Menikmati Sastra Tanpa Curiga

sastraKarya sastra boleh jadi selalu merepresentasikan kondisi sosial budaya masyarakat tempat sastrawan bersangkutan berada. Kondisi fisik dan kejiwaan sastrawan sendiri secara tidak langsung dapat memengaruhi tulisan tersebut dengan berbagai aliran dan gayanya. Sebagai contoh ketika seorang sastrawan dalam kondisi tertekan dalam tulisannya juga akan menampilkan keterkungkungan tokoh cerita sehingga tak jarang bentuk-bentuk sarkastis sebagai perwujudannya. Begitu pula sebaliknya, bila penulis dalam situasi hati yang berbunga-bunga tentu kesan tersebut di alam bawah sadarnya akan tertuang melalui karya-karyanya.

Tatkala isu jender dan feminisme mencuat dalam masyarakat karya-karya berisi isu jender dan feminisme juga membanjir dalam masyarakat. Begitu pula situasi politik dan sosial juga akan sangat memengaruhi. Dengan demikian, beragam faktor yang akan membentuk suatu karya sastra. Dengan gaya bercerita yang mengalir tanpa ada kesan menggurui sastra mampu menghipnotis pembaca. Tanpa ada unsur paksaan, peminat sastra tak jarang jadi mengiyakan apa yang menjadi pokok persoalan dalam cerita.
Namun demikian tak jarang karya sastra juga mengalami penolakan dari masyarakat. Karya sastra tertentu dituding sebagai perusak moral, akhlak, atau bahkan ideologi bangsa. Karya sastra dianggap terlalu absurd sehingga tidak elok menjadi bacaan anak bangsa. Hal ini terjadi karena mungkin dalam karya tersebut dipandang telah mendeskreditkan pihak tertentu. Akan tetapi semuanya tadi tergantung dari sudut mana seseorang memberikan penilaian.

Baca juga :  Rasa Malu Seekor Anjing

Bagaimanapun karya sastra adalah sebuah ide kreatif dan hasil pemikiran yang juga telah melalui permenungan. Tidaklah mungkin seorang pengarang menulis hanya karena emosi sesaat. Seorang penulis sastra akan mengggunakan pengalaman dan pengetahuannya dalam proses kreatif. Pengalaman estetik dan eksperimen-eksperimen dalam kehidupannya bisa semakin mendewasakan dan mematangkan pemikiran penulis. Semakin matang secara emosional dan kaya akan wawasan, pastilah hasil tulisan sastranya akan semakin matang pula.

Menulis sastra mempunyai kesulitan tersendiri mengingat apa yang akan disampaikan oleh penulis harus disampaikan secara halus terselubung. Melalui ketidaklangsungan ekspresi dan metafora-metafora ada hal yang sangat esensial yang akan disampaikan kepada masyarakat penikmat sastra. Hal ini tentu yang akan menghadirkan kebahagiaan tersendiri bagi penulis. Selain berusaha mengemukakan atau mengomunikasikan masalah-masalah sosial, sastra juga merupakan salah satu bentuk seni yang bisa berfungsi sebagai sarana hiburan.

Baca juga :  Mau Jadi Lelaki Sejati? Merantaulah !

Melalui kemampuan bahasa dan logika, pembaca sastra dapat melakukan komunikasi untuk memahami satu sama lain. Namun, tentunya untuk memahami dan menginterpretasi karya diperlukan kemauan, ketulusan dan kebersihan hati tanpa melibatkan yang namanya kecurigaan. Ketika kecurigaan tadi tidak menyertai pembaca dalam menginterpretasi hasil karya, niscaya tujuan penulis akan dapat diterima sebagai ilmu pengetahuan yang bebas dan murni yang tentunya akan mencerdaskan pembaca. Alhasil, jadilah orang yang cerdas dan tanpa curiga menjadi penikmat karya sastra.

Salam-AST

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 comments

  1. “Bagaimanapun karya sastra adalah sebuah ide kreatif dan hasil pemikiran yang juga telah melalui permenungan. Tidaklah mungkin seorang pengarang menulis hanya karena emosi sesaat.”

    Sepakat.