Mengapa Menyimpan Caci-Maki dan Hinaan di Dunia Maya?

kritikan-pedasKK
http://abuthalhah.wordpress.com

Di dunia maya tidak susah kita menemukan kata-kata cacian, makian, dan hinaan yang tak pantas diucapkan oleh makhluk yang bernama manusia.

Bagi yang nuraninya masih peka dan mengerti soal etika dan ajaran agama pasti akan merasa risih dan bahkan jijik membaca kata-kata yang tertera.

Tetapi atas nama kebebasan interaksi di dunia maya dengan berlindung di balik identitas palsu tidak sedikit orang yang menyalahgunakannya dengan melontarkan caci-maki dan hinaan kepada hal yang tidak berkenan.

Entah berapa banyak energi, waktu, dan perasaan kita sia-siakan untuk hal yang sangat tidak terpuji itu. Tanpa kita sadari dengan apa yang kita lakukan itu telah menyakiti perasaan orang yang bahkan tidak kita kenal. Semata-mata hanya untuk melampiaskan keegoan dan emosi sesaat.

MENJAGA KATA, MENJAGA PERASAAN

Tanpa kita menyadarinya, setiap kata yang tertulis di dunia maya dengan cepatnya menyebar dan dibaca banyak orang. Tersimpan menjadi dokumentasi yang akan tetap dibaca.

Ibarat sampah yang terus akan mengeluarkan bau busuk sebelum dimusnahkan. Bisa juga kata-kata cacian dan hinaan itu menjadi racun yang akan terus menyakiti dan mematikan perasaan seseorang. Apakah kita pernah memikirkan efeknya sebelum menuangkan kata-kata beracun itu?

Baca juga :  Petikan Jari

Jangan kita kira dengan berlindung di balik identitas palsu itu akan membuat kita bebas dari kesalahan atas kata-kata yang tidak pantas itu. Segala efek yang ditimbulkan, kita tidak akan lepas dari tanggung jawab.

Apa yang _mungkin_ kita anggap sepele, ternyata sangat besar pengaruhnya bagi sebuah nilai kehidupan kita yang menjadi prasasti didunia maya.

Alangkah baiknya, sebelum kata-kata buruk itu tertulis dan terpajang di media sosial kita memikirkan efek burukanya, sehingga tidak ada penyesalan di kemudian hari.

KATA-KATA BAGAIKAN PISAU YANG MELUKAI

Kenyataan, walau kata-kata adalah benda mati. Namun dapat menjadi bagaikan pisau yang dapat melukai.

Ketika seseorang yang sejatinya membutuhkan kata-kata sejuk dan mendamaikan untuk mengatasi masalah dan tekanan hidupnya, kita hantam dengan kata-kata melecehkan dan hinaan. Pasti batinnya akan terluka. Apakah kita dapat memahami hal ini?

Baca juga :  Sudah Ditipu Masih Tak Percaya Sidia Scammer

Sejatinya kesalahan orang lain tidaklah harus menjadi bahan penghinaan dan penghakiman. Tetapi lebih tepat menjadi pembelajaran untuk kita sendiri, agar tidak terjatuh atau melakukan hal yang sama. Bila lebih dalam lagi, bisa jadi kesalahan yang kita kecam, justru kita melakukannya.

Kata-kata bagaikan pedang tajam, tapi juga bisa bagaikan embun sejuk di pagi hari. Jadi adalah menjadi pilihan kita untuk menggunakannya sebagai apa. Di sinilah siapa diri kita yang menentukan.

Tetapi keyakinan kita, sejatinya menjadi baik adalah selalu menjadi pilihan.
Ya, seperti pilihan saya untuk menuliskan hal ini dengan sebaik-baiknya. Walau orangnya belum sebaik yang dihendaki.

AFIRMASI:
Ya Tuhan, jagalah kesadaran dan hati ini, agar tanganku jangan sesekali menuliskan kata caci-maki dan hinaan yang dapat melukai sesamaku yang adalah ciptaan-Mu. Ajari aku untuk dapat selalu menulis kata-kata yang menyejukkan dan memberi damai di dalam hatiku yang penuh kebaikan.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

4 comments

  1. kalau di dunia nyata bisa terbawa angin bro ya bisa juga sih tersimpan di hati