh Pemerintah. Dan yang paling penting adalah seluruh siswa yang berada didalam kompleks ini adalah dari kalangan masyarakat yang tidak mampu. Anak anak yang bisa masuk di sekolah ini selain harus berasal dari keluarga tidak mampu, juga lulus dalam ujian masuk sekolah. Hal ini perlu juga dilaksanakan mengingat keterbatan fasilitas yang ada.

Disinilah sebagai bukti nyata pemerintah berpihak kepada rakyat miskin dan secara langsung membina kualitas pendidikan mereka, hingga saat lulus SMA nanti akan mampu bersaing dengan anak anak lainnya dalam memasuki jenjang perguruan tinggi.

Saya membayangkan betapa indahnya apabila kondisi ini tercipta, apalagi Sentra Sentra Pendidikan telah dibangun sudah sampai ke setiap kota dan kabupaten di seluruh Indonesia. Kita bisa melihat anak anak dari warga tak mampu bersekolah dengan fasilitas yang baik dan modern. Mereka tentu akan tersenyum senang menikmati semua fasilitas negara, begitu pula orang tua mereka yang makin bangga menjadi warga negara Indonesia.

Tapi sekarang, semuanya itu masih berupa mimpi saya disiang hari. Bilakah ini semua menjadi kenyataan ?

Entahlah, hanya waktu yang akan berbicara..

Salam

ilustrasi gambar :

Katsumata Centre merupakan salah satu gedung yang termasuk bagian dari kompleks sekolah Kardinia International College di Australia. Gedung ini digunakan sebagai fasilitas olahraga Indoor sekaligus teater pertunjukan seni bagi para murid.

www.rumahku.com

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 comment

  1. Kebetulan anak saya sekolah gratis, tapi memang buku2nya harus beli sendiri di luar sekolah tidak menyediakan, dulu ada disediakan, tapi kebanyakan bukunya sering rusak dan hilang, ya begitulah kalau dikasih pinjam gratis