Sikap Untuk Hal Fundamental

Duh ramenya pro dan kontra dalam pemilihan calon pemimpin! Membuat rakyat terpecah dua, atau bahkan tiga? Yang satu pro 1 yang kedua pro 2 dan yang ketiga mungkin ragu serta pesimis tentang kemajuan negeri ini. Tak paham lagi kemana harus menyandarkan beban hidup kepada pemimpin 1 atau pemimpin 2. Bagi mereka mungkin sama saja. Sahabat saling mengganjal karena beda jagoan, kakak dan adik saling berdebat karena beda haluan. Yang parah kabarnya ada suami – istri yang juga berbeda pilihan. Bagaimana ini? Hormati pilihan yang sudah mantap bersemayam di hati. Jangan jadikan pilihan tersebut ajang pertengkaran yang sia – sia. Pemilihan pemimpin penting, tetapi persaudaraan dan kasih sayang lebih penting lagi.

Namun, … saya ingin mengajak yang belum memilih atau masih ragu. Coba gunakan anugrah yang diberikan Tuhan untuk kita yaitu : otak dan hati. Gunakan kedua fungsi dalam diri ini yang diberikan Tuhan dengan semaksimal yang mampu kita berdayakan. Pikir dengan jernih siapa mereka? Dan siapa orang – orang yang ada disekeliling mereka? Pokok – pokok pemikiran apa yang ingin kita dengar? Saya akan bersikap bagaimana? Jika jawabannya, ‘saya memiliki kepentingan terhadap si anu.’ Ya sudah, … hentikan nurani bicara, debat yang tak kunjung selesai dan geliat otak yang semula ingin bergulir berpikir. Butakan saja mata hati Anda dan turutilah hal yang sudah Anda patok sendiri. Tidak akan ada yang mampu merubah pilihan Anda, itu hak Anda!

rigthJika, Anda masih ragu. Berpikirlah! Tentu jangan berpikir sendiri dan dijawab sendiri. Dasari pikiran Anda dengan referensi, dengan mencari data, mencari kebenaran dan bertanya kesana – kemari. Mana yang tepat untuk didukung dan diikuti. Inipun jika sudah yakin dengan pilihan Anda, orang lain tidak berhak mengemudikan Anda. Kita bisa berpikir untuk diri sendiri. Namun jika sikap Anda acuh dan tak perduli dengan pemilihan pemimpin kali ini, sedikit disayangkan. Ada kesempatan bagi Anda untuk merubah nasib bangsa. Bisa jadi ini hanya sekedar angan muluk. Tapi setidaknya ini adalah sebuah harapan! Harapan itu membuat hidup jadi berbunga dan penuh semangat. Mungkin Anda akan berkata “EGP, emang gue pikirin…” Mungkin Anda sudah makmur, berkecukupan tujuh turunan. Tapi bagaimana dengan nasib buruh – buruh tani? Nelayan di kepulauan terpencil? Tukang beca di pengkolan jalan? Tukang sayur di pasar? Orang – orang yang butuh support – support dana dan pembinaan dari pemerintahan serta kementrian? Anda tidak akan sanggup mengurus dan menyumbang untuk mereka semua. Tapi Anda bisa membantu dengan memilih pemimpin yang tepat untuk mereka dan diri Anda sendiri.

Baca juga :  Mengejar Nama Baik, Menolak Nama Buruk

Dulu saya acuh. Saya EGP saja, siapa yang mau jadi pemimpin dan siapa yang mau jadi staff pemerintahan. Apa urusannya dengan saya? Apa yang saya dapatkan dengan sok moralis bin nasionalis? Udah aja bergaya hidup individualis, EGP amat urusan pemerintah! Namun belasan tahun berlalu, saya merasa kena imbas dan dampaknya pada rantai terbawah. Karena aturan – aturan yang terus berubah, karena tidak adanya management pengawasan, karena tidak adanya penilaian historikal, karena semua orang dianggap sama – hidup hanya untuk mengumpulkan sen demi sen. Setiap sen yang di lempar, seratus orang akan mengeroyok dan berburu. Padahal hidup tidak sekedar itu. Manusia memiliki jalan ceritanya sendiri – sendiri. Rugi, dikecewakan dan membuang waktu dengan sangat percuma. Itu adalah pengalaman yang saya alami belasan tahun mengabdi pada orang – orang yang tidak punya kapasitas sebagai pemimpin atau mempunyai keahlian managerial. Dulu saya juga ‘cari aman’ dengan pura – pura diam, seolah masalah kesenjangan sosial bukanlah masalah saya. Kini saya mengerti masalah ini adalah masalah bersama, semua orang dan semua pihak yang ingin Indonesia baru, maju dan lebih baik. Maka, bersikaplah!

Baca juga :  Penggunaan Vertical Blind untuk Memperindah Ruangan Rumah

Jika saya memiliki dua orang anak yang berebut permen, maka dengan mudah saya akan berkata pada si sulung, “Kamu mengalah saja pada adikmu. Karena kamu lahir terlebih dahulu, kamu seharusnya bersikap dewasa…” Padahal jika ditilik pada pokok permasalahan, seharusnya ditelaah lagi. Apakah si bungsu sudah cukup kebanyakan makan permen? Sehingga kakaknya tidak kebagian? Lalu kini giginya mulai keropos karena terlalu dimanja dengan permen? Diperlukan sikap yang meneliti dengan jelas pada akar permasalahan. Jangan asal karena menurut pakem ‘Kakak harus selalu mengalah pada adiknya.’ Untuk hal yang fundamental apakah iya ‘Kakak harus selalu mengalah pada adiknya?’ atau ‘Junior harus selalu mengalah pada Senior’? Rasanya kurang tepat. Saling menghormati atas dasar keahlian dan kapabilitas, itulah yang diperlukan manusia indonesia dewasa ini. Menimbang dengan kejujuran bukan asal ‘wani piro’. Ini hal yang fundamental memimpin suatu negara besar. Dua ratus juta lebih penduduk di Indonesia dan semua sudah terlalu lama terlunta – lunta. Ingin maju tak tahu caranya. Banyak hal yang aneh dan tak masuk diakal. Sampai kapan negeri ini carut – marut? Kalau bisa hanya sampai hari ini! Karena kita masuk kembali pada harapan optimis tentang masa depan. Karena kita telah mengambil sikap untuk hal yang fundamental, memilih pemimpin bangsa yang tepat dan terbaik! 9 July 2014, jangan lupa coblos pilihan Anda!

foto: iheartinspiration

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *